Ketika pulang kerja Maudy mampir dulu ke kafe yang biasanya dia kunjungi untuk menemui Vanya sahabat Maudy.
"Hai Van maaf ya, pasti nunggu lama" ucap Maudy yang baru datang
"Santai ae kali, tuh udah gue pesinin minum"
"Thanks ya, btw tumben ngajak ketemuan disini biasanya juga langsung ke rumah"
"Gue cuman mau pingin ngobrol bentar kok dy, lagian juga kalau ke rumah lo pasti bunda langsung nyeret gue ke dapur dulu"
"Lo sih pinter banget masak, makanya kayak gue dong pura-pura gak bisa masak"
"Iya saking mendalami perannya sampek gak bisa masak beneran kan?"
Maudy hanya tersenyum kecut toh juga memang benar kalau Maudy gak bisa masak"Gimana kerjanya? Gajiannya lancarkan?" Tanya Vanya memecahkan keheningan yang sempat tercipta
"Kampret lo, bukannya nanya kabar malah nanya gaji"
"Disitu kan gajinya gede gak pernah telat lagi pasti betah dong"
"Betah ndasmu nyesel gue ngikutin saran lo kerja disitu udah bossnya gila guenya lama-lama juga gila!"
"Haha yaudah sih kalem ae, awalnya juga gitu lama-lama juga bakal betah kok apalagi bossnya ganteng gitu yekan?"
Maudy hanya mengerucutkan bibir. Obrolan mereka berlanjut sampai tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Lalu Maudy dan Vanya memutuskan untuk pulang karena besok mereka juga harus bekerja."Kok sampek malam nduk, lembur apa gimana?" Tanya ayah yang dari tadi menunggu Maudy di ruang tamu
"Eh ayah, tadi ke ketemuan sebentar sama Vanya. Ayah kok belum tidur?"
"Nungguin kamu gak biasanya pulang jam segini di telfon juga gak aktif"
"Hehe maaf yah hp Maudy lowbat"
"Ayah cuman khawatir nduk apalagi kamu perempuan, yasudah kamu tidur sana besok masih kerja kan?"
Maudy hanya mengangguk lalu mencium tangan ayahnya dan berlalu pergi menuju kamar.***
Esoknya Maudy melakukan aktifitas seperti biasa.
"Dy, kamu inget temen sd kamu tetangga kampung sebelah yang sering main disini dulu?" Kata bunda di sela-sela menyiapkan makanan.Maudy yang fokus dengan hp, menghentikan aktifitasnya lalu mencoba mengingat teman yang disebutkan bundanya.
"Siapa bun? Sela? Putri? Bagus? Roby? Kan banyak bun yang sering kesini"
"Yang udah nikah dulu, udah punya 2 anak, suaminya mapan ganteng, hebat banget ya seumuran kamu bisa gitu""Kan kelihatannya doang yang kayak gitu bun, di sosmed beuh curhatannya nyeremin, lebih serem dari film horor"
"Dih kamu mah, bilang aja kalau iri terus pingin kayak gitu juga"
"Enggak lah, masih mau menikmati masa muda tanpa harus ada yang ngekang, cukup bunda aja yang ngekang belum mau ketambahan suami ngekang""Sudah-sudah kalian gak sarapan apa daritadi ngobrol terus, lihat tuh anggi sama salwa udah mau habis makannya" ucap Ayah yang baru datang dengan stelan kerjanya.
Author udah pernah nyeritain belum sih? Kalau ayahnya Maudy itu dosen sedangkan ibunya Maudy punya usaha roti yang memiliki beberapa cabang. Dan akhir-akhir ini menambah buka butik yang dibantu ayah Maudy. Kenapa Maudy masih mau bekerja? Kenapa gak bantu ditempat kerja ibunya? Atau malah dirumah aja nunggu ada yang lamar, settdah ini mah keinginan author yang belum tercapai wkw
Maudy anak pertama, dulu sebelum ayahnya menjadi dosen ibunya memiliki beberapa usaha Maudy sudah tau susah senang orangtuanya dulu. Ibarat anak dia sudah menemani perjalanan orangtuanya dari nol sampai sekarang. Dari kecil dia sudah di didik untuk hemat dan membeli barang yang dibutuhkan saja.
Karena itu dia memilih berkerja diperusahaan agar bisa memiliki penghasilan sendiri tanpa harus membebani orangtuanya.
Cukup 2 adiknya saja yang gaktau diri Maudy jangan, karena ketika adiknya lahir semua sudah enak tinggal nelen saja makanya adiknya pada manja.***
Sampai di kantor Maudy langsung menuju tempat kerjanya, jika biasanya di was-was karena takut di marahi bossnya. Sekarang dia merasa tenang karena kemarin berjalan dengan lancar."Kok orang-orang pada sibuk ya? gue nyantai banget gini" Tanya Maudy pada dirinya sendiri.
Banyak orang yang berlalu lalang dihadapannya tampak sibuk sekali, bahkan sibuknya melebihi waktu Maudy baru sampai disini."Mas Alfin, mas tunggu" teriak Maudy pada Alfin yang nampak terburu-buru.
"Apasih dy? Kok lo baru datang? Gak baca grup hari ini?" Tanya Alfin
Maudy haya menggelengkan kepala. Tatapannya masih bertanya-tanya pada Alfin.Alfin menghembuskan nafas pelan, lalu mengeluarkan hp pada saku celananya yang langsung diberikannya pada Maudy.
Maudy yang masih belum paham hanya menerima hp dari Alfin."Buka! Cepetan gak usah lemot!" Bentak Alfin yang sedikit kesal. Karena sudah dari jam 6 dia disini mengurus laporan perusahan yang dilimpahkan Maya padanya. Iya dia lelah batin dan fisik belum lagi pagi-pagi tadi sudah mendapat semprotan pedas dari Dicky.
Maudy membuka hp Alfin dan bingung apa yang harus dilakukan sekarang.
"Buka grup, baca dari awal sampai akhir" melihat Maudy yang gemetar Alfin sedikit iba. Alfin sedikit menahan emosi dengan merendahkan ucapannya tidak membentak seperti tadi.Setelah membaca grup mata Maudy langsung membulat.
"Cepet ke ruang rapat, Kamu telat?" Tanya Alfin.
Sekali lagi Maudy hanya menggangguk tak bisa berkata lagi. Bagaimana bisa dia semalam tidak membuka hp sama sekali, sedangkan sekarang situasinya sangat genting.
Baru kali ini Maudy merutuki dirinya sendiri karena tidak membuka hp.Maudy berlari menuju ruang rapat sambil terus merapalkan doa.
Setelah berada di depan pintu, Maudy berkali menetralkan nafas dan detak jantungnya.Tok tok tok
Maudy lalu masuk dan semua mata tertuju padanya. Apalagi melihat Dicky yang 5× lipat terlihat lebih garang dari biasanya.
Semua orang yang berada disini tampak tegang. Sepertinya masalahnya benar-benar serius.Maudy duduk dikursi sebelah Maya yang berdekatan dengan Dicky.
"Sudah berapa kali saya bilang cek dulu sebelum menyerahkan berkas" ujar Dicky
"Kesalahan kalian sangat fatal, kalau sampai perusahaan ini gulung tikar kalian gak saya pecat saya tapi saya tuntut ganti rugi, kalian mau?" Tambah Dicky
Semua hanya menggelengkan kepala sambil menunduk."Siapa disini yang bertanggung jawab terhadap berkas dari pelanggan?" Tanya Dicky.
Semua mata tertuju pada Maudy, Maudy yang tatap bingung dan berusaha mengingat apa kesalahannya."Kamu gak merasa bersalah?" Dicky menatap Maudy tajam.
Maudy masih mengingat berkas apa yang dimaksud
Deg
Maudy langsung tampak tegang dikursinya, dia baru ingat baru mengerjakan berkas yang diserahkan divisi kepadanya untuk di revisi."Sudah berulang kali saya ucapkan cek dulu, apa susahnya tinggal cek. Kamu bukan malaikat sekali input data langsung benar" ujar Dicky yang tampak mengontrol emosinya.
Maudy hanya menundukkan kepala takut."Kamu tau? Klien kita hampir 50% komplain dan akan mencabut kembali saham dari perusahaan kita? Kalau sudah begini apa yang bakal kamu lakuin hah?"
"Jawab! Kapan sih kamu becusnya!"
"Kamu digaji buat kerja bukan buat main-main"
"Kamu mau bikin perusahaan rugi? Otakmu kemana? Mikir makanya"
Segala ucapan pedas dari mulut Dicky keluarMaudy semakin menunduk dan meremas roknya agar dia tidak kelepasan menangis. Semua menatap Maudy dengan iba, ingin membela tapi takut kena marah Dicky.
"Saya mau semua berkas harus diperbaiki dan selesai sekarang juga" ucap Dicky tegas dan berlalu pergi meninggalkan tempatnya.
"Sabar ya dy, ini masih awal dulu mbak juga gitu, semangat kamu pasti bisa" Maya menyemangati Maudy.
Satu persatu semua meninggalkan tempatnya, dan hanya Maudy yang masih bertahan disitu.
Dirasa sepi Maudy lemgsung menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa dia membuat kesalahan fatal seperti itu.
Apalagi banyak kepala divisi yang akan terkena SP karena ulahnya. Maudy semakin merasa bersalah."Hiks.. hiks kamu kok jadi bodoh gini sih dy hiks hiks"
Vote dan komen selalu ditunggu😚
Bagaimana menurut kalian cerita ini? Flat gitu-gitu aja? Atau mempesona? Wkwk
Update nya seminggu sekali ya, authornya lagi sok sibuk banget😪

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bos Galak
RomanceMaudy Yolanda Putri Ardana gadis yang memiliki kecerdasan tinggi, namun tak pernah peka dengan lingkungannya. Bahkan ketika ada seseorang yang mencintainya pun dia tak pernah sadar Setelah bekerja dengan Dicky Saputra (Bossnya Maudy) banyak yang ber...