#BINAR
Part 1
Kolab Cocom Ssi dan ellinda21
#Comel"Memangnya berapa yang kau minta? Sepuluh juta, dua puluh juta, atau lima puluh juta?" Dengan pongah, Reyhan bertanya merendahkanku. Lelaki itu berdiri, mendekatiku yang masih mematung di samping meja kerjanya.
Walau sangat menjijikkan, kujawab juga, "Seratus juta!" tegasku dengan bibir gemetar.
"Apa?" Dia tertawa mengejek, "bahkan kau lebih mahal dari yang kukira. Memangnya apa kelebihanmu? Masih perawan?" Lelaki bermata elang itu menatapku hina. Ya ... memang aku gadis hina sekarang.
Dia tersenyum miring. Mata tajamnya menatapku lekat dari ujung kaki hingga ujung kepala. Merasa sangat jijik dengan tubuh yang dari dulu kujaga mati-matian. Aku meembisu. Menunggunya mengatakan sesuatu yang membuat hati lega.
"Kau lupa, baru kemarin kau menolakku mentah-mentah. Bahkan berani menampar wajah tampan ini dan keluar dari pekerjaan di kantor. Sekarang justru kau memohon-mohon untuk membelimu ...."
Lelaki itu tertawa jahat. Menertawakan kebodohanku. Ya ... memang aku perempuan yang sangat bodoh. Tidak tahu malu karena mau menjual tubuh pada orang yang beberapa hari lalu kutampar wajahnya. Bukan tanpa alasan, karena berulang kali ia mencoba melecehkanku. Tidak puas dengan penolakan, diiming-iminginya sejumlah uang sebagai imbalan. Hal itu membuatku murka dan memutuskan untuk berhenti kerja sebagai office girl di kantornya.
"Begitu cepatkah kau berubah pikiran? Atau ini hanya trik agar bisa lebih banyak mendapatkan uang?" cerca Reyhan.
Aku tidak pernah tahu sejauh apa keberengsekan lelaki itu di luar sana. Tapi bagiku ... dia memang orang yang sangat keterlaluan.
"Kupikir kau berbeda ... rupanya sama saja dengan wanita-wanita lain yang murah dan gampangan. Cuih! Paras lugumu terlalu munafik!" celanya dengan pandangan jijik ke arahku.
Aku masih tegar, ini tak seberapa. Hinaan ini bukan hal baru. Aku memang pantas menerimanya. Atas dasar apa anak seorang pelacur mendapat pembelaan. Aku memang menjijikkan dari lahir hingga sekarang.
"Buat apa uang sebanyak itu? Gayamu biasa saja. Semua yang kau kenakan bukan barang bermerek. Lihat, bahkan penampilanmu lusuh seperti ini. Atau kau gadis kampung yang akan memperkaya diri di desa?" umpatnya.
Aku masih terdiam, tanganku mulai lembab menahan desir darah yang sudah tak karuan memuncak. Andai saja aku memiliki jalan lain, tangan ini sudah mengayun tepat di wajah angkuhnya.
"Kenapa kau diam saja?" ucapnya lagi. Dia mengulurkan tangan menyentuh bagian rambutku.
"Lepaskan! Kau belum membayarku. Kau belum berhak menyentuhku!" tegasku lantang.
Aku menampik tangannya, tak peduli biarpun harga diri telah kutawarkan tetap saja diri ini bukan perempuan lemah yang mudah dilecehkan.
"Kau itu gadis murahan. Nggak usah sok-sok jual mahal!" ejeknya dengan raut sinis.
Telunjuk tangannya mendorong keningku berkali-kali. Ingin sekali merobek mulut itu, lalu mematahkan jemarinya. Ah ... sayangnya, aku hanya singa kelaparan yang tak memiliki taring untuk memangsa.
"Ok ok. Aku terima tawaranmu. Akan kubayar kau seratus juta," tukasnya.
Seharusnya aku lega. Akan tetapi justru dada ini semakin naik turun tak berjeda. Gelisah karena mengambil keputusan besar yang pasti kusesali selamanya. Menjual kehormatan yang selama ini ku jaga.
"Beri uangnya sekarang. Setelah itu aku akan kembali menemuimu," pintaku tanpa ragu.
"Apa? Di mana pun. Ada barang dulu baru ada uang. Kau mau meminta uang sebelum kutiduri!" maki Rey dengan meninggikan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
RomanceSeorang gadis berkatakter kuat dan tangguh. Memiliki kisah memilukan tersendiri dalam hidupnya. Ya. Ini bukan arogan, hanya saja inilah caraku melindungi harga diri sebelum terinjak hingga posisi paling rendah. Sekalipun sebilah pedang ada dalam ke...