1. BENCI ATAU CEMBURU?

16.4K 1K 103
                                    

•000••

Katakan apa yang membuatmu benci padaku. Jangan tiba-tiba membenci tanpa aku tahu alasannya.

ESOK harinya Renata kembali ke sekolah dengan perasaan takut. Takut kalau ada Kelvin di sekitarnya atau ada kuntilanak misalnya. Tidak, tidak, dia hanya takut ada Kelvin. Semenjak kejadian kemarin Renata seperti seorang pencuri yang sedang di intai. Kalau bertemu Kelvin dia selalu mengumpat. Sialnya, meskipun dari jarak jauh Kelvin selalu mengetahui.

Hari ini ia berangkat pukul 7:30. Renata memarahi dirinya sendiri yang telat bangun. Matanya menjuru ke segala arah memastikan kalau situasi sekolah benar-benar aman.

“Akhirnya,” lirih Renata sembari menghela napas lega saat dirinya sudah berada dibalik tembok besar.

Renata membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat siapa yang ada di belakangnya. Bahkan sangking terkejutnya dia sampai sedikit terhuyung kebelakang.

“Kelvin,” tukas Renata lirih.

Kelvin menaikkan satu alisnya sembari memandang Renata tajam yang membuat Renata meringis pelan saat melihat tatapan tajam itu.

“Anu-” ucapan Renata terlebih dahulu dipotong oleh ucapan Kelvin.

“Kenapa telat?” tanya Kelvin ketus.

“Anu kesiangan. Gak bohong kok!” jawab Renata membuat Kelvin memutar bola matanya malas.

“Lo tahukan pukul berapa sekolah masuk?! Dan cara lo ini sampah!”

Ketus Kelvin membuat Renata menundukkan kepalanya. Kelvin menghembuskan napasnya lalu menarik lengan Renata menuju lapangan utama.

“Ih lepas, Kelvin!” tukas Renata saat mereka berjalan dijalan koridor. Koridor sudah sepi hanya ada beberapa murid yang masih berseliweran melewati koridor.

“Lari 10 kali!” perintah Kelvin bersamaan melepaskan cekalan tangannya.

Renata melotot tak terima. 10 kali katanya?

“Gak mau! Gue udah bilang kalau telat bangun!” sanggah Renata membuat Kelvin berdecak. Alasan terus.

“Lo tahu aturan sekolah? Lo bukan kambing yang harus diarahin dulu baru nurut! Lari!” ujar Kelvin membuat Renata berdecak malas.

Dengan perasaan dongkol Renata mulai berlari mengelilingi lapangan yang super duper luasnya sedangkan Kelvin memerhatikan gadis itu dari bawah pohon besar dengan tenang.

Kelvin tahu, gadis yang sedang berlari ini sangat anti dengan yang namanya cinta dan netizen. Jangan tanyakan mengapa dirinya bisa tahu, karena rumor itu memang sudah menyebar di sekolahnya.

Baru kali ini Kelvin diperlakukan biasa oleh seorang gadis. Senyum penuh arti terbit di wajah Kelvin yang membuat kadar ketampanananya lebih meningkat.

Sedangkan Renata sudah menjalani putaran ke-3. Napasnya sudah tidak beraturan yang menandakan dirinya sangat lelah. Renata menghampiri Kelvin dengan berlari kecil.

“Gue gak kuat sumpah! Ini capek dan bikin lemah!” ujar Renata membuat Kelvin memutar bola matanya. Untung saja Kelvin masih mempunyai hati nuraninya.

KELVINATA (versi Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang