Siapa yang menginginkan kedua kaki menjadi lumpuh total sampai seumur hidup? Diusia yang seharusnya bisa melakukan segalanya.
Hari ini vonis itu ditetapkan oleh Dokter John dan juga kakaknya sendiri, Namjoon. Disaksikan oleh mama, papa, dan kakak pertamanya Yoongi. Belum lagi keberadaan Yeji dan juga Jimin. Seokjin yang tidak bisa mendengar lebih memilih keluar ruangan dan menghindar untuk bertatapan dengan Jungkook.
Kondisi paru-parunya sudah stabil, cedera kepalanya sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi. Ini sudah dua minggu sejak Jungkook membuka mata pasca operasi. Tulang belakangnya juga sudah tidak perlu dicemaskan lagi kedua tangannya masih bisa berfungsi normal. Yang kurang dari Jungkook saat ini adalah kedua kakinya serta fikiran yang perlahan mengosong.
Minggu depan tepatnya hari senin dia seharusnya duduk bersama Taehyung untuk diwisuda bersama. Tapi bagi Jungkook, keluar dari rumah sakit saja belum tentu mungkin.
Mamanya, Nyonya Min sedang memeluk Jungkook sehangat mungkin sambil menyisir rambut Jungkook dengan lembut. Papanya sedang merangkul kedua bahu Namjoon untuk menguatkan putra keduanya. Sedangkan Yoongi hanya bisa mengenggam erat tangan kanan Jungkook.
Pandangan Yeji dan Dokter John tertuju pada Namjoon dan Jungkook secara bergantian. Namjoon yang sudah mengalirkan air mata tanpa isakan dan Jungkook dengan jiwanya yang mungkin melayang entah kemana.
"Keluar"
Satu kata yang terucap begitu dingin itu membuat semua orang yang ada disana tersentak.
Tidak ada yang bisa menolak. Saat ini bukan hanya kondisi fisik Jungkook yang harus diperhatikan tapi juga kondisi psikisnya. Tubuh Jungkook masih banyak luka post operasi dan akan sangat membahayakan jika Jungkook berbuat macam-macam hanya karena marah.
Nyonya dan Tuan Min mengecup kedua sisi wajah Jungkook bersama-sama, Yeji dan Dokter John keluar perlahan. Jimin mengusap kedua bahi Jungkook dan berucap, "kamu tidak sendirian, jung" lalu menjauh pula.
Hanya tinggal Namjoon dan Yoongi disana. Yoongi tidak sedikit pun melonggarkan genggamannya begitu juga Namjoon yang tidak beranjak sesenti pun dari posisinya.
"Aku minta kalian keluar, Kak"
Yoongi ragu, sangat ragu. Tidak akan mungkin Yoongi akan melakukan tindakan yang menurutnya salah. Meninggalkan Jungkook sendiri disaat seperti ini bukanlah hal yang benar.
"Kaak!!"
Jungkook mulai kesal sehingga dia tidak bisa menjaga nada bicara dengan kesopanan lagi. Sedikit berteriak dan meninggikan suara adalah hal yang baru saja dia lakukan.
"Kenapa meminta kami semua keluar? Apa akan ada bedanya? Apa kau sedang ingin menangis sendirian saat kami semua ada disini untukmu?" sarkas Yoongi dengan wajah menyendunya.
"Lalu Kak Yoongi mau aku bagaimana? Aku tetap tertawa? Hah! Aku bukan manusia tanpa hati, Kak! Aku juga ingin menangis histeris dan meluapkan kemarahanku seorang diri!" ucap Jungkook yang masih dengan nada suara tinggi.
"Dulu. Dulu sekali, aku berusaha untuk menyembuhkan kaki dan kedua tanganku ini! Aku bertahan sekuat tenaga agar aku bisa berjalan dan memeluk semua orang yang aku cintai! Tapi sekarang apa!! Bahkan untuk merangkak saja aku tidak becus!!"
Terus seperti itu. Jungkook sesekali memukul permukaan bednya dan juga memukul kedua kakinya yang lumpuh.
Jungkook menghempaskan tangan kanannya kasar sehingga genggaman Yoongi terlepas, "Kak Yoongi bilang bahwa Kak Yoongi akan selalu bersamaku tapi aku juga tau diri kalau Kak Yoongi sudah memiliki kehidupan sendiri!!"
Pandangan Jungkook langsung tertuju pada Namjoon. Sorotnya bukan yang Namjoon kenal, Jungkook kini sedang menatapnya tajam tapi penuh dengan kesedihan.
"Kak Namjoon tidak bisa membantuku lagi. Dia menyerah dan aku tidak bisa berbuat apa-apa!"
"AAARRGGHH!"
Jungkook berteriak sampai tenggorokannya sakit. Jika memungkinkan, Jungkook boleh saja jika pita suaranya rusak.
"Aku hanya ingin tetap normal. Aku hanya ingin berjalan dan mengambil ijasahku dalam acara wisuda minggu depan. Kenapaa?"
Bungsu keluarga Min itu tidak lagi bisa berteriak didepan kedua kakaknya. Dia sudah tidak bisa mempertahankan kedua kelopak matanya lagi.
Jungkook mencengkram kepalanya yang masih terdapat luka post operasi itu dengan kuat. Seketika Yoongi kemudian memeluk adiknya dan berusaha untuk melepaskan cengkraman Jungkook pada kepalanya sendiri itu dengan perlahan.
Hatinya sebagai seorang kakak kini tercabik perih. Keinginan sederhana Jungkook itu tidak akan pernah terwujud.
Namjoon yang masih berdiri disana kini ragu mendekat. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, entah sebagai kakak atau sebagai dokter terapi fisiologis. Namjoon benar-benar bukan siapa-siapa sekarang ini.
"Aku benci diriku sendiri!! Aku tidak berguna!! AKU TIDAK BERGUNA, KAK!!"
"JUNGKOOK!!" teriak Yoongi yang tidak kalah keras dibanding teriakan Jungkook sebelumnya.
"Hentikan, Dek. Kakak mohon. Tidak akan ada yang berubah. Kami semua tetap menyayangimu jadi tolong hentikan, Jungkook"
Nyatanya, Yoongi juga tidak bisa berbuat banyak. Nyatanya, dulu dan sekarang sama saja. Ada tidaknya Yoongi disamping Jungkook, sama saja tidak akan bisa mengurangi meski hanya sedikit luka adiknya.
Namjoon, seorang dokter yang tidak bisa berbuat banyak untuk kesembuhan adiknya sendiri. Sekarang, sebagai seorang kakak dia juga tidak berani untuk melangkah mendekat. Untuk menatap wajah adiknya yang sedang terpuruk itu saja, Namjoon tidak kuat.
"Pergi, Kak. PERGI! AKU BILANG PERGII!!" setelah mendapatkan berbagai upaya penenangan dari kakaknya, Jungkook tetap belum bisa menata hati dan menerima kenyataan.
Jungkook memberontak. Melepaskan diri dari rengkuhan kakaknya dan tidak mengijinkam Yoongi untuk memyentuh kedua tangannya lagi.
Tangan kanan Jungkook tertuju pada pintu kamar rawatnya, "AKU BILANG PERGIII!!"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS II (Complete)
FanfictionVersi pertama sebelum Moonchild, yang dulu pernah terpublish lalu harus dihapus karena satu dua hal. lalu sekarang kembali lagi ditengah kelabilan sang author. maaf~🌻❤ ------- Bagian dari kehidupan Yoongi, Namjoon, dan Jungkook sebagai saudara den...