Duabelas

282 21 4
                                    

Saaih menghempaskan tubuh nya di atas kasur. Hari ini bagi nya adalah hari yang paling melelahkan. Apalagi ditambah dengan kecurigaan nya terhadap Farel. Dia yakin kalau Farel itu adalah Fateh adiknya.

Kemudian Saaih teringat dengan gelang yang didapatkan nya dari Farel. Diambil nya gelang itu dan kembali diperhatikan nya. Sudah jelas terpampang nama Fateh Halilintar disana. Memang nama nya tersembunyi dan hanya bisa dilihat oleh GH family, karena hanya mereka yang tau.

Saaih pun mencari keberadaan gelang yang sama. Kemudian dia menemukan gelang milik nya tersembunyi di bawah kasur. Gelang milik Saaih dan Farel persis sama. Yang dapat membedakan adalah tulisan nama yang tersembunyi dibalik gelang itu.

"Abang yakin itu kamu Teh" gumam Saaih sambil memperhatikan gelang tersebut

"Guys, come here!" teriak Umi menggunakan toa

Semua nya pun berlari menuju tempat Umi memanggil dengan rusuh. Sangat rusuh. Bahkan sampai dorong dorongan, sampai ada yang jatuh lalu bangkit lagi kemudian jatuh lagi kemudian bangkit lagi setelah lelah barulah pasrah jatuh.

"Kenapa Mi?" tanya Atta sang kapten

"Ini, Umi mau bagi-bagi gelang ini sama kalian semua" Umi lalu memberikan satu-persatu gelang tersebut ke anak-anak nya

"Ini buat Fateh! Dipakai jangan gak dipakai. Ini tanda keluarga kita" ucap Umi pada Fateh

Memori Saaih masih sangat mengingat kejadian itu. Kejadian dimana gen halilintar ditandai dengan gelang. Saat itu memang semua memakai nya. Sayang nya semenjak Fateh meninggalkan gen halilintar, tidak ada yang mau memakai gelang tersebut kembali.

"Masa Fateh dikasih juga"

"Kan Fateh adik kita Kak"

"Gak! Dia bukan adik aku"

"Udah Kak Atim, gapapa kok. Ateh udah biasa. Yang penting kalian semua tetep Fateh anggap keluarga"

"Sok manis banget sih!"

"Kalian kenapa benci banget sih sama Fateh? Fateh ini adik kalian, dia anak umi!"

"Adik? Maaf mi tapi kami gak bisa anggap dia adik!"

"Sohwa! Tarik kata-kata kamu!"

"Maaf tapi Sohwa gabisa mi, emang gitu kan kenyataan nya?"

"Iya mi, emang gitu kenyataan nya, lebih baik kamu pergi Teh dari sini!" usir Saaih

"Yaudah iya Ateh pergi. Kalian jaga diri baik-baik ya, Ateh pamit assalamualaikum"

Sebulir bening yang tadi menggenang dimata Saaih akhirnya lolos jatuh ke pipi. Betapa bodoh nya dia dulu pernah mengusir Fateh. Abang macam apa dia ini?!

Tok! Tok! Tok!

Saaih berjalan menuju pintu dan membuka nya. Terlihat Sohwa sedang berdiri dengan mata sembab, hidung merah seperti habis menangis. Sebenarnya Saaih khawatir, tapi dia berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya dengan memasang wajah datar nya. Dia masih kesal dengan sikap saudara nya yang tidak mempercayai nya.

"Ih kakak pengen ngomong sama kamu" ucap Sohwa dengan nada bergetar

"Masuk" ucap Saaih dingin

Sohwa pun masuk dan duduk di kasur Saaih. Dengan sesenggukan dia berusaha ngomong dengan Saaih yang masih stay dengan wajah datar nya.

"Kakak minta maaf"

Ucapan Sohwa mampu menimbulkan kerutan di kening Saaih. Untuk apa Sohwa meminta maaf pada nya, bukan kah Sohwa tidak bersalah. Tapi masa bodo, mungkin dia perlu mendengar penjelasan Sohwa dulu, barulah dia mengerti.

Kamu Adikku [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang