Salah satu dari mereka bertiga yaitu yang paling muda tertidur dalam perjalanan. Jungkook terlelap nyaman dengan bersandar pada salah satu tas besar yang ada disamping kanannya. Jungkook juga tidak terusik saat beberapa kali Yoongi dan Namjoon tertawa keras karena saling berbagi cerita tentang kelucuan saat Namjoon bekerja atau Yoongi yang masih bergelut dengan musik. Mereka berdua masih dalam jalan yang mereka tempuh dengan keyakinan serta kecintaan pada profesi yang mereka jalani saat ini.
"Jungkook atau kau sendiri memerlukan sesuatu sebelum kita sampai rumah? Mungkin makanan ringan atau semacamnya?" tanya Yoongi yang masih fokus dengan kemudi.
"Jungkook tadi ingin makan ramyeon. Tapi dia malah tertidur seperti itu. Apa ya..?" sebenarnya Namjoon sangat fokus pada jajanan. Tapi kalau sudah di rumah nanti pasti dirinya akan mendapat banyak makanan. Namjoon dan Jungkook juga sudah makan saat transit jadi, "Kurasa kita langsung pulang saja, Kak" jawab Namjoon dan juga keputusan finalnya.
"Baiklah" singkat Yoongi.
"Nanti ada Kak Suran juga?"
Yoongi mengerutkan alis, "sepertinya tidak. Suran sedang sibuk di agensi. Kakak tidak tega untuk mengundangnya, lagipula besok kami harus menyelesaikan beberapa hal penting untuk acara, jadi Kakak membiarkan dia fokus menyelesaikan pekerjaan"
"Apa sesibuk itu orang yang akan menikah? Bagaimana rasanya, Kak?"
"Kenapa kau tidak segera melamar Yeji saja? Agar kau tau benar rasanya tanpa perlu aku menjelaskan"
Namjoon menghela nafas sebentar dan memilih untuk melihat apa saja yang ada dibalik jendela mobil. Yoongi yang mendapati Namjoon sedang hilang selera untuk berbicara hanya tersenyum sedikit. "Tidak sesibuk itu, Joon. Hanya saja, kami akan jarang berkumpul dengan kalian. Itu alasan mengapa kami merencanakannya jauh-jauh hari agar bisa mengatur waktu. Karena setelah menikah kehidupanku bukan hanya tentang mama dan papa, atau kau dan Jungkook. Ada Suran yang juga menjadi tanggung jawab dan bagian dari keluarga" jawab Yoongi kemudian.
"Aku paham, Kak. Apalagi jika nanti Kak Yoongi sudah memberikan aku dan Jungkook keponakan. Pasti aku akan terlihat tua sekali karena dipanggil paman"
Yoongi hanya menggelengkan kepala dan tersenyum lebar untuk beberapa saat. Dia selanjutnya lebih fokus menyetir. Perjalanannya masih sangat jauh. Sesaat kemudian dia mengecek kondisi Jungkook dari kaca spion yang berada diatasnya. Adiknya masih seperti dulu. Jungkook yang selalu terlihat manis dan imut dengan muka polos saat dia sedang bermimpi.
Senyuman Yoongi terbit, sehangat mentari pagi. Tidur yang nyenyak, Kook. Begitu kata Yoongi dalam hati.
Yoongi kemudian menoleh sebentar dan mendapati Namjoon yang juga tertidur entah sejak kapan. Yoongi semakin memperpanjang sudut bibir, dia cukup paham lima jam terbang dalam pesawat cukup melelahkan. Apalagi sebelum mereka berangkat Namjoon harus bekerja dan pasti saat ini dia tengah mengalami jetlag.
Yoongi memutar musik yang tenang dan kembali menatap jalanan dengan penuh konsentrasi.
***
"Joon, Namjoon.. Kita sudah sampai"
Yoongi kembali menggoyangkan bahu Namjoon pelan dan sesekali menepuk pipi berlesung itu perlahan. Saat Namjoon mengerjap, Yoongi beralih untuk meraih lutut Jungkook dan melakukan hal yang sama.
"Kook, Dek... Sudah sampai. Mama sudah menunggumu. Bangun.."
Jungkook menggeliat sebentar. Dia hanya membenarkan posisi kepalanya saja.
"Kook. Bangun.."
Saat Yoongi mengguncangkan kaki jenjang Jungkook sedikit kuat, barulah adik bungsu mengerjap dan menyaut dengan gumaman yang tidak jelas.
Jungkook yang belum bisa membuka kelopak mata dengan benar itu mencoba untuk bangkit dan mengeluarkan semua barang bawaannya dan barang bawaan Namjoon, tentu dengan bantuan Yoongi.
Mereka bertiga lalu masuk dalam rumah yang penuh kenangan itu dan disambut dengan rengkuhan lembut penuh kehangatan dari Tuan dan Nyonya Min.
"Bagaimana perjalanan kalian, Namjoon, Kook?" tanya sang kepala keluarga dengan suara yang penuh kebijaksanaan.
"Jetlag, Pa. Sepertinya Kak Namjoon kurang istirahat jadi biarkan mereka tidur sebentar" jawab Yoongi.
"Aku tidak mau, Kak" kata Jungkook. "Aku masih ingin bangun" sambungnya.
"Dengan kedua mata yang tertutup itu kau bilang bangun? Kook, Mama tidak tega melihatmu. Tidur saja ya, Nak?"
"Maa..."
"Kook, nanti malam ada Kak Jimin, Kak Seokjin, mungkin juga Kak Hopie dan Kak Tae. Kookie tidak ingin mengantuk 'kan? Mama tau kau lelah"
Jungkook tidak bisa membantah lagi. Dia tau batasan tubuhnya. Sakit di punggung karena cedera sesekali dia rasakan saat kondisi tubuhnya sedang seperti sekarang. Meskipun tidak ada gangguan saraf pergerakan tapi nyeri itu masih cukup menggelitik.
Seperti yang terlihat saat ini, Jungkook berjalan dengan posisi yang kurang tegap dan memijit pinggangnya dengan perlahan. Melihat itu, kekhawatiran dihati Yoongi mulai bermunculan. Yoongi segera memapah Jungkook dan membawanya ke kamar tamu. Akan sangat beresiko jika Jungkook harus naik tangga.
***
Mereka berdua sampai di kamar tamu. Yoongi membantu Jungkook untuk duduk dipinggir tempat tidur dan melepaskan sepatu serta jaket yang dia kenakan.
"Barang-barangku, Kak?" tanya Jungkook dengan suara yang mulai serak.
"Tidak apa. Nanti biar Kak Yoongi yang akan membawakannya"
"Tidak! Aku bisa sendiri, Kak. Jangan memanjakanku begitu"
Yoongi mengernyit sebentar, "baiklah. Kak Yoongi minta maaf" jawabnya.
"Aku tidak ingin Kak Yoongi minta maaf. Aku hanya tidak mau Kak Yoongi membawakan barang-barangku. Aku saja tidak pernah membawakan barang-barang Kak Yoongi"
Yoongi tergerak untuk duduk disamping Jungkook, "itu karena Kak Yoongi tidak pernah membawa barang sebanyak itu. Kau mau pulang sebelum kelulusanmu, hm?". Setelah Yoongi bertanya, dia mencubit hidung Jungkook dan menggoyangkannya sebentar.
"Habis bagaimana, aku terlalu rindu rumah. Mungkin juga, Kak Yoongi dulu begitu, waktu Kak Yoongi masih ada di London"
Ada jeda sejenak diantara kakak adik yang sedang duduk bersama itu. Yoongi kemudian mengusap punggung Jungkook perlahan lalu bertanya, "apa ini masih sakit?" tanya Yoongi yang mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Sedikit. Tapi hanya saat aku kelelahan saja, Kak"
"Obatmu?"
"Ada ditas kecil yang aku bawa tadi, Kak"
Yoongi mengangguk beberapa kali, "Kak Yoongi akan ambilkan dengan air putihnya sekalian. Ada yang lain yang kau butuhkan?"
"Ada... Aku butuh Kak Yoongi"
Yoongi menggeleng sambil mengusak kasar puncak kepala adiknya. Membuat tatanan rambut Jungkook yang sudah berantakan kini semakin acak-acakan.
"Kaak.."
Panggilan Jungkook itu membuat Yoongi yang sudah menyentuh kenop pintu berbalik dan menunjukan ekspresi wajah 'ada apa'.
"Kak Yoongi bahagia?"
Sorot kedua netra Yoongi berubah. Ada sinar yang teramat teduh dan juga pancaran kasih sayang yang ketara jelas disana. Netra sipit Yoongi kini tengah bersinar dalam pandangan Jungkook.
"Sangat bahagia. Sama seperti saat Kak Yoongi menggendongmu untuk pertama kalinya"
Ini jawaban yang Yoongi berikan padanya. Jungkook sedang merasakan kejujuran ketika melihat senyuman kakaknya sebelum Yoongi menghilang dibalik pintu. Jungkook yakin tidak ada sedikit pun kebohongan dari jawaban yang Yoongi berikan.
"Aku juga sangat bahagia, Kak. Sama seperti saat aku melihat Kak Yoongi memainkan piano untuk pertama kalinya" gumam Jungkook. []
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS II (Complete)
Fiksi PenggemarVersi pertama sebelum Moonchild, yang dulu pernah terpublish lalu harus dihapus karena satu dua hal. lalu sekarang kembali lagi ditengah kelabilan sang author. maaf~🌻❤ ------- Bagian dari kehidupan Yoongi, Namjoon, dan Jungkook sebagai saudara den...