18. Desire

1.7K 154 37
                                    

Sebelumnya ^^

Sungguh.. Melihat kondisi Seokjin saat ini Minseok sangat terpukul. Ia heran mengapa Yeri tak kunjung membalas pesan yang Ia kirimkan. Jangankan di balas, di baca oleh Yeri saja tidak.

"Appa mohon bertahan Jin.. Appa mohon.. Appa mohon.." Mineok menggenggam erat tangan Seokjin.

'Appa berjanji akan membawa Eomma kembali Jin.. Bagaimanapun caranya.' batin Minseok.

🍃🍃🍃🍃

Dokter segera masuk untuk memeriksa kondisi Seokjin. Sedangkan Minseok dan Yonhee menunggu diluar dengan perasaan yang cemas. Bagaimana tidak, Seokjin sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Minseok memandang pintu ruangan yang tertutup, Ia meneteskan air matanya. Sungguh melihat kondisi Seokjin yang menurun membuat Minseok bingung sekaligus putus asa. Dia selalu ingin terlihat tegar di depan anak semata wayangnya, tapi ternyata terlalu menyakitkan bagi Minseok.

Yonhee menatap anaknya dengan tatapan iba, Ia tahu terlalu menyesakkan bagi Minseok untuk menerima keadaan Seokjin sekarang. Tangannya terulur untuk mengelus punggung anaknya. Minseok menoleh dan mengambil tangan ibunya untuk di genggam. Ia terisak sembari mengelus tangan Yonhee.

"Uljima Seok-ah.. Kau harus kuat demi Seokjin, Eomma percaya kau pasti bisa melewatinya. Eomma ada disini untuk anak Eomma, juga cucu kesayangan Eomma, Seokjin."

Minseok mengangguk. Ia menempelkan tangan Yonhee ke pipinya.

"Terima kasih Eomma.."

Yonhee tersenyum ketika Minseok mulai tenang. Ia harus bisa menguatkan Minseok.

🍃🍃🍃🍃

Di lain tempat, Yeri sedang duduk termenung di tepi kasurnya. Hari ini Ia pulang cepat. Sebenarnya Ia sangat merindukan Seokjin. Ia baru sadar, selama ini Ia kesepian. Walaupun karirnya sukses, tapi Ia telah gagal dalam menjaga keutuhan keluarganya.

Jujur, dari lubuk hati yang paling dalam, Yeri juga masih mencintai Minseok. Tapi egonya lebih tinggi dibandingkan dengan monas //plakk

Ia ingin kembali, tapi apakah Seokjin dan Minseok akqn menerimanya kembali? Atau malah membencinya. Terlebih Yonhee yang selalu menentang hubungannya dengan Minseok. Tanpa sadar air mata Yeri menetes.

'Jinnie-ah.. Maafkan Eomma..' batin Yeri.

Ia menatap langit kamarnya, lusa dia pulang ke Korea. Sungguh saat ini Ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia selalu teringat Seokjin. Tapi pekerjaannya tidak memberinya waktu untuk menanyakan kabar anaknya. Ia Ibu yang egois bukan.

"Apa Seokjin sudah tidur?" Yeri memegang ponselnya. Rasanya ingin sekali menelpon anak semata wayangnya itu. Yeri menyalakan ponselnya mencari kontak anaknya. Jarinya seakan ragu untuk menelpon lebih dulu. Karena di Swiss masih 2 siang, yang tentunya di Korea sudah malam, karena perbedaan waktu Swiss dna korea yang berjarak 7 jam.

Karena takut mengganggu waktu istirahat Seokjin, Ia mengurungkan niatnya untuk menelpon Seokjin. Besok pagi saja pikir Yeri.

🍃🍃🍃🍃

30 menit Minseok dan Yonhee menunggu pintu ruang rawat Seokjin terbuka. Tapi belum ada tanda-tanda dokter maupun perawat yang akan keluar. Minseok semakin cemas. Ia mengeratkan genggamannya pada Yonhee.

Setelah 40 menit berlalu, suara pintu yang berdecit membuat Minseok menoleh. Ia langsung berdiri dan menghampiri snag dokter.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?"

I'm TiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang