Salah besar jika hari ini Taehyung merasakan bahagia sama seperti teman-temannya yang lain. Dia tidak mengembangkan sudut bibirnya sedikit pun. Dia tetap melangkah saat namanya dipanggil, menerima ijasah yang sudah dia perjuangkan selama bertahun-tahun dan menerima tepuk tangan yang meriah karena dia salah satu mahasiswa dengan predikat cumlaude walaupun ia tidak masuk tiga besar.
Tapi Taehyung sendirian. Taehyung itu tidak akan bersinar jika ia sendirian seperti sekarang ini. Dia akan berubah menjadi pribadi yang membosankan dan juga menyedihkan.
Dari kejauhan, Hopie dan kedua orang tuanya melihat kesenduan dalam diri Taehyung. Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak.
"Hopie, apa Taehyung akan baik-baik saja sampai acara selesai?" tanya ibu mereka yang mulai khawatir.
"Entahlah, Mam. Aku harap adikku itu bisa tetap menegarkan hatinya. Jungkook benar-benar sudah seperti adiknya sendiri. Dia juga sudah seperti adikku sendiri. Mami dan Papi tau benar bukan?"
"Iya. Papi bisa merasakan saat bertemu Jungkook di bandara sebelum kalian berangkat dulu. Dia sebenarnya pemuda yang periang. Entah kesialan apa yang baru saja menimpa kita semua" ujar ayahnya dengan penuh kebijaksanaan.
"Tadi pagi, Taehyung mengatakan padaku bahwa dia hadir diacara ini dengan alasan dia ingin membuktikan pada Jungkook bahwa dia tidak seharusnya lari dari kenyataan dan Jungkook harus segera bangkit dari keterpurukannya. Tapi, aku dan Taehyung juga tidak bisa terlalu memaksanya. Berat sekali, kehilangan kedua kaki bukan hal mudah untuk dijalani"
Hopie yang memiliki sifat keibuan kini tengah mengkhawatirkan banyak pihak. Kedua orang tuanya hanya bisa mengusap kepala dan lengannya untuk menenangkan.
Nyatanya, Taehyung baik-baik saja sampai acara selesai. Dia juga berfoto dengan semua teman angkatannya tapi senyuman kotaknya yang menawan begitu kaku untuk ia lengkungkan. Dia hanya bersikap sewajarnya seolah ini bukan acaranya.
Taehyung yang melihat Mami dan Papi serta kakaknya berjalan menuju mereka dan menyerahkan ijasah serta beberapa karangan bunga yang ia dapatkan.
"Papi sangat bangga padamu, Nak. Terima kasih" ucap Papinya lalu kemudian ia memeluk Taehyung.
Ibunya hanya bisa menangis karena terharu dan memeluk Taehyung sama seperti yang dilakukan ayahnya tadi.
"Kakak bangga padamu, Tae. Selamat, ya. Semoga kau selalu sukses dan keberhasilan selalu bersamamu"
Taehyung mengangguk singkat lalu memeluk kakaknya dengan erat. Dirasa, bahu Hopie sedikit lembab karena Taehyung yang tidak bisa lagi menahan air matanya.
"Sudah, kau sudah membuktikan pada Jungkook. Dia pasti bisa menerima pesanmu. Kau sungguh sahabat terbaiknya, Tae. Dia sudah seperti adik kita sendiri dan kau sangat menyayanginya. Kau melakukannya dengan baik. Jungkook juga pasti bangga padamu"
Ada segerombolan pemuda dengan salah satunya duduk dikursi roda menghampiri Hopie dan Taehyung. Tanpa dijelaskan, Hopie dan Taehyung sudah mengerti siapa mereka semua. Yang aneh adalah, pemuda yang duduk dikursi roda itu justru menunduk padahal dia sudah menggunakan topi dan masker.
"Tae! Selamat! Wah, kau ternyata sangat mengerikan juga!" ucap Jimin kemudian merangkul Taehyung sambil menyerahkan rangkaian bunga pada sahabatnya itu.
Selanjutnya adalah Seokjin yang memberikan kado lalu mengucapkan selamat padanya.
Yoongi, kemudian Namjoon. Taehyung menerima banyak cinta dan ucapan selamat dari mereka bahkan kedua orang tua Yoongi, Jungkook dan tentu saja ada Ibu Kim; ibu kandung Namjoon yang datang untuk memberikan ucapan selamat padanya.
Setelah mereka selesai bercengkrama, Taehyung melepas topi dari baju toganya dan mendekat pada Jungkook. Ia menyamakan tinggi badannya dengan Jungkook yang tengah duduk dan menunduk.
Pelan, Taehyung melepaskan topi yang dikenakan Jungkook. Kemudian masker yang juga dikenakan Jungkook. Wajahnya memang tersembunyi, poni rambutnya memang menghalangi kedua mata Jungkook tapi Taehyung bisa melihat jejak air mata dan juga kedua tangan Jungkook yang saling meremat.
"Terima kasih sudah menepati janjimu untuk datang diacara ini bersama, Kook" ucap Taehyung dengan senyuman yang perlahan melengkung. Senyuman yang sedari tadi begitu berat untuk Taehyung ciptakan kini terasa ringan sejak kedatangan mereka semua.
"Aku yang harus minta maaf sudah meminta Kak Tae" lirih Jungkook dengan masih menunduk dalam.
"Sekarang, apa kau masih ingin tetap bersembunyi dan berdiam diri? Ingat Jungkook, kau belum kehilangan segalanya. Kau masih memiliki kami semua"
"Aku tau, aku tau.." hanya itu saja yang bisa Jungkook ucapkan. Dia tidak berani memgangkat wajahnya karena pasti akan ada seseorang yang mengenalinya dan dirinya akan tampak menyedihkan. Ini adalah untuk pertama kalinya Jungkook keluar dengan menggunakan kursi roda.
"Kami akan pulang Korea hari ini, Tae" kata Seokjin yang mewakili semuanya.
"Suran membutuhkanku. Mama dan Papaku juga tidak bisa terlalu lama di London, Jimin dan Kak Seokjin akan segera memulai pekerjaan mereka dan...Jungkook juga ingin segera pulang ke rumah. Hanya Namjoon dan Yeji yang akan tinggal-"
"Tapi mereka akan segera kembali ke Korea karena harus mengadakan resepsi pernikahan" sanggah Jimin yang memotong pembicaraan Yoongi.
Yoongi yang merasa kesal hanya memasang ekspresi dingin yang menakutkan yang tertuju langsung pada Jimin yang ada disebelahnya. Tau apa? Jimim tidak takut sedikit pun pada ekspresi Yoongi.
"Jadi kau benar-benar pulang?" tanya ulang Taehyung pada Jungkook yang dibalas dengan anggukan kepala dalam darinya.
"Lalu, kita akan bertemu lagi saat pernikahan Kak Namjoon?" tanya Taehyung lagi yang juga dibalas dengan anggukan kepala dari Jungkook.
"Apa bisa katakan sesuatu? Apa lehermu tidak sakit karena menunduk sedalam itu, Jungkook?" goda Taehyung yang tidak dibalas apapun. Tapi, perlahan kepala itu terangkat dan Taehyung bertemu muka dengan Jungkook.
Poni rambut Jungkook menutupi separuh wajahnya tapi kedua bibir mungil Jungkook yang pucat tampak menyedihkan saat Taehyung memperhatikannya.
Jungkook yang sedari tadi memegang sebuket bunga kini memberikannya pada Taehyung lalu berucap dengam bibir keringnya itu, "selamat, Kak Tae. Kau telah berhasil" meski kalimatnya sangat singkat tapi Taehyung merasa Jungkook sedang menyuarakan suara hatinya yang begitu dalam.
Taehyung membawa Jungkook dalam pelukannya dan berbisik, "tidak, Jungkook. Kita berdua berhasil karena kita bersama-sama"
Jungkook yang awalnya ragu perlahan membalas rengkuhan Taehyung dengan kedua tangannya yang masih begitu lemas karena ia baru keluar dari rumah sakit.
"Jadi, kapan kalian berangkat?" tanya Hopie pada yang lainnya.
"Besok, Hopie jawab Yoongi singkat dalam satu helaan nafas.
"Baiklah. Aku ikut bersama Taehyung untuk mengantar kalian. Kita akan bertemu lagi saat pernikahan adikmu itu"
Namjoon hanya diam saja karena malu. Iya, dia akan segera menikah tapi kalau rencana baik sering dibuat bercandaan begini, wajah siapa yang tidak akan memerah karenanya.
Kemudian yang terjadi setelahnya hanya saling bercengkrama dan bercanda. Merayakan wisuda Taehyung dengan makan malam di rumahnya.
Meski, Jungkook masih sangat pendiam tapi anak itu sudah mulai menunjukan perubahan. Jungkook tidak lagi menutup diri untuk semua orang.
Mereka yakin, perlahan, kepercayaan diri Jungkook akan kembali..suatu hari nanti. []
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS II (Complete)
FanfictionVersi pertama sebelum Moonchild, yang dulu pernah terpublish lalu harus dihapus karena satu dua hal. lalu sekarang kembali lagi ditengah kelabilan sang author. maaf~🌻❤ ------- Bagian dari kehidupan Yoongi, Namjoon, dan Jungkook sebagai saudara den...