Haii.. I'm back..
Sorry for typo~~
Sahabat.. seseorang yang selalu ada dimanapun dan kapanpun Seokjin membutuhkan bantuan. Mereka selalu ada untuk Seokjin. Seperti saat ini, mereka lebih memilih menemani Seokjin di UKS ketimbang pergi ke kantin seperti teman-teman lainnya.
Sahabat juga dapat menjadi tempat berteduh bagi Seokjin kala masalah datang bertubi-tubi di kehidupannya. Justru karena persahabatanlah Ia menjadi kuat.
Namjoon, Hoseok, Yoongi, dan Jungkook masih setia menunggu Seokjin sadar. Sedangkan Jimin dan Taehyung pergi untuk mencari makanan untuk mereka, juga untuk Seokjin.
"Hyung.. Kenapa sampai seperti ini hyung.."
Itu Jungkook yang sangat khawatir ketika Namjoon memberi kabar jika Jin Hyung nya sakit.
Eunghh..
Seokjin mengerjapkan matanya beberapa kali, sampai pandangannya kembali fokus dan melihat para sahabatnya sudah berdiri di sampingnya.
Hening.. Itulah yang Seokjin rasakan. Karena para sahabatnya seolah-olah menatapnya dengan intens.
"Hikss.. Hyuuung.. Jin hyuung.."
Jungkook memang sangat khawatir. Ia tahu Jin hyungnya ini orang yang kuat, tapi ketika sedang terbaring sakit begini sisi rapuh nya sangat terlihat. Jungkook langsung memeluk Seokjin menyalurkan kelegaannya karena Seokjin baik-baik saja.
Seokjin memeteskan air matanya. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata bahagia. Karena disaat Ia terpuruk sahabatnya akan selalu siap untuk memeluknya.
Seokjin memang bukan tipikal orang yang cengeng. Tapi ketika di depan sahabatnya Ia tak bisa menutupi semuanya. Termasuk sisi rapuh yang selama ini berusaha Seokjin tutupi ketika sedang bersama orang lain.
Seluruh perhatian yang diberikan oleh para sahabatnya tetap akan menjadi sumber utama kekuatan Seokjin dalam menghadapi semua yang sudah Tuhan takdirkan untuk dirinya.
🍃🍃🍃
"Hyung ayo makan.. aku sudah belikan bubur untukmu hyung.."
"Tapi perutku tidak enak Taehyung-ah...."
"Hyung.. walaupun perutmu menolak tapi kau harus tetap makan hyung.. Ini demi kesehatanmu hyung.." timpal Hoseok.
"Ayolah hyuung.. Makan yaa.. atau aku aku akan menghubungi ayahmu hyung dan bilang kalau kau sakit.." bujuk Namjoon. Lebih tepatnya sebuah ancaman menurut Seokjin.
"Haahh.. Baiklah.. baiklaah.. Tapi jangan pernah bilang pada Appa oke.."
Mereka berenam tersenyum menang karena berhasil membujuk Seokjin untuk makan.
Belum sampai habis bubur yang Seokjin makan tiba-tiba mual kembali melanda perut Seokjin.
"Hoekk.. Hoekk.. Hoekk.." Seokjin memuntahkan isi perutnya. Ia benar-benar lemas.
Namjoon dan yang lainnya panik. Ia tidak tega melihat Seokjin seperti ini. Ia bingung, harus bagaimana.
"Hyung.. kita ke rumah sakit sekarang"
Saat Namjoon ingin memapah Seokjin untuk mengantarnya ke rumah sakit, tiba-tiba tangan Namjoon ditahan oleh Seokjin.
"Na..n gg..gwaen..chanha Joon-ah.."
"Hyuung.. Jebal.. kali ini hilangkan keras kepalamu itu. Kau pucat hyung.."
Rasa sakit yang Seokjin rasakan di perutnya sudah tak terbendung lagi. Ia jatuh terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal karena menahan sakit, kesadaran Seokjin perlahan-lahan mulai menghilang.
