"LEE HANGYUL!!! Apa-apaan ini?"
"Abeoji ini sudah keputusanku. Aku sudah besar. Aku berhak hidup sesuai keinginanku."
Plak
Tamparan keras menghampiri pipi Hangyul. 26 tahun dirinya hidup dengan segala tuntutan kedua orang tuanya. Melakukan semua apa yang diminta orang tuanya. Tapi kali ini dirinya memilih egois. Ini masalah hatinya.
"Kenapa kau jadi anak pembangkang hah!! Lee Hangyul mana baktimu kepada orang tuamu? Kau memilih mencintai laki-laki? Dimana akal sehatmu hah?? Kau tak akan punya keturunan dari lelaki sialan itu!!"
"Abeoji… aku bahkan sudah melakukan semua yang abeoji minta. Dari kecil sampai di umurku sekarang apa pernah aku meminta sesuatu hal dengan abeoji?? Tolong kali ini biarkan aku memilih. Biarkan aku memilih dia jadi pendampingku." Hangyul berlutut di hadapan ayahnya. Memohon agar direstui hubungannya dengan Seungyoun.
Hangyul paham betul pasti akan begini. Tak akan mudah jalannya mendapat restu agar menikahi Seungyoun. Orang tuanya tak pernah suka dengan orientasi seksualnya yang berbeda dengan yang lain.
"Bangun kau Lee Hangyul!!"
Kerah bajunya dicengkram erat oleh ayahnya. Hangyul berdiri dengan mata terpejam menahan diri untuk tak melawan sang ayah.
Buakh buakh
"ANAK SIALAAANNN. DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!!"
Remuk rasanya badan Hangyul ketika sang ayah mengayunkan tongkat golf ke badannya. Menendang perutnya bahkan kepalanya. Dia yakin beberapa tulangnya patah. Ayahnya benar-benar memukulnya dengan membabi buta.
Hangyul terkapar dengan luka di sekujur tubuhnya bahkan kepala dan hidungnya mengeluarkan darah yang tak bisa dibilang sedikit. Tapi Hangyul bertahan, mencoba bangkit dan berusaha menegakkan badannya dengan posisi berlutut.
"Abeoji.."
"Keluar kau sekarang! Jangan pernah kau menginjakkan kaki di rumah ini. Kau bukan dari keluarga Lee. Aku tak punya anak sepertimu. Terserah apa maumu sekarang aku bukan orang tuamu lagi."
Ayah Hangyul memasuki ruang kerjanya setelah memberi hantaman terakhir tongkat golfnya ke kepala Hangyul.
Ibu Hangyul menghampiri Hangyul yang masih tak bergeming dari tempatnya berlutut. Ibu mana yang hatinya tak teriris melihat sang anak babak belur dipukuli oleh sang suami.
"Hangyul-ah hiks liat eomoni. Hiks… Hangyul-ah eomeoni tetap bersamamu hum. Tak apa… hiks… tak apa nak… kau berhak bahagia… eomeoni merestui kalian. Hiks… Tetap hubungi eomeoni… Hangyul-ah kau tetap anakku sayang."
Hangyul menangis keras di pelukan ibunya. Tangis yang iya tahan sedari tadi. Anggaplah dia cengeng, dia hanya berusaha meminta kepada orang tuanya untuk merestui hubungannya dengan Seungyoun secara baik-baik.
"Eomeoni… hiks… maafkan aku hiks… maafkan keegoisanku ini.." Hangyul menunduk mencium kaki ibunya. Dan sang ibu semakin terisak keras ketika anaknya meminta maaf seperti itu.
Jinhyuk dan Seungwoo menghampiri Hangyul dan ibunya.
"Jinhyuk-ah… Seungwoo-ya tolong bantu anak eomeoni. Kupercayakan Hangyul pada kalian nak."
"Baik eomeoni." Jinhyuk dan Seungwoo meng-iya-kan permintaan ibu Hangyul. Dan membantu Hangyul berdiri untuk keluar dari rumah keluarga Lee itu.
Ibu Hangyul menghampiri kekasih sang anak yang masih menangis keras berlutut tak jauh dari tempat Hangyul.
"Seungyoun.. namamu Seungyoun kan? Tolong jaga anakku nak.. aku merestui kalian. Maafkan aku dulu pernah menamparmu."
"Maafkan kami nyonya hiks… maafkan saya hiks…"
"Tak apa nak. Ini pilihan Hangyul, dia berhak bahagia. Kalian berhak bahagia. Bantu dia meraih kebahagiannya." Ibu Hangyul memeluk erat lelaki yang menjadi menjadi pilihan anaknya ini. Sambil berdoa tulus dalam hatinya demi kebahagian sang anak tercinta.
Di mobil Seungwoo, semua teman Hangyul dan Seungyoun ikut menangis dalam diam. Mereka tahu betul bagaimana perasaan Hangyul dan Seungyoun sekarang. Seungwoo, Jinhyuk, Sejeong, Eunji, Moonbyul ikut merasakan bagaimana mereka berdua bertahan dengan segala caci maki yang Hangyul dan Seungyoun terima selama ini. 8 tahun mereka bertujuh berteman. Bahkan mereka mencoba untuk membantu Hangyul juga Seungyoun untuk normal. Tapi nyatanya tak semudah itu, segala cara telah dilakukan. Mereka tahu, Hangyul dan Seungyoun pun tak ingin hidup melenceng seperti itu. Hati tak bisa diubah, tak ada siapapun di dunia ini yang ingin hidup melenceng dari semestinya ditakdirkan Tuhan. Siapa yang akan disalahkan disini? Tak ada. Semua orang berhak bahagia.
The End
Huhuhuhu aku mewek nulis ini.. sebenernya ini mo ku buat berchapter. Tapi ku tak sanggup buat ngetik ini panjang panjang. Bakal banjir entar kamar ku kalau ngetik kisah ini. And for information ini cerita berdasarkan kisah nyata. Aku sudah diberi izin untuk mempublish nya.. to my friends kalian berhak bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Gyulyoun
Nouvelleskumpulan cerita oneshoot, drabble abal abal Dom: Hangyul Sub: Seungyoun