Disclaimer : Seluruh dunia sihir milik 'J.K Rowling', jalan cerita milik 'cassisluna', aku cuma translator aja disini *sweet smile*
------------------------------------Keesokan harinya ketika Harry terbangun, dirinya merasa kehilangan sesuatu dan ternyata sesuatu itu adalah suara dengkuran Draco.
Tempat tidur disebelahnya sudah kosong, begitu juga dengan seluruh tempat tidur didalam Hospital Wings.
Dengan wajah memerah, Harry dengan cepat menyingkap selimut dan menyakinkan dirinya bahwa Madam Pomfrey tidak akan mengirim pasukan Inferi ke arahnya jika dia keluar dari Hospital Wings sekarang.
Lagipula dia sudah bisa menggerakkan tangan kirinya tanpa merasakan sakit sedikitpun.
Ketika Harry keluar dari Hospital Wings, ternyata malam sudah tiba. Dia melemparkan mantra Tempus dan dengan cepat berjalan kearah Aula besar ketika mantra tersebut menunjukkan sekarang waktunya untuk makan malam.
~/**\~
Seharusnya Harry tidak perlu terkejut ketika seluruh penghuni Hogwarts tau kalau dirinya terkena kutukan yang sedang viral yaitu The Lip Lock Jinx, tapi tetap saja, keheningan yang menyerang, juga seluruh kepala yang menengok kearahnya ketika dia membuka pintu Aula besar tetap membuatnya membeku ditengah pintu.
Beberapa detik berlalu sebelum Aula besar tiba-tiba ricuh dengan suara siulan dan teriakan "Harry, ayo cium aku!" Dari gadis-gadis yang membuatnya memerah sampai ke telinga.
Saat Harry sampai di meja Gryffindor, ia dengan sengaja mengabaikan seringai yang dilemparkan seluruh anggota team Quidditchnya dan duduk di sebelah Ron dan Hermione yang memandangnya kasihan.
"Maaf, mate." Kata Ron, mendelik tidak suka pada adiknya yang dengan senang hati mengabaikannya.
"Aku sudah memarahinya, tapi kekuatan kakak laki-laki tidak pernah berhasil jika adikmu adalah Ginny." Lanjutnya.
Harry mengangkat kedua bahunya tidak peduli dan tersenyum kearah Ron seolah mengatakan tidak apa-apa, yang dimana langsung membuat wajah Ron berseri-seri.
"Oke, karena sekarang aku sudah meminta maaf dan segalanya," Kata Ron, menyeringai jahil.
"Beritahu aku siapa gadis yang beruntung itu?"
Hermione menyikutnya dengan cukup keras, hingga membuat Ron terjatuh dari kursinya dengan suara debuman yang cukup keras, sebelum kembali menatap Harry.
"Kami mengujungimu di Hospital Wings sore tadi, tapi kau masih tertidur. Jangan khawatir Harry, aku akan berbicara lagi pada Ginny nanti." Kata Hermione dengan tekad, memberikan tatapan siap membunuh kepada adik perempuan Ron satu-satunya.
Harry menyentuh pelan siku Hermione untuk mendapatkan perhatian gadis berambut coklat itu, dan dengan senyuman manis diwajahnya dia menggeleng pelan.
"Harry James Potter! Kalau kau tidak mau aku berbicara pada Ginny hanya karena kau takut itu akan menghancurkan harga dirimu, maka tuhan tolong tahan aku supaya tidak membunuh mu sekarang juga!"
Sebenarnya sangat sulit —bagi Harry— untuk menghindari tatapan Hermione dan menyibukkan dirinya dengan menyuap satu sendok penuh kentang tumbuk.
Hermione mendesah lelah, dan kembali menatap makan malamnya.
"Kau sebaiknya tau apa yang kau lakukan, Harry." Gumamnya.
Harry tidak tau apa yang dia lakukan, jujur saja.
Pilihannya hanya mencium Malfoy atau menunggu dengan sabar sampai Ginny merasa kasihan padanya lalu mengangkat kutukan ini darinya.
Dan karena dia merasa pilihan kedua adalah pilihan terburuk untuk saat ini, tapi disisi lain pilihan pertama juga sulit untuk dilakukan, Harry merasa dirinya berada di antara dua jalan menuju kematian.
~/**\~
Hari selanjutnya, Harry mulai memikirkan kembali keputusannya.
Ketika dia berpikir pelajaran kelas delapan adalah neraka, ternyata itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan pengalaman melewati tahun ke delapan tanpa bisa menyuarakan satu mantra pun.
Harry sebenarnya ahli dalam hal sihir non-verbal, tapi itu hanya berlaku untuk beberapa mantra sederhana seperti Scourgify dan meng-Accio puding coklat dari piring Dean.
Yang pasti, tidak dengan mantra yang bisa mengalahkan Goblin dari Scandinavian di kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.
Harry dengan susah payah berusaha bertahan dikelas hari itu, walau pada akhirnya dia menyelesaikan kelas dengan kaca mata yang pecah dan harga diri yang hancur berkeping-keping.
~/**\~
Kapanpun Harry dan McGonagall bertemu di tengah koridor, dia akan tersenyum manis kearah proffesornya sebagai tanda hormat dan McGonagall akan menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala seperti dia ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhinya beliau hanya menggelengkan kepalanya dan pergi begitu saja dengan kalimat simple.
"Semoga harimu menyenangkan, Mr.Potter." Adalah salah satu contohnya.
~/**\~
Harry mulai berpikir dia bisa saja mencium Malfoy dengan cepat dan selesai sudah.
Tapi... Bukannya tidak mau melakukannya, namun— setiap kali mereka berpapasan di koridor, mereka hanya melewati satu sama lain, dengan Draco yang menganggapnya tidak ada, dan Harry yang merasakan jantungnya berdegup kencang sampai sulit bernafas.
Okay, jadi.
Mencium Draco. Coret dari pilihan.
Jadi pilihan yang tersisa hanya memohon pada Ginny untuk mengangkat kutukannya.
Tapi itu juga tidak mungkin.
'ARGH lebih baik aku dibunuh oleh pangeran kegelapan sekarang juga.' Batin Harry suram.
.
.
.
.
.~To Be Continued~
With love♡
Fany
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lip-Lock Jinx [Completed]
HumorSTORY : cassisluna COVER : red_rahl The Lip-Lock Jinx adalah kutukan yang akan menyebabkan suara si korban menghilang. Hanya ada 2 cara untuk mengembalikan suara si korban. Yang pertama, si pengutuk mengangkat kutukannya. Dan yang kedua, si korban m...