❝ 제 11 회 ❞

504 87 4
                                    

                           •••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                           •••••

Ara berjalan lusuh menuju kelas nya, sedangkan sedari tadi galaksi nya itu memanggil nama nya, entah lah. Ia hanya sedang tidak fokus sama sekali.

Semenjak kakak nya mengetahui kehamilan nya, mereka benar - benar tidak saling menyapa satu sama lain. Ara hanya takut, kalau saja kakak nya itu mengadukan tentang itu kepada sang ibunda. Ingat, pemuda manis itu masih belum siap?

" Ara! Ara tunggu! " Adi menggenggam pergelangan tangan nya, membuat pemuda manis itu tersentak dari lamunan nya. Ia menatap sayu onyx mata pemuda berambut biru itu.

Lantas dengan tiba - tiba Ara memeluk Adi, ia hanya terdiam. Tak peduli jika kekasih nya itu heran atau tidak.

" Ra? Kenapa? Cerita sama aku tolong? Hey? " Pemuda Ganendra itu melepaskan pelukan kekasih nya, dan menatap iris mata Ara yang tampak sayu dan juga mata yang memerah. Ada apa dengan kekasih nya itu? Setelah beberapa hari Ara mendiamkan nya dan tidak ingin di antar ataupun di jemput?

" Kakak tau, k- kakak denger s-semuanya Di! Aku- aku takut... "
Pemuda itu terisak pelan, dengan sigap Adi menangkup pipi yang semakin tirus milik kekasih nya dan mengusap air mata itu.

Yah walaupun sejujurnya Adi juga sama terkejut nya dengan Ara, ia tak menyangka Arisya kakak kekasih nya mendengar ucapan mereka tempo hari. Ia juga sama takut nya dengan Ara , bagaimana jika Arisya sengaja mengadukan hal itu kepada ibunda semesta nya?

" Ra, look at my eyes. Percaya aku, apapun yang terjadi, walaupun nanti kakak mu bakal ngaduin atau apapun itu. Aku gak bakal pernah sekalipun ninggalin kamu, ninggalin anak kita. Kita lewatin semua nya sama - sama, ok? "

Ara hanya mengangguk sambil menghapus air mata nya, galaksi-nya itu tersenyum dengan manis, dan jangan lupa sorot mata yang hangat membuatnya tenang. Ia percaya, pemudra Ganendra itu akan selalu dengan nya , kan?


Semua berjalan seperti biasa, dengan waktu jam pelajaran tiba. Seluruh siswa serius memperhatikan pelajaran, sama hal nya dengan Ara. Sedangkan pemuda Ganendra itu hanya termenung memerhatikan semesta milik-nya.

Hingga jam pelajaran usai, Adi mengajak Ara untuk makan bersama nya di kantin favorite mereka. Tapi sayang, kekasih nya itu sedang dalam mode tidak mood, dan menyuruh pemuda bersurai biru itu membawakan nya makanan.


Setelah Adi pergi, seseorang tiba - tiba saja menarik kursi dan duduk mendekat dengan Ara. Tentu, awal nya Ara terkejut, ah itu teman mereka dulu — Dipta —. Yah dulu, setidak nya mereka pernah berteman bukan?

" Ra, sendirian? Kemana pacarmu yang baik hati dan penyayang itu? Atau pasangan goals kita ini sedang bermasalah eh? " Dipta menatap Ara dengan tatapan pongah nya, dan jangan lupa dengan nada mengejek nya itu.

Ah, Dipta. Lelaki yang pernah menyukai nya dulu, ia juga termasuk sahabat kekasih-nya dulu sebelum mereka bertengkar.

" Makanya sih lo, udah bagus juga sama gue malah milih si problematic. Keluarga nya gak jelas, urakan, nakal. Atau, lo emang udah di kasih sesuatu sama dia? "

Ia melirik Ara dengan tatapan licik nya, dan mendekati wajahnya kepada telinga pemuda manis itu.

" Berapa sih lo di bayar sama orang problematic kaya dia? Ah , tentu saja pasti murah sekali. Sudahlah-"


" Kalian memang cocok, si murahan dengan si problematic. Haha. "

Adi memukul pemuda itu dari belakang, memang sedari tadi pemuda Ganendra itu sudah mendengar omong kosong dari Dipta. Ia benar - benar sudah tak tahan lagi saat pemuda itu mengatai kekasih nya seperti itu.

" Bajingan sialan! "


" Adi! Sudah! Di! Kumohon sudah jangan begini-" Ara menarik lengan galaksi-nya itu sekuat tenaga, tidak. Ini hukan keinginan nya membuat mereka bertengkar seperti itu.


" Minggir lah Ra! Dia memang pantas dapat hal seperti itu! Aku gak suka kalau kamu dibilang- "

" Murahan? Memang bukan? Kalau dia gak murah- "

' Bug! '

Adi memukul rahang pemuda itu dengan keras, dengan cepat pemuda itu membalas kembali pukulan Adi dengan tendangan yang kuat.

' Dugh! '

" Aargh! "

Ara yang mencoba melerai mereka tak sengaja terkena tendangan pemuda itu, hingga ia tersungkur menabrak meja yang ada di belakang nya itu.


" Ara! Ra? Ra! I- ini aku Ra, Adi. Ini aku, Ra? K-kamu bisa dengar aku kan? Ra? "

Adi dengan sigap memangku pemuda manis yang masih memegang perut nya itu, ia sengaja merebahkan kepala kekasih nya itu dengan dada nya.

Sedangkan Dipta, pemuda itu pergi begitu saja setelah tak sengaja menendang Ara.


" D-di,,, bayi- bayi nya Di! Aaahm- s-sakit, bayi kita..." Pemuda manis itu mencengkram lengan baju Adi dengan kuat untuk menahan rasa sakit nya. Adi yang mendengar ucapan semesta nya, segera berlari menggendong Ara menuju ruang kesehatan.

Ia benar - benar kalut, jika saja ia mendengarkan ucapan kekasih nya itu, hal ini tidak akan pernah terjadi. Bayi nya dan Ara tidak akan kenapa - kenapa , bukan?

—————————
INADVERTENCE
12 Desember 2019.




[] Baru up setelah menghilang dua hari mungkin? Ehe.
Anyway, bagusan anak nya perempuan atau laki - laki ya?

𝑰𝑵𝑨𝑫𝑽𝑬𝑹𝑻𝑬𝑵𝑪𝑬 •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang