10. Yang kau sukai.

114 22 2
                                    

Baru saja masuk ke dalam area kelas, seisi ruangan menyambut Fe dengan gelak cerita. Gadis itu menggaruk bagian belakang kepalanya, merasa bingung. "Dit, ada apaan nih?"

Cewek berambut hitam bergelombang yang ditanyainya itu mengendik. "Gue aja baru dateng, Fe. Nggak tau deh anak-anak pada ngeributin apaan."

"Lo aja yang mewakili kelas kita, Ris." tunjuk Genta pada sosok karibnya yang sibuk mainin game di hape.

"Jangan gue. Kalau di nikahan orang sih, gue mau-maunya aja nyanyi. Beda ceritanya nih kalau udah nyanyi di depan semua warga kampus—sesatu fakultas ini," Harris menggeleng sambil tersenyum miring. "Kagak deh. Mending lo semua cari yang lain aja."

Maliq mendengus. "Yang pinter nyanyi lagu dangdut kan cuma lo doang, bro."

"Lo itu Nassar-nya anak Ilkom, Ris. Ayolah!"

Mendengar itu Fe ketawa sambil mendekat. "Anjir, gue kira tadi kalian bahas apaan? udah kayak diskusi membahas demo penurunan uang UKT aja."

Ia berdiri di samping Genta, menyanggah tangannya di pundak  cowok itu. "Jadi ini lagi bahas siapa aja perwakilan kelas kita untuk Fisip Expo nanti ya?"

Beberapa orang terlihat mengangguk.

Gadis itu jatuhin pantatnya di kursi kosong, sebelahan dengan Sabta yang sibuk ngemut permen sambil nonton film barat di hape. Mengeluarkan catatan dan sebatang pulpennya, Fe membaca list nama-nama yang sudah disepakati akan mengisi daftar perwakilan kelas dalam event tahunan fisip Expo dua hari lagi. "Yang nanti mewakili kelas kita buat nyanyi lagu pop siapa aja, nih? Udah sepakat kan dua orang itu si Yoan sama Damar?" serunya pada seisi kelas.

Cowok yang bernama Damar segera menyahut. "Gue nggak jadi ya, Fe. Lo cari aja nanti pengganti gue mulai dari sekarang, mumpung masih sempet."

Kesal dengan pengunduran diri Damar yang tiba-tiba, membuat tangan Viona enteng berayun ke kepala cowok berkaca mata itu, menoyornya. "Lo tuh cemen banget, sih, Mar? Udah H-2 nih. Kenapa lo pake mundur segala?"

"Santai Mbak bro. Masih banyak penyanyi pop berbakat di kelas kita."

Fe secara langsung mencoret nama Damar dari daftar singer male di catatannya. "Ya udah, kita diskusiin lagi penggantinya Damar nanti. Terus sekarang siapa yang mewakili kelas kita di singer male dan female dangdut nih, minimal singer male-nya aja dulu. Nggak apa-apa."

"Harris!! semua orang kompak berseru, yang namanya baru saja diserukan beramai-ramai sampai terkaget dan hampir jatuhin hape-nya ke lantai.

"Jangan gue aelah. Awas ya kalau lo nulis nama gue di catatan itu. Sampe tiga kali puasa, tiga kali lebaran pun gue nggak akan maafin lo, Fe!" ancamnya.

"Sumpah, lo ngomong kayak gitu aja udah enak banget cengkoknya, Ris," sahut Fe asal—yang justru disambut gelak tawa oleh hampir semua penghuni kelas, termasuk cowok berwajah manis di barisan paling pojok.

Aksa.

Sejak tadi dia sudah duduk di sana sembari mendengarkan segala jenis keributan di dalam kelasnya tanpa berniat ikut serta menjadi salah satu pengusul ide. Aksa jarang bicara. Dia juga akan menepi dari segala macam hara-huru cerita teman-temannya. Namun apabila mendengar kalimat apapun terlontar dari bibir Fe, tawanya akan keluar begitu saja.

"Terus-terus.. bagian juru masak, nih. Siapa yang mau daftar?" Fe kembali berteriak selepas hening yang cukup lama.

Satu persatu tatap mata menunjuk ke arah Fe, membuat gadis itu sontak menulis namanya sendiri. "Gue kan yang kalian maksud?" terkanya percaya diri.

PRINCE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang