14. sebuah awal

220 19 3
                                    

"kita akan semakin larut dalam masa lalu jika kita tak pernah mau bergerak dan melupakannya"

-Alex Jonathan Ricolas

.
.
.
.
.

Sekarang Alex sudah kukuh pada pendiriannya. Ia akan melupakan Bella yang sudah meninggalkannya. Ia tak mau menyia-nyiakan Alea. Semenjak pertemuannya dengan Alea di halte pada hari itu, ia yakin hatinya telah memilih Alea.

Alea Sagitri Wijaya, seseorang dari keluarga sangat mampu namun selalu berupaya untuk terlihat sederhana. Keputusannya sudah bulat untuk memercayai Alea untuk menyatukan kembali hatinya yang telah retak.

Ia hampir saja bertindak bodoh dengan berpikiran akan meninggalkan Alea karena takut menyakitinya. Untung saja Jack mengingatkannya sehingga ia tidak jadi melakukan hal bodoh itu.

Dan di sinilah ia kini, di depan rumah Alea. Ia berjanji akan membawa Alea ke suatu tempat.

Setelah beberapa saat, akhirnya Alea keluar dengan stelan gaun pendek berwarna biru pastel serasi dengan rambutnya yang digerai indah.

Alex terpana dengan penampilan Alea yang sederhana tapi sangat menawan hatinya.

"Ntar masuk nyamuk loh"ucap Alea menyadarkan Alex dari lamunannya.

"Kamu jelek!"ucap Alex berbohong.

"Benarkah? Yaudah aku kembali ke dalam dulu untuk perbaiki riasan"ucap Alea.

"Eh bercanda kok, kamu cantik banget. Eh btw, nyokap ga ada di rumah?"tanya Alex.

"Gak ada Lex. Nyokap sibuk di kantor"ucap Alea.

"Padahal aku pengen ketemu sama nyokap kamu"tutur Alex.

Memang selama mengenal Alea, ia tak pernah mengenal keluarga Alea. Ia bahkan tak pernah melihat nyokapnya Alea.

Mereka berlalu memecah jalanan kota di malam hari. Alex dengan stelan informal memakai jaket yang berwarna serasi dengan baju Alea membuat mereka begitu serasi dan cocok.

Mereka berhenti di sebuah area pasar malam. Alea kaget, matanya berkaca-kaca seperti anak kecil yang diajak ke sini.

"Are you seriously?" Ucapnya kegirangan.

"Yeah"balas Alex.

"Aku udah lama banget ga ke sini. Tepatnya terakhir ke sini pas masih kecil, waktu papa sama kak Liam masih ada"ucap Alea terlihat sedih.

"Dah jangan sedih. Aku ajak kamu ke sini bukan untuk bikin kamu sedih"ucap Alex mengacak-acak rambut Alea.

Mereka bermain di sana sepuasnya. Semua wahana mereka coba kecuali wahana horor. Alea tak ingin mengingat masa lalunya yang kelam, ia hanya ingin having fun bersama Alex.

Alea seperti anak kecil setiap kali mencoba wahana di sana. Kini mereka bermain lempar gelang untuk mendapatkan boneka.

Alea mencobanya berkali-kali, namun ia tak jua mendapatkannya. Ia kesal sekali, membuat Alex terkekeh melihat raut wajah Alea yang sangat lucu.

Alex mencobanya, dan yap ia mendapatkan boneka yang diinginkan Alea.

"Yeaah atlet basket"ucapnya membanggakan dirinya sendiri.

Terlihat Alea sangat senang, membuat Alex ikut bahagia melihatnya. Untung saja ia tidak mengikuti pikirannya untuk meninggalkan Alea dulu. Seandainya itu terjadi, ia pastinya tidak akan bisa seperti ini, ia tak akan bisa menyaksikan senyuman manis Alea lagi.

M

ereka telah mencoba semua wahana. Kini Alex membawa Alea ke sebuah kafe. Ia telah memesan tempat khusus di kafe itu.

Alea terkesan dengan hiasan yang telah dipilih Alex. Ditengah lilin yang dibentuk membentuk hati, dan bunga mawar yang mengelilingi mereka.

"Kenapa gini amat Lex?"ucap Alea.

"Karena ini kencan pertama kita"ucap Alex.

Alea bersemu. Ia tak ingin bicara lagi. Benar, Alex adalah pemecah es batu di hati Alea. Ia begitu hangat sehingga mampu mencairkannya.

Mereka memakan makanan dengan hikmad.

"Ada yang mau kamu tanyain sama aku?"tanya Alex.

Alea terdiam sejenak, ia ragu untuk menanyakan ini.

"Ada sih"ucapnya perlahan.

"Tanya aja gapapa"ucap Alex meyakinkan.

"Kenapa kamu bisa tau makam kak Liam?"tanya Alea.

"Kita sebenarnya udah kenal dari kecil, Lea"ucap Alex.

Alea kaget. Apa benar?
"Maksudnya?"

"Aku dan kak Liam sudah berteman sedari kecil. Tapi aku tidak pernah berani berkenalan dengan kamu, dan aku juga tidak pernah melihat orang tuamu di rumah. Aku lihat kamu sering bermain dengan seseorang"jelasnya.

Alea masih kaget. Ia ingat dulu Liam memang memiliki teman masa kecilnya tapi ia tidak tahu kalau itu adalah Alex.

Liam dan Alex satu tempat les. Mereka sangat dekat. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada satu lagi, namanya Dirga. Namun, ketika pemakaman Liam, Alex tak sempat datang karena ia harus ikut orang tuanya ke luar negri. Begitu pulang, Alex kembali mencari Liam dan Dirga. Tapi, ia hanya bisa bertemu dengan Dirga, sementara Liam sudah pindah rumah.

Ia mencari keberadaan Liam, dan dari Dirga lah ia tau semua cerita tentang Alea yang tidak diperbolehkan mengunjungi makam Liam karena takut mengingatkannya pada masa kelam dan kembali membuatnya drop.

Liam sempat menitipkan sebuah surat pada Dirga. Surat untuk Alex. Surat yang membuat Alex datang dan mencari keberadaan Alea.

Gue yakin lo sekarang udah bahagia di sana Liam.
Gue udah nepatin janji gue buat jaga Alea.

Maaf gue sempat berpikir untuk ninggalin dia.
Gue bukannya ga sayang sama dia
Gue cuma takut nyakitin dia gara-gara masa lalu gue

Alex menggenggam tangan Alea. Alea yang sedang makan pun tersontak kaget.

"Lea, kamu mau gak jadi pacar aku?"tanyanya.

Alea masih bingung harus menjawab apa. Jujur saja ia masih takut untuk disakiti lagi, tapi hatinya sudah dicuri oleh Alex.

"Kalau kamu mau, kamu ambil mawar ini, kalau kamu ga mau kamu tiup lilin ini"ucap Alex sambil menyodorkan mawar dan lilin.

Alea menutup matanya untuk beberapa saat. Ia memantapkan hatinya. Dan ia meraih bunga di tangan Alex yang berarti ia menerima Alex.

Alex sangat senang. Tepat saat itu kembang api di langit menambah indah suasana dua hati remaja yang tengah jatuh cinta itu.

Inilah mereka sekarang. Mereka bukan lagi teman, mereka sudah resmi jadian.

Alea sudah mantap melupakan Rendi, dan Alex sudah mantap pula melupakan Bella. Mereka sama-sama memulai awal yang baru. Sama-sama memberi kepercayaan satu sama lain untuk menjaga hati masing-masing.

Jangan lupa vote ya❤

COLD GIRL AND COOL BOY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang