Sesaat mata kami bertubrukan."Jaga pandangan!" Sembur Yusuf dan menyerukkan wajahku pada dada bidang miliknya. Membuat pandanganku tertutup. Sial! Lelaki itu ganteng sekali.
Pandangan pertama rejeki, aku ngga dosa kan tadi?
-.-.&.&.&.-.-.-.-
Sejak kejadian pagi tadi, Yusuf terus menggodaku. Bahkan dia mengadukannya pada ayah, tentu saja aku langsung mendapat tatapan tajam ayah serta nasehat setajam silet milik Ummah.
Astaghfirullahal'adziim...
Maafkan aku ya Allah, aku berdosa. Aku benar - benar menyesal, bagaimana bisa aku sampai terbengong menganga saat melihat wajahnya pertama kali?Eh, benarkah mulutku menganga?
Aku rasa tidak mungkin, pasti Yusuf mengerjaiku. Iya, dia hanya ingin menggodaku. Tapi, kalau itu benar bagaimana?Yusuf tidak pernah berbohong!
Aish... Ya Allah..."Tati, jangan keganjenan lagi ya. Awas zina mata," tegur Yusuf padaku kali ini dengan nada tegas.
"Ih, siapa yang ganjen coba," jawabku mengelak.
"Tati lah, ngapain juga tuh, ngelamun dari tadi. Awas zina hati nanti," tegur Yusuf lagi.
"Ih, bawel kamu! Lagian aku beda ya sama kamu" kataku ketus.
Yusuf terkekeh pelan kemudian mengelus kepalaku lembut. Aku menepis tangannya, dia kadang bertingkah sok dewasa dan memperlakukanku seperti anak kecil.
Seperti sekaramh oni,engusap kepalaku yang tertutup hijab sambil terkekeh pelan.
"Tapi, tadi pagi Yusuf sempat tanya sih. A Rifqi itu masih perjaka loh," kata Yusuf sambil tersenyum jail.
Aku menghela nafasku lelah, Yusuf masih saja menggodaku.
"Jangan bicara aneh - aneh lagi ya kamu. Lagian kalau memang nanti jodoh tati sudah datang ya datang begitu saja," kataku mempertegas.
"Emang tati pengen nikah usia berapa sebenarnya?" Tanya Yusuf.
Aku mengangkat bahuku, sungguh ya. Sampai detik ini aku belum memikirkan soal pernikahan. Terserah ayah saja, bahkan jika ayah menjodohkanku aku insya allah tidak akan menolaknya.
Kata ummah, pernikahan itu ada dua hal yang menjadi pertimbangan. Cinta dan logika.
Kata Ummah, wanita harus tahu saat mengambil sebuah keputusan. Menjalankan cinta atau logikanya. Dulu aku memang tidak mengerti. Namun sekarang aku baru paham maksud Ummah. Tentu saja pengalaman hidup Ummah menjadikannya membentuk pola pikir demikian.
"Tati, jangan ngelamun. Malah bengong lagi," tegur Yusuf.
Aku sedikit tersentak, namun kemudian mengangguk.
"Tati cari susu jahe dulu deh kayaknya ke kantin," kataku pada Yusuf.
Yusuf mengangguk, sebenarnya pekerjaanku di kantor ini ngga berfaedah sama sekali. Beneran deh!
Jabatanku personal Asisten tapi aku punya asisten. Nah, loh...
Aku tercatat sebagai seorang PA CEO yaitu si Yusuf. Yusuf itu CEO disini, tetapi Yusuf sendiri bahkan memiliki satu sekretaris, satu asisten selain aku dan tiga bodyguard beserta satu sopir andalan kami.
Jadi, adanya aku atau tidak adakya aku benar - benar tidak berpengaruh apapun. Tetapi mau bagaimana lagi, ini semua ulah ayah.
Ayah sosok lelaki si raja Protectif kalau kata kanjeng ratu. Dari kecil aku sudah kaya kembar siam sama Yusuf. Jadi, saat aku bekerjapun tetap mengekor Yusuf.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ZAENAB
Spiritual"Enab, kamu masih suka es krim?" "iya" "Enab masih suka merajuk sama ayah?" "eh.. i- ya" "Enab masih suka nonton upin ipin?" "iya, ayah" "oke. jadi, Sekarang kamu masih anak kecil ayah." "tck, tapi Enab sudah hampir 30 tahun ayah.." Ini kisah tenta...