5. DISTANCE

303 20 1
                                    

"aku ingin kita dekat namun, hatiku memaksamu pergi. Aku tak ingin tersakiti. Cukup kau koreksi dirimu dan kembali jika ditakdirkan nanti"
.
.
.

Alea benar-benar tidak ingin Rendi pergi dari hidupnya. Tapi, ia sudah lelah membuat Rendi ingat padanya. Lagian sekarang Rendi juga sudah punya pacar untuk apalagi ia berharap.

Harapannya lima tahun ini sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Hanya dia yang selalu ingat dan merindukan Rendi kecil, tetapi Rendi terlihat tidak peduli bahkan tidak menyadarinya.

Alea berjalan ke luar dari gerbang sekolah. Ia melihat sepasang manusia tengah berjalan bercanda tawa di depan parkir. Hati Alea nyeri, tertusuk ribuan jarum tak kasat mata. Meskipun ini sudah jadi keputusannya untuk menjauhi Rendi, tapi tetap saja ia tak bisa menyangkal kalau saat ini ia merasa cemburu, marah, dan sedih yang bercampur aduk.

Seperti biasa ia menunggu angkot di halte. Namun tak seperti biasanya, ini sudah agak terlambat. Sudah 30 menit ia menunggu, tak satupun angkot yang lewat di depannya.

Sebuah mobil sport merah berhenti di depannya. Alea merasa sangat heran, mengapa mobil itu berhenti. 'jemput orang lain mungkin' batinnya.

Pemilik mobilpun keluar menampilkan seorang siswa berseragam sama dengannya.

Laki-laki itu meraih tangan Alea dan membawanya mendekati mobil. Sontak saja Alea sangat kaget, hingga tak menyadari perpindahan posisinya tersebut.

"Lo mau jadi patung selamat datangnya sekolah ini?"ucap laki-laki itu.

Alea pun tersadar dari lamunannya, namun ia tak tau harus bagaimana. Laki-laki berpostur tubuh tinggi itupun menghela nafas berat, kemudian membukakan pintu di sebelah Alea.

"Masuk atau gue biarin lo jadi patung selamat datang"ucap laki-laki itu lagi.

"Hah?"ucap Alea sambil ternganga.

Alea segera memasuki mobil itu. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Sudah sangat larut untuk angkot datang menarik penumpang.

"Lo Alea kan?" Tanya laki-laki itu membuka obrolan.

"Hum" jawab Alea sekenanya.
"Dan lo?"

"Gue Alex Jonathan Ricolas"jawab laki-laki yang ternyata bernama Alex itu.

"Salken"ucap Alea dingin.

"Yap. Salken juga. Kita udah sampai!"ucap Alex.

Alea terlonjak kaget. Bagaimana bisa mereka telah sampai. Alea tidak mengatakan apapun pada Alex. Bagaimana Alex bisa tahu rumahnya.

"Kok lo------?"

"Rumah gue ga jauh dari sini. Sebelum pergi sekolah gue sering liat lo"ucap Alex.

Alea hanya manggut-manggut sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Oo gitu. Yaudah gue duluan ya"ucap Alea.

"Oke"

Alea keluar dari mobil dan langsung masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan apapun.

"Bilang terima kasih aja berat banget. Dasar cewek dingin" ucap Alex di dalam mobil sambil tersenyum kecil.

_______

Alea termenung di balkon kamarnya. Sekali lagi, balkon kamar adalah tempat baginya untuk melepaskan semua sesak di dadanya.

Pikirannya melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu saat ia melihat Rendi dan pacarnya tertawa bahagia. Katakan Alea jahat, karena saat ini ia sangat membenci kebahagiaan kedua orang itu. Ingin sekali ia menghapus senyum di bibir Rendi. Karena menurutnya, senyum Rendi hanya miliknya.

COLD GIRL AND COOL BOY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang