15. Masih berlanjut

117 20 0
                                    





"Ci, lo lagi dimana?"

Fe berdiri sendirian di seberang jalan gedung-gedung akademik kampusnya.
Biasanya kebanyakan mahasiswa  berbondong-bondong datang ke daerah itu atas urusan pengerjaan karya ilmiah, skripsi atau mungkin jurnal.

Tapi Fe tidak datang ke salah satu gedung itu untuk mengerjakan hal demikian. Gadis berambut pirang alami ini baru saja tiba di kampus dan mendapati kelas Statistika hari ini dimundurkan jadwalnya ke sore hari, sekitar jam tiga. Alhasil Fe merasa kedatangannya sepagi ini ke kampus selalu berujung kesialan yang menyebalkan. Lain kali Fe akan memikirkan untuk terlambat datang saja ke kelasnya jikalau ia akan tetap mendapat nasib sial seperti ini.

"Gue di gedung PKM cuy," sahut Viona di seberang telepon.

Anggukan kepala gadis itu kemudian menjadi penyelesaian akan kemana dia pergi. Seperti biasa, jika tidak ada lagi tameng yang bisa dia jadikan sebagai tempatnya berkeluh kesah, maka Viona akan menjadi jalan satu-satunya yang dituju oleh Fe. Nggak ada orang lain selain perempuan itu.

Gedung PKM biasanya selalu dipakai untuk acara-acara formal kemahasiswaan. Seperti seminar, gebyar, atau mungkin pelatihan tertentu. Datang ke sana, sambutan meriah dari para anggota klub musik tradisional di area lobi menjadi objek yang pertama kali Fe lihat. Begitu dia jumpai satu-persatu anggota klub musik tradisional itu, ternyata ada salah satu teman sekelasnya di sana. Dita. Cewek berwajah Jawa tulen itu terlihat sangat antusias mengikuti serangkaian briefing klub musiknya.  Karena mungkin saja dalam waktu dekat ia akan mengikuti sebuah event kebudayaan daerah.

"Fe!!" sosok gadis itu melambaikan tangannya ke atas, tersenyum girang menyapa Fe.

Meski sedikit canggung karena posisi Fe tepat berdiri di depan para anggota klub, namun ia tetap berusaha melempar senyum terbaiknya pada Dita seraya ikut melambaikan tangan. "Hai Dit?! sahutnya.

"Woi, jangan berdiri di tengah-tengah jalan, ganggu orang lagi briefing aja deh lo," Viona tahu-tahu muncul dan menyeret Fe ke area lobi.

"Ih, lepas deh ci. Sakit ini tauk tangan gue lo tarik-tarik anjir."

"Ya makanya jangan berdiri di tengah orang lagi latihan," omel Viona tetap pada topik sebelumnya.

"Mana gue tau posisi gue bakalan ganggu mereka keles. Orang gue cuma berdiri doang di sana."

"Shut up!" Viona menaruh telunjuknya di depan bibir Fe, membuat gadis itu diam seketika. "Nih!" menyerahkan balon dan alat pompanya ke tangan Fe lalu tersenyum, gadis berkulit putih susu itu berhasil membeliakkan ekspresi wajah Fe. "Apaan nih?"

"Pompa balonnya deh, nggak ada kerjaan kan lo?"

"Kenapa gue? Emang di sini lagi ada acara apaan?"

"Besok anak S1 Perpustakaan bakalan ada event bazar buku gratis. Nah di area lobi inilah lokasinya. Maka dari itu hari ini gue rela datang kesini demk bantuin dia buat ngedekor stan bazar-nya."

"Terus balonnya buat apa?"

Sepasang mata Viona mengedari segala penjuru lobi, lalu berhenti di sebuah tiang-tiang besar. "Tempel di beberapa tiang yang ada di sini, sekalian pita sama kertas writing art-nya juga di tempel, biar cantik."

"Emang ini tugas individu temen lo?"

"Katanya sih gitu. Awalnya mereka berkelompok tapi temen gue yang jadi ketua panitia Bazar ini tuh rada introvert gitu. Jadi dia nggak banyak dibantuin sama temen-temennya. Kasian. Makanya gue bela-belain dateng pagi-pagi ke sini biar dia nggak kerja sendirian."

PRINCE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang