Part 2

292 12 0
                                    


Kolab Cocom Ssi dan ellinda21
#Comell
POV REYHAN

Orlando Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang properti. Dua bulan lalu telah merayakan ulang tahunnya yang ke 25. Semua adalah hasil jerih payah Papaku--Daniel Orlando. Awalnya perusahaan ini hanya berskala kecil kemudian dengan kerja keras Papa, sedikit demi sedikit merangkak menjadi perusahaan besar.

Namun karena kasus penipuan yang dilakukan oleh klien dalam proyek besar, juga sebuah musibah kebakaran di lokasi proyek, membuat perusahaan ini mengalami kerugian tak sedikit. Bahkan, hampir gulung tikar. Di situlah awal kehancuran dari semuanya.

Usia dua puluh tahun seharusnya menjadi masa-masa menyenangkan bagi seorang pemuda. Namun berbeda denganku. Masalah demi masalah kian datang menghampiri. Kebangkrutan perusahaan, masalah keluarga, juga satu per satu orang yang kusayangi pergi.

Sampai akhirnya, dengan bantuan paman, aku dibimbing untuk membangun kembali usaha Papa. Ternyata tidak gampang membangun kembali sebuah usaha yang telah jatuh. Berbagai hinaan, penolakan, juga intimidasi dari berbagai pihak,  didapatkan. Namun, aku tetap gigih berjuang. Aku ingin membuktikan kepada Papa bahwa anaknya mampu meneruskan hasil kerja kerasnya, bisa mempertahankan nama perusahaannya.

Hingga perusahaan ini perlahan membaik dan semakin maju di bawah kepemimpinanku sampai sekarang. Di usia tiga puluh lima tahun, ini adalah pencapaian tertinggiku. Orlando Group menjadi salah satu peruhasaan properti yang diperhitungkan.

***

Playboy. Selain sanjungan atas prestasi, gelar playboy juga disematkan kepadaku. Julukan itu manusiawi bagi seorang lelaki tampan, dengan tubuh proporsional, kaya dan smart sepertiku. Perempuan mana yang bisa menampik pesona seperti itu? Ini terbukti dengan mudahnya perempuan bertekuk lutut di hadapanku.

Bukan hanya satu atau dua perempuan yang sudah menghabiskan malam-malam panasnya bersamaku. Uang. Demi uang mereka rela merendahkan harga dirinya. Tak pernah ada paksaan, tapi pesonaku yang menarik mereka datang dengan sendirinya.

"Honey, makan siang di luar, yuk. Sekalian jalan-jalan. Ada tas lucu yang baru launching di toko langgananku."

Soraya, perempuan yang sekarang dekat denganku. Bukan pacar. Hanya dekat saja. Pantang bagiku menjalin komitmen dengan perempuan. Karena semua perempuan sama saja, matre, murahan dan bodoh karena gampang diperalat lelaki. Termasuk dia--wanita--yang membuat hidupku seperti ini.

Aya--panggilanku pada Soraya--duduk di pangkuanku dengan jemarinya yang selalu aktif menggoda tubuh ini.

"Kemarin 'kan sudah beli tas. Kenapa beli lagi?" Penolakanku bukan karena pelit, tapi karena sedang malas keluar dengannya.

"Ck! Ini keluaran terbaru, Honey. Limited edition. Mau ya, temani aku ke sana."

Kecupan demi kecupan mendarat di wajahku. Begitulah caranya jika dia merajuk. Selalu ada penawaran menarik yang disuguhkan. Apabila permintaannya tidak dituruti, perempuan ini akan terus merecoki. Sebenarnya aku muak dengannya.

"Oke ... tapi besok. Hari ini pekerjaanku banyak. Kamu bisa lihat sendiri, 'kan?"

Aya melirik meja kerjaku yang memang cukup banyak berkas dan harus diperiksa. Dia mencebik dan tampak cemberut, tapi tak bisa berbuat banyak.

"Well, besok ya. Aku tunggu. Malam hari juga gak masalah. Aku kangen dengan deru napasmu, Honey." Sebuah kecupan hangat sebagai salam penutup dia berikan.

Begitulah Soraya. Tanpa basa-basi, apabila menginginkan sesuatu. Dia anak dari orang kaya, hanya saja lebih suka aku bayari daripada meminta papanya. Konyol memang. Namun, bagiku, it's oke asal dia bisa memberiku kepuasan tersendiri.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang