Part 18

759 22 8
                                    

#BINAR 18
Kolab Cocom Ssi dan Ellinda
#Commel

POV Reyhan

Terima kasih kepada Admin yang telah meloloskan tulisan ini.

Apa yang aku rasakan saat ini lebih dari cukup. Menyediakan bahu untuknya bersandar kala duka mengelayut. Melihat Binar tersenyum di saat hatinya bersedih, membuat sisi di dalam sini menghangat. Gadis yang sejak awal kukenal, sudah membawa beban yang berat dalam hidup, kini bisa sedikit melupakannya karena canda recehku.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyaku padanya setelah hening menyergap saat manik mata kami saling bertemu.

Aku ingin menyelam di sana, Binar. Agar aku bisa mengusir air mata yang melingkupi hidupmu. Menggantinya dengan kebahagiaan agar selalu terlihat senyum indah di bibirmu.

"Terima kasih, Rey. Kau membuatku sedikit merasa lebih baik." Dia menjawab dengan memandang ke arah taman, seolah menghindari tatapanku.

"Kalau hanya bersandar di bahu dan mendapat gombalan receh dariku, bisa membuatmu merasa lebih baik. Tidakkah kamu mau selalu ada di sisiku ... selamanya?"

Kembali pandangan kami terkunci. Ada rona terkejut di manik hitam itu. Apa kalimat terakhir tadi tak cukup untuk mewakili perasaanku? Apa begitu susah kamu memahami bahasa verbalku?

"Rey ...."

"Kali ini aku serius, Binar. Aku menginginkanmu menemani hari-hariku. Aku juga ingin kita berbagi bahu saat masalah kehidupan tak henti menerjang. Kita bisa saling menguatkan. Aku ... aku takut kehilanganmu, Binar."

"Rey ... ma-maksud kamu apa? Ayolah, bukan waktunya bercanda. Kamu-"

"Be mine, Binar ... please ...."

Aku mengenggam erat jemari lentik itu. Bulir bening berhasil lolos ke pipinya yang merona alami. Melalui sorot mata, kucoba meyakinkannya agar mau menerimaku.

Aku tahu, aku orang hina. Namun aku ingin menjadi orang yang lebih baik. Kamu harapanku, Binar. Kamu yang bisa mengetuk pintu hati ini, dan berhasil memasukinya. Jangan keluar dari sana, Binar. Aku mohon ....

"R-Rey ...," lirihnya terbata, "i-ini ... ini hanya bagian dari caramu menghiburku, 'kan?" Sorot matanya menatap ke gengaman tanganku.

"Binar, look at me! Apa aku terlihat sedang bercanda?"

Perlahan Binar kembali menatapku sesaat, lalu membuang muka dan memejam. Beberapa detik kemudian membuang napas berat. Lalu berucap, "Aku bukan orang yang pantas untukmu, Rey. Perbedaan kita sangat banyak. Kamu bos besar, sedangkan aku hanya pelayan rendahan. Aku memiliki latar belakang keluarga yang carut marut. Juga--"

"Binar ... Binar, hey dengarkan aku!" Aku mempererat gengaman tangannya, "Cinta tak mengenal kasta. Aku juga tak peduli dengan background keluargamu seperti apa. Well ... aku juga memiliki keluarga yang tak utuh. Bukankah cinta bisa membuat yang kurang menjadi sempurna?"

"Tapi Rey ...."

"Tapi apa? I love you Binar. Be mine, please ...."

Akhirnya kata itu terucap, tulus dari dasar hatiku. Aku tak bisa berpura-pura untuk memendam rasa ini, Binar. Andai kau tahu seperti apa aku kemarin saat tak ada kabar darimu. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku takut akan kehilanganmu.

Gadis berambut panjang di depanku ini tak mengucap sepatah kata pun. Dia malah larut dalam isak tangisnya yang memilukan. Apakah ungkapan cintaku, melukai hatinya sehingga dia tersakiti?

Ragu, perlahan kutarik tubuhnya dalam dekapan. Tak ada penolakan. Tubuhnya masih terguncang karena isak tangis yang belum reda. Entah apa yang membuatnya menangis, karena Binar tak bersuara. Hening menyelimuti kami. Namun aku merasakan kedamaian saat mata ini terpejam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang