"Lah, Yusuf mana?" Tanyaku heran. Aku berdecak kesal karena A' Rifqi datang sendiri.
"Yusuf ada meeting penting dan ngga mungkin saya menerobos masuk. Sebentar lagi petugas medis datang," katanya dengan wajah sedikit khawatir.
"Terimakasih," ujaru lirih. Aku lihat dia mengangguk, pandangannya menunduk ke bawah tanpa melihat ke arahku.
A' Rifqi itu ganteng, dia tinggi, hidungnya mancung. Eh, itu bulu mata udah kaya talang air depan rumah loh, jadi melengkung lentik gitu. Haish.. Iri aku tuh lihatnya.
Jambang tipis gitu bikin gemes kan yah, pengen tak pegang dikit. Kalau Yusuf kan cenderung bersih. Jadi, ngga bisa tak pegang jambangnya. Lah emang ngga ada jambangnya kok soalnya.
Meski pakai jas begitu, kelihatannya tubuhnya kekar gitu. Kalau kata Tiara, anak tetanggaku yang masih sma itu A' Rifqi ya cowok sandarable gitu.
Terus... Eh, kok wajahnya memerah gitu sih?
"A'a sakit ya, kok merah gitu wajahnya?" Kataku spontan.
A' Rifqi kelihatan gelagapan, tapi sumpah ya itu wajahnya merah banget. Demam ya?
"Hus, tati lihatin A Rifqi loh kaya mau makan orang. Dosa!" Tiba - tiba suara Yusuf mengagetkanku.
"Eh, siapa yang mau makan orang?" Elakku tidak terima.
"Tati bikin A' Rifqi takut itu loh. Lihatin orang kaya mau nelen hidup - hidup. Jaga pandangan!" Tegur Yusuf lebih tegas.
Aku menyerngit, eh emang aku segitunya mandangin A' Rifqi tadi?
Ya Allah....
Astaghfirullahal'adzim...Nggak ngeh aku tuh, aduh....
Aku tersentak saat Yusuf menggendongku dan memindahkanku ke kursi roda yang dibawa asistennya.
"Termakasih A'. Saya perlu bawa tati ke tukang urut sepertinya," ujar Yusuf.
"Ah, sama - sama. Saya tunggu di ruang meeting saja kalu begitu," nah kali ini A' Rifqi jawabnya lebih santai ngga kaya tadi.
"Iya. Sekali lagi, mohon maaf atas ketidak sopanan tante saya. Terimakasih atas bantuannya. Mari... " Kata Yusuf sambil tersenyum.
Aku mendelik kesal ke arahnya. Lagian apa - apan dia menekankan banget ya kata " tante". Emang aku pakai gincu merah darah? Emang aku pakai berlian mentereng pakai dia jelaskan banget aku tantenya? Sebel!
Lagian kenapa terimakasih, orang A' Rifqi ngga bantuin apa - apa kok. Aneh dia tuh.
"Harusnya ngga perlu terimakasih, lagian siapa yang ngga sopan sih?" Kataku kesal.
Yusuf mengelus kepalaku yang di balut hijab, dia terkekeh pelan. Nah, kalau sudah begini dia itu persis banget kaya bang Dzaki. Seriusan deh, eh tapi emang dia anaknya kan ya?
Setelah sekedar berbasa-basi, Yusuf mendorongku meninggalkan tempat itu.
.
.
..
."Lain kali hati - hati. Bisa ngga sih, sehari saja ngga bikin ulah?" Kata Yusuf terlihat sekali dia kesal.
Aku cemberut, emangnya dia lupa apa?
Setiap hari aku loh yang harus membereskan ulahnya yang merepotkan karena hobinya menggombali wanita. Ngga kenal aja dia gombali loh ya, ngga bisa jaga pandangan emang. Padahal loh matanya udah dihalangi sama bola mata kucing yang setiap hari ganti. Ngga tahu lagi berapa ratus pasang softlens yang dia koleksi. Pemborosan!"Jangan macem - macem loh. Tati itu ngeliatin A' Rifqi kaya mau nelen orang. Ya pasti takut, dia sampe merah gitu wajahnya. Ngeri kali diliatin begitu," cibir Yusuf padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ZAENAB
Espiritual"Enab, kamu masih suka es krim?" "iya" "Enab masih suka merajuk sama ayah?" "eh.. i- ya" "Enab masih suka nonton upin ipin?" "iya, ayah" "oke. jadi, Sekarang kamu masih anak kecil ayah." "tck, tapi Enab sudah hampir 30 tahun ayah.." Ini kisah tenta...