48. Not for?

893 135 22
                                    

000

PAGI harinya SMA Cendrawasih sekolah seperti biasa. Kini semua kelas sedang ramai-ramainya, dikarenakan skandal salah satu seorang murid SMA Cendrawasih. Di sepanjang lorong kelas Renata berjalan dengan bingung karena mereka sangat berisik.

“Gak nyangka gue,”
“Lumayan gratis,”
“Haha, udah gak penasaran.”

Renata bingung mendengar mereka yang terus berisik sepanjang lorong. Dia tidak bisa seperti ini, bisa-bisa dia mati penasaran. Kadang dia bingung, padahal 24 jam dia selalu memegang ponsel tapi masih saja ketinggalan hot News.

“Ada apa sih?” tanyanya pada salah satu gerombolan di koridor kelas.

“Lo gak tau, Ren?” tanya teman seangkatannya.

“Gak, emang ada apa?” tanyanya lagi.

“Anita kena skandal, dia kepergok dikamar mandi sekolah bareng cowok.” Jawab teman seangkatannya.

Renata melotot mendengarnya. Dia sendiri tak percaya kalau gadis itu bahkan sudah sejauh ini nakalnya. Bisa saja mereka hanya kebetulan bertemu kan?

“Yang bener anjir?” tanyanya lagi yang diberi anggukan oleh mereka.

“Iya, kepergok sama anak kelas 11. Terus divideo dan disebar sama tuh bocah, rada stres juga bocahnya pake nyebar ginian!” ujar temannya dengan diakhiri tawa.

Renata membenarkan ucapan temannya, menurutnya itu tetap privasi dan tidak seharusnya untuk dijadikan konsumsi publik. Harusnya orang yang menyebarkan video itu bisa segera melapor ke pengurus kesiswaan atau pada bimbingan konseling yang ada di sekolah. Tapi namanya manusia pasti terkadang hanya mementingkan kesenangannya.

“Cowoknya siapa? Reza bukan?” tanya Renata membuat mereka menggeleng. Renata agak lega .

“Anak kelas IPA 5, gak tau namanya siapa. Yang sering ikut pertukaran pelajar di kota lain itu dah,  Diko atau Disko gitu namanya.” ujar salah satu temannya.

Renata mengangguk singkat, “Yaudah ah, jangan lo sebar tuh video. Mau gimana pun kita sama-sama cewek harus saling ngejaga.” sarannya.

Mereka mengangguk, “Siap,” jawabnya.

“Gue duluan ya, makasih infonya!” pamit Renata yang membuat mereka mengangguk seraya tersenyum tipis.

Di sepanjang lorong kelas Renata masih memikirkan berita pagi ini. Apalagi di sekelilingnya masih terus ramai membicarakan Anita. Mulut-mulut itu sangat jahat dan terdengar sangat melecehkan.

“Kelihatannya kalem taunya ngalem,”
“Disko menang banyak,”
“Simpen-simpen jangan lo apus,”
“30 detik menuju neraka,”
“Hahaha,”

Dia memejamkan matanya sejenak. Saat membuka matanya dia melihat dua sahabat Anita yang sedang duduk di bangku depan kelas sembari tertawa. Entahlah, mereka mengapa masih bisa memasang wajah santai disaat sahabat mereka sedang dalam keadaan kacau? Samar- samar pun dia mendengar mereka malah membicarakan skandal Anita.

Renata lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju rooftop sekolah. Dia berjalan menuju arah belakang sekolah dan lagi-lagi dia menemukan segerombolan murid Cendrawasih sedang membicarakan Anita.

KELVINATA (versi Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang