"Tidak ada yang akan berubah, selagi kita saling percaya"
Alex Jonathan Ricolas
.
.
.
.
Mentari mengintip di celah gorden kamar Alea menyilaukan matanya. Pagi telah datang, namun Alea kembali menarik selimut karena tak mau berhenti bermimpi.Ia ingin melanjutkan mimpinya bersama dengan Alex. Namun sialnya, hari ini sedang tidak bersahabat dengannya. Bel kamar berbunyi memekakkan telinga Alea yang masih terbaring cantik di kasur.
Ia bergegas membuka pintu kamarnya menampilkan seorang pelayan sedang tersenyum padanya membawa sebuket besar bunga mawar merah.
"Selamat pagi nona"sapa pelayan itu ramah.
"Ya pagi. Apa kegarangan sepagi ini anda kemari?"tanya Alea.
Pelayan itu menyerahkan buket bunga yang ia bawa tadi.
"Ini nona"ucap pelayan itu kemudian undur diri.
Alea membawa masuk buket bunga besar itu. Ia melihat sepucuk surat di sana kemudian membacanya.
Selamat pagi honey
Orang tak dikenal. Jangan-jangan ini adalah stranger yang ingin menyakitinya.
Jujur, saat ini ia merasa takut sekali. Ia hanya sendirian dikamar.
Alea mengemasi semua barang-barangnya. Kemudian meninggalkan resort itu.
Ia menginjak pedal gas sekuat-kuatnya kemudian membelah jalanan yang sepi.Seharian ia mengarungi jalanan hingga senja pun tiba
Akhirnya ia tiba di kota. Pikirannya mulai sedikit tenang, setidaknya stranger gila itu tidak mengikutinya.
Ponselnya berdering lagi.Aku tunggu malam ini di rumah kosong di gang sebelum menuju rumah kamu. Kamu harus datang, kalau tidak aku tidak bisa menjamin nyawa orang yang kamu sayang!!!
Jantungnya berpacu sangat kencang. Siapa yang dimaksud stranger ini? Mamanya? Sahabatnya? Atau jangan-jangan Alex.
Ia kemudian menuju rumahnya, ia melihat mamanya sedang sibuk memasak. Setidaknya ia sedikit lega mendapati mamanya di rumah.
Ia kemudian mencoba menelfon Alex, namun tidak diangkat oleh Alex. Setidaknya ponselnya masih aktif. Mungkin saja Alex masih marah padanya.
Ia kemudian menelfon sahabatnya, namun nihil. Ponsel keduanya tak tersambung membuat dada Alea menjadi naik turun cemas.
Alea bersiap-siap untuk menuju tempat yang dikatakan stranger itu. Jujur, ia takut sekali. Ponselnya pun berdering lagi.
Jangan coba-coba membawa polisi, atau mereka akan mati!!!
Air mata Alea menerobos pipinya. Ia tak tau harus melakukan apa-apa lagi. Di satu sisi ia sangat takut sekali, namun di sisi lain ia tak ingin mengambil resiko. Apakah ini adalah hari terakhir untuknya?
Setelah di rasa cukup. Alea mulai melajukan mobilnya ke gang di depan. Ia kini berada di depan rumah kosong nan gelap itu. Kakinya bergetar, air mata tak berhenti mengalir dari matanya.
Ia perlahan melangkah menuju rumah itu dengan segenap kekuatan dan keberanian yang masih tersisa. Kakinya kembali berguncang hebat, sekujur tubuhnya dingin memucat.
Hanya kegelapan yang dapat dirasakan oleh Alea kini. Ia tak dapat melihat apa-apa. Dan sialnya ponselnya tertinggal di mobil. Ya alhasil kini Alea tinggal menunggu ajalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD GIRL AND COOL BOY [SELESAI]
Fiksi Remaja[TAMAT] Alea, seorang gadis yang sangat pandai, dan menyukai musik berusaha berbagai cara untuk menghindari perjodohan dari mamaanya yang merupakan single mom. Alea Sagitri Wijaya Alex Jonathan Ricolas Rendi Joshua Nanda Liam Fernando Wijaya Aurora...