3. Saingan!

172 23 6
                                    

Rabu yang Fe lalui begitu sibuk, sudah dari pagi dia mondar-mandir ke satu kos dan ke kos lainnya, mengantar produk keripik pisang coklat buatan ibu pada setiap temannya yang mengorder

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rabu yang Fe lalui begitu sibuk, sudah dari pagi dia mondar-mandir ke satu kos dan ke kos lainnya, mengantar produk keripik pisang coklat buatan ibu pada setiap temannya yang mengorder. Fe membuat Honda beat yang cicilannya belum lunas itu pecah ban. Terpaksa dia menepi ke bengkel lalu minta diperbaiki ban tersebut agar bisa dikendarai lagi.

Mahasiswi ilmu komunikasi ini nggak pernah mengenal kata lelah atas apa yang dia usahakan. Demi ibunya, demi ayahnya, demi kuliahnya, demi Esa, dan demi kuota internet.

Selepas ban motornya diperbaiki, Fe segera menstarter motor dan membawa kendaraan kesayangannya itu kembali ke area kampus.

Pesan dari Viona muncul ketika Fe tiba di parkiran gedung kuliahnya.

Fe merasa kesal begitu membaca keseluruhan isi pesan tersebut dimana hasilnya ternyata kuliah hari ini dibatalkan.

"Anjir, gue udah capek-capek ke sini malah nggak kuliah," dumelnya seorang diri. Setelahnya Fe kembali menstarter motor dan lebih memilih menghampiri Viona saja di dekanat fisip.

Sampai di sana, Fe malah tak diindahkan oleh teman perempuannya itu. Sejak lima belas menit yang lalu kerjaan Viona cuma mondar-mandir saja di hadapannya. Viona memegang selembaran map kertas berwarna kuning yang kalau bisa Fe perkirakan mungkin isi di dalam map itu berupa berkas penting.

Sekeliling gedung Dekanat fisip dipenuhi beragam macam kegiatan mahasiswa. Namun yang paling mendominasi ialah kerumunan para mahasiswa semester tua tengah bimbingan dengan dosen masing-masing. Maka dari itu, Fe kadang males duduk di sana, selain dia masih menyimpan dendam pada beberapa kakak tingkatnya yang dulu semasa ospek pernah menindasnya, Fe juga malas bersitatap dengan para dosen jurusannya.

"Lo kalau cuma bolak-balik dimari, mending balik aja lah?! Kita beli seblak terus makan di kosan Harris."

Ucapan Fe barusan tak diacuhkan oleh Viona, dia terus saja mondar-mandir sambil gigitin kuku-kuku jarinya.

"Fe, kalau gue nanti nggak lulus seleksi gimana ya?"

Fe mengernyit. "Apanya yang nggak lulus? Lo nggak bilang kita ada ujian di sini?"

"Aduh, bukan itu!" Viona buru-buru menggeleng.

"Terus apaan dong?"

"Lo ikut pertukaran pelajar nggak sih?"

"Ada gitu yang mau nukar gue sama pelajar dari negara lain?" tanya Fe, asal.

Dalam keadaan gugup begini, Viona masih bisa saja tertawa. "Ya kagak ada sih, lo kan nggak ada bakat yang bisa ditonjolin."

"Sialan, ya, mak lampir!"

Berdiam diri sesaat, kedua anak itu akhirnya duduk di kursi panjang tanpa tujuan dan harapan yang pasti.

Bagi Fe sendiri yang mana kuliahnya sudah dibatalkan dan otomatis nggak ada kerjaan lagi selepas mengantar semua pesanan teman-temannya. Fe memilih menemani Viona saja dengan urusannya yang belum selesai.

PRINCE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang