Sorry for typo~~
Sebelumnya~
Sudah hampir 30 menit masih belum ada tanda-tanda Dokter keluar dari ruangan UGD tempat Seokjin masuk tadi.
"Eomma.. aku takut.. Uri Jinnie.... Aku takut Eomma.." Minseok menunduk.
"Kita berdo'a saja ne.. semoga Seokjin tidak apa-apa" walaupun begitu Yonhee juga sangat khawatir.
Ting
Suara ponsel Minseok tak Ia hiraukan. Yang terpenting sekarang adalah kondisi Seokjin.
Ting
Akhirnya dengan malas Minseok membuka pesan tersebut. Matanya membulat seketika. Terkaget karena orang yang mengirim pesan tersebut adalah orang yang selama ini di rindukan oleh Seokjin.
"Yeri" gumam Minseok.
.
.
.Setelah membaca pesan tersebut Minseok melamun. Ia bingung, perasaannya antara senang karena kemungkinan Seokjin akan segera bertemu lagi dengan Ibunya tapi Ia juga sedih karena kondisi Seokjin yang saat ini masih di tangani oleh dokter.
Sebuah tangan mengusap bahu Minseok pelan. Ya itu adalah Yonhee yang kebingungan dengan raut wajah Minseok yang berubah menjadi tatapan kosong setelah membuka ponselnya.
"Seok-ah.. ada apa? Siapa yang mengirim pesan eoh?" Yonhee yang penasaran berniat merebut ponsel yang di genggam Minseok.
"Eom..." Terlambat, ponsel minseok kini sudah ditangan Yonhee.
"ma.." lanjut Minseok yang sempat terpotong tadi. Minseok takut Ibunya akan marah.
(Yeri)
Minseok-ah bagaimana kabar Seokjin? Dia baik-baik saja kan.. Maaf aku baru memberi kalian kabar karena terlalu sibuk disini. Karena Seokjin tidak bisa di hubungi jadi aku mengirim pesan kepadamu. Tolong sampaikan pada Seokjin, aku akan pulang ke Korea lusa nanti. Itu pun hanya satu minggu karena ada klien di Korea.
Begitulah kira-kira isi pesan Yeri.
"Ohh jadi perempuan ini eoh. Biarkan saja dia kemari biarkan saja dia tau kondisi puteranya bagaimana. Lalu setelah itu, Eomma tidak akan mengijinkan dia untuk bertemu Seokjin".
Minseok masih menatap layar ponselnya. Ia bingung harus membalas pesan dari Yeri atau tidak. Baru saja Ia akan mengetikkan sesuatu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Minseok langsung memasukkan ponselnya kembali. Ia tidak peduli dengan Yeri yang paling penting sekarang adalah Seokjin.
"Bagaimana kondisi Seokjin dok?"
"Begini tuan.. demam yang Seokjin rasakan adalah efek dari tukak lambungnya yg bertambah parah, stress yang berlebihan bisa memperburuk kondisinya tuan.. seperti saat ini. Jadi saya mohon untuk tidak memberikan beban pikiran kepada pasien dulu untuk sementara waktu. Kondisinya masih belum stabil.."
"Baiklah dok.. terima kasih.."
"Kalau begitu saya permisi dulu" pamit dokter tersebut yang di balas anggukan dari Minseok.
.
.Perlahan Minseok dan Yonhee masuk kedalam guna melihat Seokjin. Mata indah anaknya masih senantiasa terpejam. Minseok mendekat dan memggenggam tangan Seokjin yang terbebas dari infus. Satu tangannya terangkat untuk mengelus rambut Seokjin yang basah karena keringat.
Minseok menghela nafas, satu sisi Ia bahagia akhirnya permintaan Seokjin untuk bertemu ibunya bisa terkabul. Satu sisi lagi Ia bingung karena kondisi Seokjin yang tidak memungkinkan.
'semoga keadaanmu lekas membaik Nak agar kau bisa bertemu dengan ibumu' batin Minseok.
Yonhee yang melihat cucunya terbaring pun tak tega. Begitupula anaknya yang selama ini merawat Seokjin seorang diri. Yonhee tau Minseok pasti sangat terpukul dengan keadaan anaknya.
Yonhee mengelus lengan Minseok saat kedua mata Minseok berkaca kaca.
"Menangislah Seok-ah.. Ada Eomma disini.. Kau harus tetap kuat demi Seokjin heum.."
Tangan Yonhee terus mengelus lengan Minseok. Minseok hanya mengangguk dan menghapus air matanya yang sempat terjatuh tadi. Ibunya benar, dia harus tetap kuat demi Seokjin, dia tidak mau jika Seokjin melihat dirinya sedih.
"Eomma aku ingin pulang sebentar ne.." Yonhee menganggukkan kepalanya.
"Aku akan kembali membawa perlengkapan yang di butuhkan selama disini"
Minseok menggenggam tangan Seokjin. Rasanya Dia tidak mau beranjak tapi Ia harus pergi.
"Appa pergi dulu Jin.. Begitu Appa kembali kau harus segera bangun eoh? Kalau tidak, Appa akan marah kepadamu Jinnie-ah.." Minseok mengusap kembali air mata yang menetes.
Yonhee menepuk pelan pundak Minseok beberapa kali guna menenangkan. Kemudian Minseok pun pergi dari ruangan tempat dimana Seokjin berada.
Kini hanya ada Yonhee yang sedang memandangi wajah damai cucunya. Di elusnya pipi gembil Seokjin yang sedikit mulai tirus pikir Yonhee. Ia sangat menyesal telah menyia nyiakan cucu yang sangat baik seperti Seokjin. Tapi kenapa nasib baik tidak ikut serta mengikuti Seokjin. Yonhee tersenyum tipis. Kemudian tangannya beralih mengelus rambut Seokjin.
"Kau tahu Jinnie.. Halmonie sangat menyayangimu, halmonie hanya dibutakan rasa benci terhadap ibumu.. Halmonie hanya kecewa karena Ibumu yang membuat Appamu pergi dari halmonie... Dan sekarang Dia juga meninggalkanmu demi karirnya.. Halmonie sangat kecewa Jinnie-ah.. Tapi kau.. Kau sangat menyayangi Ibumu bukan..? Bagaimanapun perlakuan Ibumu.. Kau selalu membelanya.. Kau terlalu baik Jinnie-ah.."
Yonhee terus mengelus rambut Seokjin, memberikan kenyamanan tersendiri bagi Seokjin. Sebenarnya Seokjin sudah bangun, tapi matanya tetap terpejam, kondisinya terlalu lemah walaupun hanya sekedar membuka mata sekalipun.
Seokjin bisa mendengarkan setiap kata yang di ucapkan oleh Yonhee. Air matanya mengalir begitu saja. Tentu saja sebuah tangan langsung mengusap air mata yang jatuh ke pelipis Seokjin. Ya Neneknya lah yang mengusap air matanya.
"Kau bisa mendengar Halmonie Jin..?" Tanya Yonhee yang khawatir dengan cucunya. Tapi tetap tidak ada respon dari sang cucu.
Ingin rasanya Seokjin memeluk sang Nenek sekarang. Tapi tubuhnya sangat lemas untuk di gerakkan. Ia berusaha untuk membuka kelopak matanya. Walaupun terasa berat, Ia tetap berusaha dan akhirnya perlahan Ia bisa membuka matanya.
"Halmonie.." Panggil Seokjin pelan.
"Jinnie-ah.." Yonhee menggenggam tangan Seokjin erat.
"Appa...."
"Appamu akan segera tiba Jin.. Tenang ne.. Ada Halmonie disini.." Yonhee bahagia.. Ia percaya cucunya anak yang kuat. Ia hanya berharap cucunya bisa sembuh.
Seokjin mengangguk kemudian Ia memejamkan matanya lagi. Jujur Ia sangat lemas walaupun mengeluarkan beberapa kata saja tapi Ia merasa tenaganya terkuras habis.
Yonhee mengerti, Ia mengelus bahu Seokjin, sesekali menepuk pelan bahu Seokjin. Ia tahu cucunya masih perlu istirahat. Yonhee mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
🍃🍃🍃🍃
Minseok bergegas kembali ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari Ibunya kalau tadi Seokjinnya sudah sadar.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Ia teringat dengan isi pesan Yeri. Apakah Ia rela membiarkan Seokjin bertemu dengan Yeri. Sekarang Minseok memikirkan kondisi Seokjin yang semakin hari semakin jauh dari kata baik.
Entahlah ini hanya firasatnya saja atau memang realitanya seperti itu. Ia berdo'a semoga Seokjin dapat merasakan kebahagiaan lagi. Jika bisa, Ia berharap agar bertukar posisi dengan anaknya.
Tak lama Ia pun sampai di Rumah Sakit. Minseok menghela nafas, matanya berkaca kaca setiap mengingat kondisi Seokjin.
TBC
Haiii.. Daku kembali setelah 5 bulan berlaluu huhuhu.. 😭
Cerita ini makin amburadul ngga si.. 😫 aku minta maaf kalo bikin kalian nungguin.. Ehh.. Masih ada yang nungguin ngga si 😞
Ahhh pokoknyaa terima kasih buat vote sama komennya 😭❤ ngga tau lagi mesti bilang apa huhuhuuu..
Sayang banyak2 sama kalian pokoknyaaaa.. 😭