14 | Mark

396 13 0
                                    

Yang udah nunggu part ini ,big lop buat kalean 💗
Vote dulu dong, aseq.

_ _ _ _ _

"I Mark you, then you are mine. Its simple like that baby."

_ _ _ _ _


Seperti pagi sebelumnya, Rachel kini sudah duduk manis di meja makan dengan sepotong roti dan segelas susu. Matanya terus melirik jam tangan berwarna cokelat pada pergelangannya. Sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup, itu artinya jika dia tidak segera berangkat maka dia akan terlambat.

"Sialan, awas aja nanti." Desisnya pelan lalu segera beranjak dari sana, mengabaikan sarapannya yang belum habis.

Untung Mama dan Papanya tidak ada, jika tidak mungkin dia sudah mendapat ceramah karena tidak sarapan. Begitulah dia, sangat disayangi sebagai putri tunggal Silvia Amora dan Reon Elden. Apapun yang Rachel lakukan semua harus dalam pengawasan mereka, Mereka ingin yang terbaik untuk putri mereka. Tapi tidak dengan perjodohan itu. Perjodohan untuk perjanjian yang telah mereka sepakati dulu.

Rachel turun dari mobil pak Ojin yang mengantarnya. Menyapukan pandangannya lalu bergerak menuju kelasnya. Hampir saja dia telat, karena menunggu calon tunangannya itu. Oke, Rachel tak mau ambil pusing, biarkan saja cowok itu mau berbuat apa, Rachel hanya mengikuti alurnya.

"Pagee Tuan Puteri!! Punteun, kok telat atuh neng? Abis jadi IRT dulu?" Sapa Roy ceria ketika Rachel baru memasuki kelasnya itu. Dari sekian banyak orang kenapa harus Roy si Buaya bobrok yang menyapanya!?

"Apaan sih Roy-co, pagi-pagi udah nyampah aja!" Balas Rachel malas lalu menuju bangkunya, meski Roy tetap mengekorinya. "Kenapa atuh neng, sini bilang sama abang..." Roy tersenyum menggoda.

"Pergi lo Buaya rawa! Gue lagi kesel nih ah!" Geram Rachel menatap cowok yang nyengir itu tajam. "Hehe, iya ampun suhu...."Roy pun dengan cengengesan pergi dari hadapan Rachel.

Hah, menyebalkan. Memang biasanya dia sering bermain dengan Roy, tapi kali ini mood-nya sedang buruk dan tak mau diganggu. Bahkan dia baru sadar bangku sahabat-sahabatnya masih kosong, tak ada satu pun pesan dari mereka juga. Mereka kemana? Bahkan ketika jam pelajaran dimulai pun kedua sahabatnya tidak memasuki kelas. Rachel menjadi bingung sendiri karena pesan-pesan yang dia kirim, tak menunjukan kabar dari mereka.

Oke, ini hari yang sangat menyebalkan. Pertama Rega dan kedua, dua sahabat laknatnya tidak ada. Apa Tuhan sudah merencanakan hari ini buruk baginya? Rachel menyesal masuk sekolah kalau begitu.

"Pagi anak-anak....." suara guru yang mengisi kelasnya pun menggema membuat teman-teman termasuk dirinya yang menelungkupkan wajah ke meja menjadi bersiap.

"Ah...sialan," gumam Rachel sebelum membuka bukunya malas.

- - - - -


Audy merutuki nasibnya kini, berjemur di tengah terik matahari jelas bukan bagian dari hari indahnya. Keringatnya telah membasahi wajahnya, wajah putihnya kini memerah terpapar sinar matahari yang mulai beranjak naik. Yang kata Pak Ace selaku guru BP baik untuk tulang-tulangnya. Hmpfft, sialan. Dikiranya dia bodoh apa!?

Oke mari kita perjelas, karena Mamanya mendadak harus ke Bandara, Audy terpaksa merelakan berapa menit waktunya mengantar Mamanya. Siapa sangka, macet menjadi penyita waktunya hingga dia terlambat. Seharusnya Audy bisa lolos dari guru kumisan itu, tapi sialnya gara-gara cowok disampingnya kini dia harus merelakan jam belajarnya untuk menghormat bendera merah putih.

Hell(o) F a t h e r Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang