"Ciee... Yang udah mau kawin."
Tuh kan malah di cie - cie-in sama kak Najwa.
"Nikah kak, N-I- K-A-H!"
"Cie... Semangat banget bahas nikahnya."
Duh, ini Kak Raffa pakai ikutan ngeledek juga.
"Ayaah..." teriakku akhirnya.
"Kak Najwa! Kak Raffa!"
Nah, cuma teriakan Ummah yang bisa mereka semua mati kutu. Aku terkikik geli melihat mereka langsung diam begitu.
"Jangan gangguin adeknya. Bantuin Ummah sana tuh," tegur ayah.
Aku langsung memeluk pinggang ayah saat ayah duduk disebelahku. Kak Najwa sudah mencibir, tuh kan semua kalah kalau ada ayah.
"Dih, manja," cibir Kak Raffa sambil mengusap kepalaku yang masih tertutup hijab.
"A'a..."
Itu suara kak Farida yang lembut banget. Adem banget kalau denger kak Farida ngomong. Beda banget tuh sama Kak Raffa. Berisik!
"Iya, sayang."
Aku terkikik geli, Kak Raffa langsung berlari menggendong anak kesayangannya.
"Kak, Yusuf kok nggak ikutan kesini?""Eh, nanti palingan. Lagi bantuin abinya ngurus pekerjaan apa gitu."
Jadi, besok itu acara khitbahnya. Ya semacam lamaran gitu lah. Tapi sayangnya si Yusuf itu kaya di telan bumi. Hilang dadakan lima ratusan. Dih, kok jadi kaya tahu bulat begini.
"Kak, ditelpon coba deh. Enab hubungi susah ih."
"Sibuk Yusufnya."
Aku jelas saja berdecak kesal, bibirku bahkan sudah monyong tujuh centimeter ini loh.
"Deg - degan ya anak ayah?"
Aku diam, deg - degan jelas iya. Tapi, ya lebih ke kepikiran Yusuf aja sih. Rasanya tuh, masa dia lagi patah hati sedangkan aku malah bahagia. Nggak banget aku jadi sahabat kan ya?
"Udah, Yusuf sibuk. Kenapa mikirin Yusuf terus sih, kak Najwa aja santai kok yang jadi Umminya."
Kata - kata ayah tuh nggak menenangkan sama sekali. Orang jelas banget kok, Kak Najwa bengong terus. Lebih banyak diam begitu.
"Yusuf beneran ngga papa, ya Kak?"
"Eh... Em..i-iya."
Kak Najwa jelas banget ngelamaun dari tadi. Aku jadi semakin cemas. Jadi Yusuf nggak bisa aku hubungi sejak kedatangannya yang terakhir ke rumah dulu itu. Ya pas selesai acara fatihah itu.
"Duh, tenang saja. Yusuf nggak papa. Dia malah sibuk sama abinya di pantai itu. Lihat akhwat - akhwat cantik disana. Tuh, lihat," kata Kak Raffa sambil menunjukkan line dari bang Dzaki.
Aku sampai melotot melihatnya, duh...
Jadi, itu foto candid gitu kan yah...
Foto Yusuf sama asistennya yang lagi ngobrol sama akhwat cantik di sana."Dasar! Sibuk cari target baru. Itu lagi, ngapain juga abinya nggak ngelarang."
"Sssttt.... Diem aja, nanti kalau Kak Najwa tahu bang Dzaki bisa kena omel ntar," bisik Kak Raffa.
Aku melotot kesal, sontak saja aku tabok lengan Kak Raffa. Duh, keras banget!
"Kak Najwa!"
"Kak Najwa!"
"Ya Allah... Apa sih Enab teriak - teriak begitu."
Kak Najwa udah menggerutu gitu. Lagian dipanggil kok nggak nyahut loh.
"Tuh, bang Dzaki sama Yusuf lagi ngerayu akhwat - akhwat cantik di pesantrennya Bang Alwi," aduku kesal.
Hihihi... Tuh kan, Kak Najwa langsung melotot dan heboh cari hp buat hubungi Bang Dzaki.
"Dasar ya! Dibilangin suruh hibur Yusuf malahan asik rayu - rayu wanita!"
Udah deh, merepet kemana - mana omongan Kak Najwa. Dih, malahan lupa nggak jadi nelpon dia.
"Kak, telpon! Suruh kesini," kataku mengompori Kak Najwa.
Kak Najwa mengangguk mantap.
"Abi, pulang sekarang! Huaa. . . "
Nah... Malahan nangis dia. Haduh......
Maaf hanya 500w.huhuhu...
Jangan lupa vote komen follow dong biar makin semangat nulisnya
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ZAENAB
Spiritual"Enab, kamu masih suka es krim?" "iya" "Enab masih suka merajuk sama ayah?" "eh.. i- ya" "Enab masih suka nonton upin ipin?" "iya, ayah" "oke. jadi, Sekarang kamu masih anak kecil ayah." "tck, tapi Enab sudah hampir 30 tahun ayah.." Ini kisah tenta...