Sorry for typo~~
Entahlah ini hanya firasatnya saja atau memang realitanya seperti itu. Ia berdo'a semoga Seokjin dapat merasakan kebahagiaan lagi. Jika bisa, Ia berharap agar bertukar posisi dengan anaknya.
Tak lama Ia pun sampai di Rumah Sakit. Minseok menghela nafas, matanya berkaca kaca setiap mengingat kondisi Seokjin.
.
.
.
.Minseok masih berdiam diri di dalam mobil, Ia berniat untuk membalas pesan Yeri. Tangannya mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya. Setelah selesai mengetikkan pesan Minseok pun melangkahkankan kakinya menuju ke salah satu ruangan tempat dimana Seokjin di rawat.
'Semoga ini yang terbaik untukmu Jin.. Maafkan Appa.. Hanya dengan cara ini kau bisa bertemu Eomma mu lagi..' batin Minseok
Sesampainya Minseok di depan pintu ruangan Seokjin, Ia memegang gagang pintu tersebut. Mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan sesekali menarik nafas. Ia harus tetap tegar di mata Seokjin, Ia tidak mau jika Seokjin melihatnya menangis. Setelah di rasa tenang Minseok pun membuka pintu tersebut.
Cekleeek *anggep aja bunyi pintu >•<
Yonhee yang masih setia mengelus bahu Seokjin menoleh ke arah Minseok. Minseok hanya mengangguk kemudian berjalan ke arah sofa yang tersedia di ruang rawat Seokjin. Ia mendudukkan dirinya kemudian mengecek ponselnya beberapa kali.
"Hhhhhh.. Masih belum di baca rupanya" Gumam Minseok pelan.
Meskipun pelan, tapi Yonhee tetap bisa mendengarnya. *sensitip ya bund telinganya //plak okeh lanjut*
Yonhee bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Minseok yang masih fokus pada ponsel yang di genggamnya.
Ketika merasa seseorang duduk di sebelahnya Minseok menoleh dan
"Aishh Kamjagiya.. Ahh Eommaaaaa.. Kau membuatku terkejut.." Minseok merasa kaget karena Ibunya tiba-tiba berada tepat disampingnya.
"Aku kira hantu.." Cicit Minseok.
"Mworagooo?!" Sahut Yonhee dengan nada cukup tinggi.
"Shhushshshhh.. Eomma nanti Seokjin bangun" Ucap Minseok sambil sesekali melihat ke arah Seokjin yang sepertinya tidak terganggu sama sekali dengan pekikan Neneknya.
Yonhee memukul kepala anaknya, karena Ia merasa kesal. Sedangkan Minseok hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Eummm.. Eomma.. Aku sudah memberi tahu Yeri perihal kondisi Seokjin.." Minseok menghela nafas sambil terus mengetukkan jari pada ponsel yg ada di genggamannya.
Yonhee masih diam. Ia masih menunggu anaknya untuk berbicara lagi.
"Tapi Ia belum membaca pesan yang ku kirim Eomma.. Eomma apakah nanti jika Yeri kembali bisakah Eomma menerima Yeri lagi?" Ucap Minseok. Sedangkan Yonhee masih bungkam.
"Eomma.." Panggil Minseok lagi.
Yonhee menghela nafas. "Demi Seokjinie.." Lanjut Minseok.
"Eomma tidak tahu Seok-ah.. Eomma sudah terlanjur kecewa dengan sikap Yeri yang telah meninggalkan Seokjin begitu saja..."
"Aku mohon Eomma.. Aku mohon..."
"Eomma masih belum bisa percaya sepenuhnya dengan Yeri Seok-ah, tapi..." Yonhee menoleh kearah Seokjin. Ia hanya ingin melihat cucunya bahagia Ia tahu kebahagiaan yang Seokjin impikan adalah memiliki keluarga yang utuh. Ia berusaha menurunkan egonya demi cucu semata wayangnya.
"Appaaaa" Panggil Seokjin.
Minseok dan Yonhee langsung mendekat ke arah Seokjin untuk memastikan keadaannya.