8. Why Should I Grow Up?

3.4K 162 12
                                    

Hari ini Professor Cha melakukan general check up untuk Yugyeom. Hal ini perlu dilakukan secara rutin untuk memantau perkembangan pasiennya.

"Semuanya baik, sangat baik malah. Apa ada treatment khusus yang anda lakukan akhir-akhir ini? Sepertinya Yugyeom selalu in the good mood. Saya pikir dia akan merasa kesulitan dan lama untuk beradaptasi. Tapi sepertinya tidak begitu."

Professor Cha menyiratkan sinyal positif pada nyonya Park dan tuan Kim. Mereka sangat bersyukur selama tiga minggu ini anak kesayangannya baik-baik saja.

"Ah, sepertinya ini semua berkat hyung-hyungnya. Mereka ku titipkan untuk menjaga Yugyeom saat harus tinggal di dorm. Mereka anak-anak yang baik, prof. Mungkin karena itu perkembangan Yugyeom semakin baik."

"Oh, begitu rupanya. Baiklah, akan saya tambahkan ke catatan saya. Sepertinya penguatan psikis pada anak anda yang membuat mental dan kesehatannya ikut membaik."

Mereka tersenyum lega menghadapi kenyataan yang sangat memuaskan. Selama satu tahun keluarga Kim benar-benar hampir menyerah akan penyakit Yugyeom. Sekarang untuk pertama kalinya mereka merasakan kebahagiaan dapat melihat anaknya yamh begitu sehat bahkan sangat tampan.

"Tapi prof, apa mental Yugyeom akan terus menerus di usia aslinya. Maksudku aku tak masalah jika dia harus berperilaku seperti anak kecil. Namun aku khawatir dia akan dirundung oleh lingkungan sosialnya."

Kekhawatiran terbesar tuan Kim adalah anaknya tidak diterima di masyarakat atau di cap aneh karena berperilaku tak semestinya. Walau mereka menerima buah hatinya dalam kondisi apa adanya, namun masyarakat kadang tak bisa menoleransi.

"Bisa jadi ini akan berlangsung cukup lama. Namun jika ada perubahan ke arah sana, segera beri tahu saya secepatnya. Karena ini hal yang sangat penting dan akan jadi masalah jika salah ditanganinya."

Mereka menyepakati itu. Keluarga Kim tentu sangat berterimakasih pula kepada keenam pemuda yang dengan tulus menjaga, menyayangi sampai suka rela menolong Yugyeom.

Sekarang Yugyeom berada di pangkuan ayahnya, tertidur pulas di pundak tuan Kim. Ia mengusap punggung putranya dengan lembut membuat Yugyeom semakin nyaman. Nyonya Kim memandangi wajah tampan buah hatinya yang masih terasa aneh walau sudah tak asing lagi.

"Yeobo, bagaimana bisa dia setampan ini? Lihat, bulu matanya sungguh lentik, hidungnya mancung, kulitnya putih, bibirnya merah merekah, pipinya merona, rambutnya–"

"Sama sepertiku kan?"

Goda tuan Kim pada istrinya penuh canda.

"Aniya, dia sangat mirip denganku. Kau hanya menurunkan tinggi badannya. Lihat, kau itu tinggi sekali, dan dia hampir mengalahkanmu. Aigo..."

"Mmm, arraseo. Kau boleh mengklaim itu semua, tapi tak lupa sikap nakalnya juga mirip denganmu. Ingat tidak kalau dia tidak suka sayur? Sebelum menikah kau juga sulit makan sayur kan, baru setelah kau hamil dia. Mau tak mau kau makan."

"Haha maja!"

"Ah, satu lagi. Apa dia masih senang menari? Dia mirip sepertimu, tak bisa diam! Petakilan dan menggemaskan."

Tuan Kim jadi menggoda istrinya, membuat kesayangannya blushing.

"Ah, maja! Aku baru saja ingat. Jaebumie bilang padaku kalau Yugyeom suka sekali menari ketika mendengar lagu Chris Brown."

"Oh, seleranya bukan lagi lagu 'baby shark' sekarang? Baiklah, jagoanku memang sudah besar sekarang. Bagaimana bisa seorang bayi suka lagu dewasa, huh! Ayo katakan pada appa, apa kamu sekarang sudah merasa jadi jagoan?"

In Adult Body Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang