season 2 : as always

2.3K 221 16
                                    

Yoongi dan Suran menyelesaikan pekerjaan hari ini sampai menjelang senja. Undangan semuanya sudah disebar dan pakaian mereka sudah beres. Makanan gedung dan pretelan lainnya juga sudah diurus jauh-jauh hari. Sekarang tinggal mereka memanfaatkan waktu untuk liburan bersama keluarga.

Yoongi dan Suran memutuskan untuk mampir sejenak di salah satu restoran untuk mengisi perut. Kedua netra Yoongi terhenti pada kedai eskrim dan juga makanan ringan yang ada didekat lampu merah. Tatapannya penuh arti dan itu juga ditangkap oleh pandangan Suran.

"Kau ingin kesana?"

"Dulu Jungkook dan aku sering menghabiskan waktu akhir pekan. Tapi itu saat masa sekolah. Sekarang kami sudah tidak pernah lagi kesana" jawab Yoongi tanpa mengalihkan pandangan.

"Kita bisa kesana kalau kau mau" Suran sudah bersemangat tapi Yoongi justru menggelengkan kepala. "Kau belum makan siang. Kita harus mencari nasi". Lampu sudah menunjukan tanda untuk berjalan dan mereka sudah menemukan tempat untuk makan malam sekaligus makan siang yang tadi tertunda.

"Jungkook pasti akan senang kalau kau mengajaknya kesana" kata Suran ditengah-tengah acara makan mereka.

"Menurutmu begitu?"

"Iya, tentu saja. Dia sudah lama di luar negeri. Jangan biarkan lidahnya terbiasa dengan makanan asing"

Yoongi tertawa saat mendengar Suran membicarakan Jungkook. Inilah yang Yoongi suka dari Suran, dia tidak pernah mempermasalahkan seberapa sering Yoongi membahas Jungkook atau menceritakan kekonyolan adiknya itu. Suran bahkan menganggap Jungkook sudah seperti adiknya sendiri. Suran berusaha untuk menerima keluarganya dan juga menerima kekurangannya.

"Akan aku fikirkan. Sampai ketemu satu bulan lagi di hari pernikahan"

Perkataan Yoongi itu langsung membuat wajah Suran memerah. Dia malu sekali tapi hatinya juga tengah berbunga-bunga.

***

"Kau jangan kelelahan, lihat itu kedua matanya sampai berkantung, Yeji~"

Pletak!

Sebuah tepukan berkekuatan sedang melayang begitu saja disalah satu sisi kepala Namjoon. Seketika dia menoleh dan mendapati wajah dingin Yoongi yang juga tengah menatapnya datar. 

"Kak, martabatku bisa turun kalau kau memukul kepalaku dihadapan Yeji!" teriak Namjoon yang juga didengar Yeji. Dari panggilan ponsel Yeji menutunkan kepalanya untuk menyapa kakak dari kekasihnya. Yang dilakukan Yoongi hanya tersenyum tipis lalu menoleh kembali pada Namjoon.

"Lamar dia. Jangan cuma mengumbar kata sayang dan perhatian seperti itu!"

"Kak, aku masih muda. Biarkan aku menikmati masa-masa itu dulu" jawab Namjoon dengan nada gemas bercampur kesal.

"Dimana Jungkook?"

Namjoon mengangkat kedua bahunya dan menggeleng. Dia memang tidak tau dimana adiknya sekarang.

Yoongi menoleh sebentar pada Yeji dan Namjoon lalu menutuskan untuk menuju kamar si bungsu. Sebelumnya, Yoongi menyempatkan mengusap salah satu bahu Namjoon dan berucap pelan 'tidurlah'. Memang sudah waktunya jam tidur.

***

"Jung, Kak Yoongi membawakanmu sesuatu"

Yoongi mengetuk pintu Jungkook untuk kesekian kalinya. Yoongi akhirnya lebih memilih untuk masuk saja tetapi saat dia mencoba untuk mendorong pintu, ada sesuatu yang begitu berat yang mencegah pintu itu terbuka.

"Ma, Pa! Namjoon!.."

Suara Yoongi yang menggema langsung menarik perhatian semua orang. Namjoon tiba lebih dulu disusul dengan kedua orang tuanya.

"Kak.."

"Jungkook mengunci pintu. Aku takut terjadi apa-apa" kata Yoongi dengan nafas yang memburu ketakutan. "Pa, dimana kunci cadangan? Papa menyimpannya, kan?"

Yoongi selalu seperti ini. Dia akan panik dan selalu ketakutan jika ada sesuatu yang negatif berhubungan dengan Jungkook.

Saat mereka berempat sedang dilanda kebingungan. Pintu itu dibuka oleh seseorang dari dalam kamar. Jungkook yang tengah mengenakan kaca mata dan juga menggunakan earphone kini tengah memandang mereka dengan tatapan bertanya dengan wajah yang begitu polos.

"Jung, kau tidak apa-apa, Dek?" Yoongi langsung mengusap semua sisi tubuh adiknya dan memperhatikan semuanya.

"Aku.. Kak Yoongi, ada apa?"

"Kenapa kau kunci pintu kamarmu? Kau tidak pernah melakukannya. Kami semua panik, Jung!" ucap Namjoon.

Nyonya Min kemudian memeluk Jungkook dan Tuan Min juga ikut mendekat padanya.

"Aku hanya membaca buku dan mendengarkan musik, aku tidak mendengar Kak Yoongi mengetuk pintu. Maafkan aku, Kak"

Yoongi menghela nafasnya begitu dalam dan cukup lama. Yoongi beringsut memelum Jungkook dan mengusap belakang kepala adiknya itu dengan lembut.

"Maafkan Kak Yoongi. Tadi Kak Yoongi panik sekali"

Jungkook mengangguk cepat lalu menbalas rengkuhan dari kakaknya. "Aku tidak apa-apa, Kak. Sungguh. Maaf sudah membuat semuanya terbangun" 

Yoongi melepaskan rengkuhannya. Dia menatap sang adik yang tampak manis dengan kacamata bulat yang bertengger dihidung mancungnya.

"Kak Yoongi akan menjalani hari yang penting. Kau mengerti, kan kenapa Kak Yoongi sampai setakut ini?"

Jungkook tersenyum manis. Makin terlihat imut dan menggemaskanlah ia sekarang ini. "Aku tau, Kak. Aku juga tidak ingin mengacaukannya. Aku tidak sabar" jeda Jungkook sebentar dan kedua maniknya kini teralihkan pada bungkusan yang ada dilantai. Tepatnya, bungkusan itu jatuh saat Yoongi sedang panik tadi. "Kak Yoongi membawa apa?" tanya Jungkook dengan wajah riang.

"Ini, tadi Kak Yoongi melewati kedai tempat kita makan saat sekolah dulu. Semoga rasanya tidak berubah, ya?"

Jungkook menerimanya, "Terima kasih, Kak. Kak Yoongi sudah makan malam dengan Kak Suran?"

"Ehem! Sudah tadi. Baiklah, lanjutkan belajarmu, jangan dipaksakan saat sudah lelah" Yoongi tersenyum bangga sambil mengusak kepala Jungkook.

Tuan dan Nyonya Min bergantian mencium kedua pipi putra bungsunya, Namjoon menepuk bahu Jungkook dengan keras untuk memberi semangat.

Semua orang meninggalkan Jungkook dengan makanan yang dia terima. Saat Jungkook menutup dan kembali mengunci pintu kamar, Jungkook meletakan kotak berisi makanan tersebut.

Kotak itu tidak berat tetapi kini kedua tangannya gemetar hebat saat mengangkat kotak seringan itu.

Jungkook menghela nafas panjang lalu mengambil botol obat. Jungkook tidak menggunakan air untuk membantunya, kedua tangannya masih sangat lemah, dia bisa memecahkan gelas dan menimbulkan kecemasan lagi untuk keluarganya.

Jungkook membuka kembali buku yang memang dia baca. Jungkook sempat mimisan dan mengotori beberapa lembar buku dengan bahasa inggris tersebut.

Jungkook menggeleng kuat.

Tidak-tidak. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi! []

SIBLINGS II (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang