Prologue

439 32 4
                                    

Kenalin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kenalin.. Dia Aksa, calon jodohnya orang.

Sekalipun Fe bersikeras menganggap rasa yang tercetus untuk orang ini tidaklah seserius yang dia bayangkan. Pada akhirnya.. Fe tetap akan terjebak pada sebuah antalogi rumit yang melibatkan dia dan perasaan Aksa.

Suatu hari ketika mereka pertama kali dipertemukan dalam keadaan yang tidak sama-sama tahu dan siap untuk memahami satu sama lain. Fe pernah berharap bukan lah dia perempuan yang terpilih. Fe juga tidak menginginkan dimiliki oleh seseorang seperti Aksa.

Seumpama semua ini hanya paksaan, Aksa sejatinya bukan lah tipe cowok pemaksa.

Waktu itu, di kala langit sedang gelap-gelapnya, Aksa menepikan mobil mewahnya di pinggiran jalan lalu menawarkan tumpangan pada Fe secara tiba-tiba. Selayaknya pertemuan yang terjalin bagai drama-drama TV tontonannya, Fe merasa ada yang salah dari cara Aksa bertutur.

"Aku suka sama kamu," ujar Aksa dengan suara tenang.

Tentunya Fe terlonjak kaget atas penyataan suka itu.

Baginya semua ucapan Aksa mengandung duri; menyakitkan, memberi luka, dan susah sembuh.

"Aku nggak minta kamu jawab sekarang, Fe. Kapan-kapan aja," ujar Aksa, tersenyum tipis.

Senyuman Aksa ada dua ragamnya. Pertama senyum tipis— yang hanya melebarkan kedua sudut bibirnya

Lalu, senyuman merekah seraya menarik satu garis asimetris. Senyuman ini agaknya ciri khas Aksa banget. Dan emang cuma dia orang yang tersenyum seperti itu di sepanjang sepak terjang Fe mengenal dan berinteraksi dengan manusia. Anehnya, senyuman itu entah bagaimana selalu Aksa tunjukkan padanya.

Iya. Hanya di depan Fe. Seorang.

"Gue tuh nggak tahu kenapa lo bisa suka sama gue, Sa. Orang-orang di sekitar gue bilang kalau lo itu cowok yang menakutkan. Well, i should unbothered about it, sih. Urusan lo dan sifat lo itu mah, nggak akan gue celah atau pun gue bahas di sini. Yang pasti gue cuma nggak bisa memperkirakan lebih jauh kenapa dari sekian banyak cewek yang naksir sama lo, secara mengejutkan lo malah sukanya sama gue. Kan aneh, Sa. Aneh."

Aksa menginjak gas, mobilnya berhenti di pinggiran jalan yang sepi dan lengang. Fe sudah berfirasat dia akan segera diturunkan. Maka dia pun bersiap-siap membuka pintu dan keluar, namun sebelah tangan Aksa tiba-tiba saja menahannya agar ia tak buru-buru pergi. "Fe.. emangnya gue nggak boleh ya suka sama cewek kayak lo?!"

Pertanyaan Aksa ini kenapa sulit sekali untuk dijawab? Bagai diberikan sepuluh soal Fisika tersulit yang pernah ada, Fe sama sekali tak menyiapkan jawaban yang akurat selain ringisan di wajahnya seolah memberi bukti betapa Fe cukup kesulitan memahami bagaimana kejelasan isi hatinya.

"Boleh-boleh aja sih kalau emang lo tulus. Sebaliknya, kalau lo nggak tulus sama perasaan lo ke gue, maka jangan pernah main-main, Sa. Gue nggak suka."

"Nggak suka sama gue?"

"Bukan."

Sepintas Aksa menghembuskan napas lega. Setidaknya dia belum betulan ditolak mentah-mentah oleh Fe.

"Terus.. Lo nggak suka apa?"

"Nggak suka disukai sama lo, Sa. Karenanya.." Fe menjeda ucapannya sejenak, membuat Aksa seketika menahan napas. Aksa merasa tidak tenang, gelisah, dan kuatir.

"Kenapa?"

"Karena lo itu Aksa. Adhyaksa Wildan.
Lo udah kayak pangeran buat gue, Sa. Dan gue nggak punya khayalan setinggi bintang di langit sampai gue harus sepercaya diri itu punya keinginan jadi pacar lo. Mending jangan sama gue, Sa. Gue orang yang gampang minder."

Sehabis berucap begitu, Fe betulan keluar dari mobil.

Aksa meratapi kepergian Fe dengan ekspresi datar yang tidak memperjelas maksud apapun.

{}

PRINCE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang