❝ 제 19 회 ❞

399 70 13
                                    

                            •••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                            •••••

Dering hp itu berbunyi, Adi menatap ponsel putih milik kekasih nya itu. Sedangkan pemuda manis itu sedang asik melahap kue almond kesukaan nya.

' Bunda✨ is calling.... '

Dengan cepat pemuda Ganendra itu memberitahu Ara jika bunda menelfon.

" Ra, bunda nelfon. Angkat gih. "

Ara pun mengangkat telfon bunda nya, setelah membuangnya. Kini bunda ingin apa?

" Ya bun? "

" Kamu dimana? Pulang sekarang, bunda udah nunggu kamu dari tadi dirumah pacarmu. " Bunda mematikan nya tanpa ingin mendengar balasan dari Ara.

" Bunda bilang apa Ra? "

" Disuruh pulang, ke neraka! " Ara meninggalkan Adi yang masih terlihat bingung, dan segera menuju mobil mereka. Sedangkan pemuda bersurai biru itu sedang gelagapan segera membayar pesanan mereka dan menyusul semesta nya.

" Kamu kenapa Ra? Disuruh pulang ke neraka gimana nya? "

" Aku disuruh pulang ke rumah, aku gak mau. Mau sama Adi dan mama aja! " Ara memajukan bibirnya kesal, oh ayolah. Sekarang tujuan bunda nya itu apa sih? Sudah ikhlas ia di tinggalkan oleh bunda nya saat itu. Tiba - tiba disuruh kembali ke rumah.

" Loh seneng dong? Berarti bunda udah gak marah lagi sama kamu, sama kita, sama adek bayi nya juga. "

" Tapi kalau aku gak boleh ketemu sama kamu lagi gimana? Gamau ah aku! " Adi tertawa kecil mendengar ucapan kekasih nya itu.

" Ya kalau gak boleh, nanti aku usahain buat deketin lagi bunda mu. Toh sekarang kita ada adek bayi buat jadi penghubung kita? Bunda gak bakal setega itu buat misahin anak sama papa kandung nya Ra. Percaya sama aku. "


Setelah perbincangan kecil mereka dalam perjalanan pulang, akhirnya mereka sampai ke rumah Adi. Dengan segera pemuda bersurai biru itu memasukan mobil mereka ke halaman rumah dan menuntun Ara masuk ke dalam rumah.

Disana sudah ada bunda , ayah dan mama nya. Tatapan bunda masih kurang bersahabat saat menatap dirinya.

" Oh Adi sama Ara udah pulang? Duduk sebentar sini. Ada yang mau mama dan bunda ingin bicarakan. "

Mereka pun duduk bersebelahan dengan keduaborang tua mereka, sedikit gugup karena sedari tadi bunda masih menatap mereka dengan tajam.

" Gini aja, setelah Ara melahirkan. Sebaiknya kalian gak usah saling bertemu lagi. Dan juga kamu Ra, bunda udah pesan kan tempat untuk kamu di korea, kan katanya kamu mau kuliah disana. "

Sepasang kekasih itu benar - benar terkejut, ini bukanlah hal yang mereka harapkan. Bagaimana bisa bunda membuat keputusan sepihak begitu?

" Apa?! Nggak! Aku gak mau! Bunda apa - apaan sih?! Kenapa buat keputusan gampang gitu? Pokok nya Ara gak mau pisah dari Adi dan adek bayi! Walaupun Ara harus ngerelain kuliah Ara! " Jujur, ia sangat kecewa dengan keputusan sepihak bunda nya itu.


" Jujur, Adi juga gak suka keputusan mendadak begini. Kenapa harus berpisah? Kami saling mencintai. Dan juga, setega itu kalian memisahkan anak dari orang tua nya? "

" Adi, ini demi kebaikan kamu juga. Gimana kata rekan kerja kita kalau kamu yang baru aja menjabat sudah mendapat skandal begitu? Dan juga Ara masih muda. Banyak yang ia inginkan dan cita - citakan. Pikirkan itu- "

Adi memotong ucapan mama nya itu, tampak jelas sekali pemuda itu menahan amarah nya. Ia mengepalkan kedua tangan nya dan menggebrak meja kayu itu dengan keras.

" Kalian egois, ini namanya bukan untuk kepentingan kami. Ini cuma kamuflase biar kalian gak malu kan? Adi bener - bener kecewa sama kalian. "

Setelah itu semua nya hening, Ara menahan tangisan nya setelah melihat Adi — kekasih nya— melepaskan amarah nya. Ia ingin sekali menyusul galaksinya, apa daya tangan nya itu di tahan oleh ayah.


" Untuk masalah itu, sebaik nya kita pertimbangkan dulu saja. Saat ini kami akan membawa Ara dulu untuk berpikir jernih ke rumah. Terima kasih beberapa minggu telah menerima anak kami. Kalau begitu kami pamit dulu. "

Ia dibawa pulang oleh kedua orang tua nya, setelah sampai dirumah Ara langsung bergegas menuju kamar nya dan membanting pintu itu dengan keras. Tak lupa ia juga mengunci pintu kamar nya, ia menghiraukan panggilan ayah nya untuk membuka pintu kamar.


Ara hanya ingin sendiri dan menangis, ia benar - benar kecewa dengan orang tua nya. Ia memeluk foto mereka berdua yang ada di nakas tempat tidurnya. Ia hanya butuh Adi, dan hanya Adi.

__________________________________

[] Wah, gimana nih Ara sama Adi nya mau disuruh pisah aja. Jadi gimana guys, pisah atau disatuin?

 Jadi gimana guys, pisah atau disatuin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong dong, dek Ara ini gemes banget. Mama nya mana sih? Aku mau minta izin ngarungin anak nya terus dibawa pulang buat dipajang di kamar 😛🙏

_________________

_________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12 Desember 2019.

𝑰𝑵𝑨𝑫𝑽𝑬𝑹𝑻𝑬𝑵𝑪𝑬 •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang