•••••
Sudah beberapa hari Adi dan Ara tidak bertegur sapa, bahkan walaupun mereka sekelas dan sebangku. Mereka tetap tidak bertegur sapa, seolah - olah mereka adalah orang asing satu sama yang lain.
Iti terasa sangat aneh bagi Ara maupun Adi, tapi apadaya. Ego berkuasa di hati masing - masing. Hingga Adi yang memutuskan untuk berbicara duluan kepada pemuda manis di samping nya ini.
Ia meletak kan susu almond dan roti kesukaan Ara pada meja nya, pemuda manis ini masih enggan menatap nya. Ia memfokuskan dirinya untuk lanjut membaca materi yang akan di test nanti.
" Makan dulu, nanti baca nya Ra. "
D i a b a i k a n, ya. Pemuda bersurai biru itu total di abaikan Ara. Ia masih asik membaca buku pelajaran nya, sebenarnya ia mendengar ucapan pemuda Ganendra nya. Hanya saja, ia masih tidak suka dengan ucapan pemuda itu tempo hari. Bukankah ia di bilang egois?
" Ra. "
" Ra. "
Adi mencoba untuk menahan amarah nya, bisakah untuk sekali ini pemuda manis itu tidak keras kepala? Ia menarik buku itu, dan berhasil membuat atensi semesta nya beralih kepada dirinya.
" Kamu mau apa lagi?? Jangan ganggu bisa gak sih?! Aku mau belajar, Adi! "
" Makan, kamu belum makan kan? "
Sangat dikejutkan, Ara tiba - tiba mendorong semua makanan yang sudah diletakkan Adi dengan baik - baik ke lantai. Semua nya berserakan.
" Gue mau belajar! Bisa gak sih, sekali - sekali lo ngerti apa yang gue mau?! " Ara berjalan mendekati pintu untuk pergi menjauh dari sana, tapi apa daya. Tangan nya ditarik kencang oleh kekasih nya itu, ia di sudutkan begitu saja.
Pemuda manis itu tentu saja terkejut, ia lagi - lagi baru pertama kali ini melihat sisi lain dari pasangan nya itu. Adi tampak sangat menyeramkan, ia menatap Ara dengan tajam. Tidak ada kelembutan yang biasanya terpancar dari tatapan pemuda bersurai biru itu.
" Tatap mata gue, Arasya. "
Ara benar - benar merinding saat mendengar ucapan Adi dengan nada rendah nya. Galaksi nya sangat berbeda, aura dominasi yang sangat terasa. Ia total menciut jika Adi sudah seperti ini. Pemuda manis itu menatap netra tajam itu dengan takut.
" Lo tau apa yang udah lo lakuin? Gue ngerti! Ngerti sekali, lo masih kesel karena beberapa hari yang lalu. Gue udah berusaha memahami lo. Tapi apa? Lo dengan santai nya ngebuang makanan yang gue kasih ke lo, Arasya- "
" Gue tau, tau banget. Makanan yang gue kasih gak seberapa sama lo, tapi lo bisa gak sih untuk mikirin, berapa banyak orang yang lebih butuh makanan yang lo buang tadi? Gue, jujur kecewa sama lo Ra, terserah. Gue capek. "
Adi melangkahkan kaki nya menjaih dari ruang kelas itu, dengan menuju rooftop sekolah nya. Mungkin sampai jam olah raga masuk? Entah lah, ia butuh ketenangan sebentar.
🤹🏻♂️🌱🕸⛓
Setelah jam olah raga masuk, Adi bergegas turun. Tentu saja ia tau dari teman nya Dirga.
Mereka melanjutkan permainan bola basket seperti biasa, hanya saja perbedaan nya tampak dari Ara, yang sedari tadi termenung begitu. Bahkan Mizura tampak sangat curiga, apakah ada sesuatu di antara Ara dan Adi?
Jujur, Ara merasa bersalah. Ia tak seharusnya begitu kepada kekasih nya. Tapi ia takut, takut untuk memulai ataupun meminta maaf kepada pemuda bersurai biru itu.
Bahkan setelah selesai permainan basket, mereka hanya saling bertatapan lalu dengan cepat Adi memutuskan kontak mata mereka. Dan berjalan jauh dari Ara.
Kemana si semesta dan si galaksi yang biasanya kita kenal? Bahkan siapapun tau persis jika mereka sedang dalam kondisi tidak baik - baik saja.
Ara mengejar Adi yang sudah duluan berjalan menjauh, mata nya berkaca - kaca. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Adi yang tidak akan memaafkan nya atau apapun itu. Ia rindu, ia tak suka Adi yang dingin begini.
" Adi! " Ara memanggil nya dengan keras, pemuda itu menoleh, menatap netra mata pemuda manis yang sudah berkaca - kaca sedari tadi. Ah, ia luluh saat itu juga. Tapi dengan cepat ia menyadarkan dirinya, mereka sedang bertengkar ingat?
" Jangan begini lagi.... Ara minta maaf, maafin Ara... Adi- Adi jangan ma- marah lagi, Ara takut..." Pemuda manis itu memeluk nya dengan erat, baju nya terasa basah. Ia tau sekali jika kekasih nya ini menangis. Dengan sigap ia membalas pelukan Ara dan tak lupa mengecup dahi nya perlahan.
" Ssst, udah - udah. Adi gak marah, Ara jangan nangis lagi. Sini lihat, Adi sudah gak marah kan? " Ia menangkup pipi yang muda dan menatap nya dengan lembut, menghapus sisa air mata di sudut mata nya.
" H-hiks, A-ara takut, maaf maafin Ara. Adi jangan benci Ara, Ara gak mau di benci Adi. Maaf Ara buat Adi kesal sama kecewa..."
" Iya Adi gak benci Ara, sejak kapan Adi bisa benci semesta nya? Udah ya? Jangan nangis lagi, nanti adek bayi nya ikutan sedih liat mama nya nangis begitu. " Pemuda bersurai biru itu merapikan rambut Ara dengan lembut, menghapus kembali bekas air mata nya. Dan memberikan kecupan kecil pada bibir yang manis.
" P-papa juga jangan marah sama adek ya? "
Ah, sudah mulai mengganti sebutan semesta dan galaksi dengan mama dan papa eh?
Adi menjongkok, mensejajarkan wajah nya dengan perut rata kekasih nya itu, dan juga mengelus serta mengecup nya dengan lembut.
" Papa gak marah kok, papa bahagia. Kamu sehat - sehat terus ya? Biar bisa cepat - cepat ketemu papa sama mama. "
————————————————
INADVERTENCE
12 Desember 2019.[] Kangen TXT , kangen BTS , kangen YeonBin, kangen TaeKook. Kangen anak - anak bighit...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝑵𝑨𝑫𝑽𝑬𝑹𝑻𝑬𝑵𝑪𝑬 •
Fiksi PenggemarSemua manusia pasti memiliki masalah, dan selalu dimaafkan. Namun, jika kita sudah membuat masalah besar. Masih inginkah mereka memaafkan kita? [ Cerita ini terinspirasi dari film Dua Garis Biru. ] YeonBin,