#BINAR (Part 6)
Kolab Cocom Ssi dan ellinda21
#ComelPOV REYHAN
"Honey ... kita jadi 'kan makan siang di luar?" Suara Soraya menyambut kedatanganku di ruangan. Dia berjalan medekat lalu bergelayut manja di lengan seperti biasa.
Aku baru ingat kalau kemarin menyanggupi asal permintaannya untuk makan siang bersama, sekaligus beli tas incarannya. "Ah ... siang ini, ya?"
"Iya, Hon. Kemarin 'kan kamu janji siang ini mau pergi sama aku. Kenapa kamu siang sekali ke kantornya? Aku sudah menunggu lama." Aya mencebik.
"Kemarin aku lupa kalau siang ini ada janji meeting sekaligus makan siang dengan klien. Kita tunda makan siang bersama, ya?"
"Bagaimana bisa?" pekiknya, tangannya berganti ke leher dan memaksaku berhadapan, "atau ... aku temani kamu meeting lalu kita jalan. Bagaimana?" Senyum centil menghiasi wajahnya.
Aku mengendurkan pelukannya. Setelah terlepas, duduk dan menyesap kopi yang terhidang di meja. Seharusnya hari ini Binar yang bertugas menyiapkan kopi untukku. Namun, terpaksa dia absen di hari pertama bekerja.
"Hon ... kok malah melamun, sih?" Aya menepuk lenganku.
"Tidak bisa."
"Ish ... kok kamu ingkar janji, sih? Honey ... aku tuh kangen jalan bareng kamu. Ayolah ...."
Aku menggeleng. Aya memang sukanya memaksa. Apa pun harus sesuai keinginan dia. Menyebalkan!
Setelah bujuk rayu darinya, dan penolakan berulang dariku, akhirnya dia menyerah dengan muka ditekuk. Biar saja. Aku tak peduli. Bukan juga apa-apanya, tapi suka memaksakan kehendak.
Bekerja sebagai CEO perusahaan besar menuntutku harus professional. Urusan kantor tetap yang utama. Sedangkan wanita sebagai hiburan. Namun jika dia menyebalkan seperti Aya, tentulah itu sangat memuakkan. Hanya saja perempuan itu sudah kebal dengan segala penolakan dariku.
Berbeda dengan Binar. Gadis itu punya kekuatan untuk bisa menolakku. Sekuat apa pun aku berusaha melemahkannya, dia tetap teguh pada pendirian. Gadis yang unik memang, tapi sepertinya dia menyimpan banyak rahasia dalam hidup. Ck! Kenapa aku memikirkan gadis keras kepala itu? Lebih baik fokus bekerja.
***
Pulang ke rumah saat hari mulai gelap. Biasanya larut malam baru pulang, karena sering langsung ke club untuk sekedar melepas penat. Bu Dilah menyambutku seperti biasa.
"Di mana Binar?" tanyaku saat tak kudapati sosoknya.
"Bukankah tadi pagi pergi dengan Tuan ke kantor?" Pertanyaanku tidak mendapat jawaban, tapi justru mendapat pertanyaan balik.
Aku mengangkat sebelah alis. "Jadi dia belum pulang? Gadis itu--" Belum sempat aku melanjutkan kalimat, sebuah suara menarik perhatian kami.
"Maaf ... aku baru kembali." Binar berdiri di ambang pintu.
"Ke mana saja kamu, baru pulang?" Aku menghardiknya agar dia tidak seenaknya saja bertingkah denganku.
"Kamu 'kan tadi mengizinkanku libur kerja. Tentu saja seharian aku di rumah sakit menjaga Intan." Gaya bahasanya tetap angkuh walau statusnya hanya seorang budak.
"Aku memberimu izin bukan berarti seenaknya saja memanfaatkan untuk hal yang tidak penting!" Tidak mau kalah darinya, kunaikkan intonasi suara.
"Aku sudah bilang kalau menjaga adik seharian di rumah sakit. Asal kamu tahu bahwa adikku adalah orang terpenting di dalam hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
RomanceSeorang gadis berkatakter kuat dan tangguh. Memiliki kisah memilukan tersendiri dalam hidupnya. Ya. Ini bukan arogan, hanya saja inilah caraku melindungi harga diri sebelum terinjak hingga posisi paling rendah. Sekalipun sebilah pedang ada dalam ke...