Sorry for typo
Semoga suka ya 💜
Ketika hidup tidak berjalan sesuai apa yang di rencanakan, Seokjin hanya bisa berharap. Bukan, lebih tepatnya selalu berharap, agar suatu saat orang tuanya bisa bersatu lagi. Memang Seokjin egois, Ia egois karena masih membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Walaupun ia sudah bukan anak kecil lagi, tapi sangat berpengaruh kepada psikis Seokjin.
Pada dasarnya Seokjin merupakan orang yang selalu kuat di mata para sahabatnya. Tapi siapa sangka Ia tidak bisa menahannya ketika di depan ayahnya. Sosok Ayah yang selama ini ia rindukan. Ia merasa sedikit lega karena menceritakan sedikit harapan kepada Ayahnya.
Seokjin tahu Ayahnya kebingungan terhadap permintaan Seokjin untuk membawa Ibunya kembali. Tapi apakah salah Seokjin berharap?
Ya.. hanya harapan yang Seokjin punya saat ini. Ia sangat berharap keluarganya bisa kembali lagi. Apa perlu ia sakit parah dulu baru Ibunya akan pulang dan menemaninya disini?
🍂🍂🍂
Saat ini keadaan Seokjin sudah berangsur membaik. Di ruangan yang serba putih itu Seokjin termenung. Pagi tadi Ayahnya pamit untuk mengurus pekerjaannya. Awalnya Minseok akan mengabaikan urusannya tersebut karena tidak ada yang menemani Seokjin. Tapi Seokjin terus meyakinkan Ayahnya itu kalau dia baik-baik saja. Dan dengan sedikit paksaan akhirnya Minseok pun menurut.
Sangat keras kepala sekali bukan si Seokjin ini?
Saat ini Seokjin ingin sekali di temani oleh Ibunya. Walaupun Ia bersikap dingin kepada Yeri, tapi Seokjin tidak bermaksud untuk membenci Ibunya itu. Ia hanya merasa kecewa terhadap Ibunya. Dia wanita yang sangat gila kerja menurut Seokjin. Ia berharap bisa berkomunikasi dengan Ibunya lagi. Jujur Ia sangat rindu, tapi Ia terlalu naif untuk sekedar menelpon Ibunya.
Tapi apa salahnya Ia mencoba untuk menelpon Ibunya, Itulah yang Seokjin pikirkan. Seokjin mencari nomor ponsel Yeri. Ia ragu, apakah Ibunya mau mengangkat telpon darinya. Akhirnya Seokjin memberanikan diri untuk menekan tombol panggilan disana.
Seokjin meneteskan air matanya, Ia berharap Ibunya bisa mengangkat telpon darinya. Setelah beberapa lama menunggu jawaban, akhirnya Seokjin dapat mendengar suara Ibunya dari seberang sana. Ingin rasanya Seokjin menangis kepada Ibunya dan memohon untuk kembali lagi ke Korea dan tinggal bersama lagi dengan Ayahnya. Tapi itu mustahil..
"Yoboseo.. Jinnie-ah.." Seokjin menutup mulutnya agar isakan nya tidak terdengar oleh Ibunya. Ia rindu panggilan yang keluar dari mulut Ibunya.
"Jin.. Are you okay? Kenapa diam saja eum?"
"Eo-eommaaaaa... Eommaaa.. hiks.. hiks.." parau Seokjin.
"Sekjinie.. Anak Eomma.. kenapa menangis eum? Apa yang terjadi padamu? Apa ada yang menyakitimu? Katakan pada Eomma"
Seokjin makin terisak, Ibunya sangat lembut kepadanya. Sudah lama Ia menahan rindu atas perhatian yang di berikan sang Ibu.
"A-aku baik-baik saja Eomma.. tak perlu khawatir.."
"Benarkah kau baik-baik saja Jin..? Eomma rasa kau menyembunyikan sesuatu dari Eomma"
"Eomma.. Apakah.. Eomma tidak bisa kembali kesini lagi?" Seokjin berharap jawaban yang keluar dari mulut Ibunya sesuai harapannya.
"Maaf sayang.. Eomma sekarang belum bisa pulang dan menemuimu.. Disini Eomma sangat sibuk.. jadi Eomma belum bisa pulang ke Korea. Eomma menyesal karena tak bisa menemui anak Eomma.. Eomma sangat merindukanmu sayang.." ucap Yeri merasa bersalah karena tidak bisa menemui Seokjin.
"Kapan Eomma akan kembali?" Seokjin mati-matian menahan sesak dihatinya. Harapannya untuk membuat Ibunya kembali pupus sudah.
"Eomma belum tahu Jin.. Maafkan Eomma ne.. tapi Eomma janji ketika Eomma pulang, Eomma akan menemuimu.."
"Jika sekarang aku mengatakan bahwa aku sakit, apakah Eomma tetap tidak akan pulang?"
Seokjin sudah tidak tahan lagi. Ia benar-benar merindukan Ibunya saat ini. Ia hanya ingin Ibunya bisa kembali bersama Ayahnya. Karena Seokjin tahu jauh didalam hati mereka masih saling mencintai. Hanya karena ego lah mereka berpisah.
Yeri termenung mendengar pertanyaan Seokjin saat ini, apakah Seokjin nya baik-baik saja. Tapi lagi-lagi Yeri dibutakan eh pekerjaan yang menjanjikan yang menuntutnya tidak bisa kembali ke Korea untuk sementara waktu. Tapi sampai kapan?.
"Sayang.. disana kan sudah ada Appa yang merawatmu"
"Tapi aku merindukan Eomma.." Seokjin kembali meneteskan air matanya.
Tanpa Seokjin ketahui Ayahnya sudah sampai didepan ruangannya tapi Minseok hanya mendengarkan apa yang Seokjin ucapkan. Jujur Ia merasa bersalah karena membuat Seokjin terluka seperti ini.
"Jin.. Kau sudah besar sayang.."
"Tapi aku masih butuh Eomma.. Aku iri melihat teman-temanku yang masih bisa bercanda dengan Ayah da Ibu mereka. Aku ingin seperti itu Eomma.."
Seokjin menekuk lututnya. Ia merasakan sakit lagi di perutnya.
"Aku hanya ingin hal sederhana yang bisa dilakukan dengan Eomma dan Appa. Aku merindukan kita tinggal bersama Eomma.. A-akh.."
"Jin.. kau baik-baik saja?" Kau kenapa?" Tidak bisa dipungkiri juga saat ini Yeri tengah khawatir.
"Eo-eommaa... Bogoshipeo.."
A-aakh sshhh
Ringisan Seokjin terdengar oleh Minseok dan dengan tergesa Minseok masuk kedalam ruangan Seokjin untuk memastikan keadaan Seokjin.
Seokjin lemas. Ponsel yang Ia genggam sudah tidak di genggamannya lagi. Di seberang sana Yeri masih mencoba memanggil-manggil nama Seokjin.
"Jin-ah.." Minseok sangat khawatir saat ini.
"A-appaahh.. a-aku baikh.. Eo-eomma.." Seokjin berusaha meraih ponselnya. Tapi lebih dulu ponsel itu di ambil oleh Minseok. Dan dengan sepihak Minseok mematikan sambungan telpon yang masih berjalan tersebut.
"Kondisimu belum stabil Jin.. Jangan bermain ponsel terlebih dahulu. Biar ponselmu Appa yang simpan.."
Sshhhhh
Seokjin terus menekan perutnya karena rasa nyeri itu datang lagi. Dengan sigap Minseok kembali menekan tombol darurat untuk memeriksakan kembali kondisi Seokjin.
"Mian Appa.. karena membuat Appa terus menerus khawatir.."
Raut muka Seokjin dibanjiri oleh keringat dingin. Minseok dengan setia mengelus tangan Seokjin untuk memberikannya kekuatan.
"Ani.. kau tak perlu meminta maaf.. sudah kewajiban Appa untuk menjagamu.." Minseok tersenyum.
Dan tak lama dokter pun datang. Dan memriksa keadaan Seokjin.
🍂🍂🍂
"Bagaimana keadaan anak saya dok?"
"Saya sudah memberikan obat pereda nyeri untuknya. Sejauh ini pasien tidak apa-apa.. kita akan menunggu hasil lab besok"
"Baik Dok, terima kasih"
Setelah kepergian Dokter dari ruangan itu Minseok menatap Seokjin sendu. Terselip begitu besar penyesalannya karena tidak bisa menjaga keluarganya agar tetap utuh.
Seokjin menoleh ke arah Ayahnya. Ia sangat menyesal membuat Ayahnya khawatir dengan keadaannya. Apakah Ia baik-baik saja?. Seokjin berharap bahwa dirinya selalu dalam keadaan baik agar suatu saat bisa berkumpul kembali dengan Ayah dan Ibunya.
TBC
Huwaaaaaaa apa kabaaar kaliaaan.. :') Maaf lama sekali update cerita ini..
Makin gaje asli ini 😩 Seokjin nya mau di gimanain 😭
Maapkan author yang telat terus buat up..
Makasi juga buat yang udah vote apalagi komen..😁
Work aku ngga bakalan ada apa-apanya tanpa kaliaaan 😁
Thank you so much pokoknyaaa 😍
*PelukJhope eh salah *PelukSeokjin 🤭
