08. rapat perdana

262 52 7
                                    

"Dim, kerjain tugas yuk di Bene." Ucap Keenan pada cowok si pemilik tinggi 180 cm ini. Kadang-kadang, Keenan menyebutnya si tiang listrik, habisnya tinggi banget. Dimas, yang lagi masukin barang-barangnya ke tas, menggeleng,

"Duh, gue kan ada rapat PORAK, Nan. Gimana dong? Tar maleman deh gue ke kosan lo aja gimana?"

Keenan lupa, sahabatnya di Fikom ini anaknya super sibuk. Aktivis. Anak BEM namanya juga.

"Oh iya. Yah, yaudah. Kapan selesainya? Langsung kosan aja lah ya."

"Paling maleman sih, banyak yang mau dibahas."

"Oke. Sekarang mau ke Sekre BEM?"

"Iyes. Bareng aja Nan keluarnya, sekalian anterin gue ke sekre hehehe."

"Dih, udah gede masih dianterin."

"Atuh, temenin laaaaah."

"Iya, iya, bawel dih."

"Hehehe"


Keenan Cuma nempel sama Dimas aja kalo di kampus. Dia beneran menjadi cowok 'tidak terjangkau' di kampus. Entah kenapa, cowok-cowok aja tuh segan gitu loh mau berteman dengan Keenan. Mungkin karena Keenan itu dingin kali ya. Udah gitu mukanya kan jutek terus. Cuman Dimas, yang bisa menembus Keenan. Orang lain kalo dicuekin Keenan tuh langsung nyerah, tapi Dimas enggak. Kaget banget Keenan pas Dimas selalu menyebut namanya kalo ada pekerjaan kelompok. Semenjak itu mereka jadi nempel terus deh. Sama kayak Aiden, temen Keenan di kampus Cuma satu. Ya Dimas ini. Diem-diem, mereka ini banyak fans nya. Yang satu karena jadi kakak tingkat anak BEM super kece dengan senyum paling manis, satu lagi selebgram tapi ice prince. Duh, idaman cewek-cewek banget. Kalo mereka berdua lewat di lorong, kelar deh idup cewek-cewek.

Kayak sekarang ini. Banyak baget mata memandang mereka waktu mereka lagi jalan di lorong kampus.

"Tuh adek tingkat tuh pada liatin lo semua." Komentar Keenan kepada Dimas. Dimas tau. Tapi dia sih sebenernya bodo amat. Nggak paham juga, kenapa banyak yang nge-fans sama dia? 

"Ah, liatin lo kali. Selebgram~"

"Gue mah kentang kalo disebelah lo, Dim. Hahahaha. Tinggal pilih tuh."

Jujur, dia enggak tertarik. Menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi membuatnya melupakan satu hal; love life. Dia beneran nggak pernah tuh naksir cewek sana sini. Engga sempet, beneran. Jujur dalem hati dia tuh capek, pengen banget kayak Keenan yang kehidupan cintanya semulus jalan tol. Yah, walaupun gonta-ganti pacar udah kayak ganti contact lens.

Cuman, akhir-akhir ini, ada yang menarik perhatiannya.

"Eh, Nan. Temen lo itu... siapa tuh yang kemarin? Ah, Arina. Lo temenan dari kapan?"

Keenan menaikkan alisnya, "Arin? Oh... gue kenal biasa doang. Dia tuh sahabatnya si Nathan."

"Oya? Orangnya gimana?"

"Hmmm... 11-12 sama Nathan, lah. Berisik, lebih galak dari gue. Anaknya fun sih, bukan tipe-tipe cewek menye-menye gitu. Kenapa emang?"

"Oh, enggak... Anaknya lucu. Terus dia kan ikutan kepanitiaan ini, Nan."

Keenan sih udah tau dari Nathan kemarin. "Jangan bilang lo... naksir?"

Dimas menggaruk tengkuknya, "Mmmm... mungkin? Hehehe. Gue pengen ngenal dia lebih jauh aja sih Nan. Anaknya menarik."

Keenan kok feeling-feeling gak enak ya. Apa kata Nathan ya kalo tau?

"Jadi sekarang mau nih naksir-naksir cewek? Dulu bilangnya gak tertarik???"

e·the·re·al #2: nathan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang