21. Hurt

8.6K 619 210
                                    

VOTE DAN KOMEN TEMAN-TEMAN. INI PART TERPANJANG YANG PERNAH AKU UPDATE.

KALO ADA TYPO KOMEN DI TIMELINENYA

SELAMAT READING. SELAMAT BERLIBUR.

**
Siapa bilang tempat ternyaman untuk pulang adalah rumah? Baginya rumah adalah nerakanya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam tapi dirumahnya hanya ada Renata seorang diri. Sang pembantu sudah pulang sedangkan Orangtua dan kakaknya entah sedang dimana. Handphone mereka pun tidak ada yang aktif yang membuatnya cemas. Renata memandang kue di hadapannya dengan tatapan sendu. Kue pertama kali yang ia buat hanya untuk wanita yang sangat membencinya. Iya, kue itu untuk Mamanya yang sangat egois tetapi dia sangat menyayanginya.

“Mama, harusnya kan aku yang kasih kado buat Mama.”

Samar-samar Renata mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Renata mendongak dan tatapan terkunci pada mereka yang berdiri tak jauh darinya. Mata Renata memanas memandangnya. Renata sudah dapat menebak kalau keluarganya telah menghabiskan waktu seharian atau lebih tepatnya merayakan ulang tahun bersama. Menyakitkan bukan menjadi dirinya?

“Ren, kakak beliin sesuatu buat kamu loh!” pekik sang kakak sembari menghampiri adiknya di ikuti orangtuanya juga.

Renata hanya tersenyum tipis tanpa mau bersuara. Seolah mengetahui kesedihan adiknya Bila berusaha menghibur adiknya.

“Gelang yang kamu mau kan?” ujar sang kakak membuat Renata melirik gelang itu dan mengangguk pelan.

“Selamat ulang tahun, Mamanya kak Bila?” ujar Renata dengan suara seraknya.

Mereka semua tertegun mendengar perkataan Renata. Mamanya kak Bila? Rasanya Rian dan Nana tersentil mendengar perkataan anaknya. Egonya sangat terluka mendengar itu.

“Jaga bicaramu!” bentak sang Papa sembari menatap tajam anaknya. Rian sudah tak tahan anaknya ini lama-lama sangat ngelunjak dengan orangtua. Sopan santunnya bahkan sudah hilang.

“Kenapa, Pa?” tanya Renata dengan wajah tenangnya. Bahkan sekarang Renata memperlihatkan senyum miring yang membut Rian emosi melihatnya.

“JAGA BICARA KAMU. PAPA TAHU KELUARGA KITA ITU GAK HARMONIS TAPI SENGGAKNYA JANGAN SEPERTI ITU. KAMU PIKIR PAPA DAN MAMA GAK SAKIT HATI DENGER ANAKNYA BICARA KAYA GITU?” teriak sang Papa sembari menendang sofa yang membuat mereka terlonjak kaget. Nana yang di samping Rian berusaha mengontrol emosi suaminya lewat usapan lembut di bahu suaminya seakan mengatakan 'Udah.'

“Papa seakan nyalahin Rena-”

“MEMANG KAMU SALAH!” potong sang Papa membuat Renata tersenyum mendengarnya.

“Liat kue itu,” ujar Renata sembari menunjuk kue yang di buatnya yang membuat mereka tertegun melihatnya. Kue yang unik karena terkesan bukan orang yang ahli dalam bidang pembuatannya. Batin mereka bertanya siapa yang mmebuat kue itu?

“Kue pertama yang aku bikin untuk wanita cantik itu. Dari tadi aku nunggu kalian pulang supaya kita bisa ngerayain bersama. Kalian kemana aja? Aku dirumah. Makan sama bibi, Ngobrol sama bibi. Kalian kemana aja seharian ini?” ujar Renata dengan suara seraknya. Mereka tahu Renata sedang menahan tangisnya.

“Kalian pergi seharian tapi gak peduliin aku yang dirumah sendirian. Buat apa aku disini? Anak mana yang hatinya gak sakit sih di perlakukan kaya gini? Kalian bahkan gak ngajak sama sekali. Rena juga mau di anggap. Rena juga mau ada di antara kalian. Ketawa bareng, becandaan bareng.” lanjut Renata.

KELVINATA (versi Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang