sorry for typo ~~
ceklek
"KAU?!!"
~~~~~~~~~~~~~~
"Annyeonghaseyo Eommonim" ucap Yeri sembari menundukkan kepalanya.
"Mau apa lagi kau kesini hah? Apa masih belum cukup kau membuat putraku menderita? Dasar perempuan tidak tahu malu!" Ucap Ny. Kim
Seokjin yang mendengar itupun merasa tertohok karena ucapan dari neneknya sendiri. Apa yang membuat neneknya nampak begitu benci melihat Ibunya."Ha..ha..halmonie.." panggil Seokjin pelan. Karena jujur dia takut jika nanti neneknya akan lebih marah lagi pada Ibunya. Sedangkan Ny. Kim hanya menatap tajam kearah Seokjin.
"Aku kesini hanya ingin memberikan kesempatan untuk Seokjin untuk tinggal dengan ayah nya" ucap Yeri
"Tsk.. memangnya kau mau kemana hah ?! Bawa saja anakmu itu.." ucap Ny.Kim penuh penekanan.
Mendengar ada keributan, Minseok pun keluar dan melihat apa yang sedang terjadi. Betapa terkejutnya Minseok melihat putra yang selama ini Ia rindukan ada didepan matanya.
"Jinniee.." ucap Minseok yang langsung memeluk Seokjin dengan penuh kasih sayang. Seakan akan mereka enggan untuk dipisahkan lagi.
"Appaaa...hikss.. bogoshipeo.." Seokjin sangat merindukan sosok ayahnya. Walaupun dia sudah besar tapi jika menyangkut orangtuanya, pertahanan seokjin seakan runtuh.
Melihat pemandangan itu, Yeri merasa bersalah karena harus memisahkan Seokjin dari Minseok. Tapi apa boleh buat, egonya lebih tinggi dari pada apapun.
"Ekhem.. kedatanganku kesini hanya untuk mengantarkan seokjin padamu Minseok~ah" ucap Yeri langsung.
"Setidaknya masuklah dulu Yeri~ah.. kita bicarakan didalam.." Minseok hendak mengajak Yeri dan juga Seokjin masuk, akan tetapi Ny. Kim menahan Minseok.
"Tidak akan aku biarkan perempuan tidak tahu diri ini masuk ke dalam" ucap Ny. Kim penuh penekanan."Tak apa Minseok~ah, aku hanya ingin membawa seokjin kepadamu. Karena sekarang yang paling penting untukku adalah pekerjaan ini. Aku akan pindah ke Swiss sekarang.." ucap Yeri tanpa menatap kearah Seokjin sedikitpun.
"Seokjin~ah.. mianhae.. Eomma harus pergi sekarang.. kau bersama Appa mu dulu ne.." Seokjin tersenyum kecil. Ia bingung harus sedih atau bahagia sekarang.Katakanlah keinginan Seokjin masih tinggi untuk bisa membuat keluarganya kembali utuh. Seokjin marah, Ia kecewa terhadap orang tuanya. Ia marah seakan-akan takdir mempermainkan dirinya. Ia lelah sungguh..
________
Setelah kepergian Yeri ke Swiss, Seokjin tinggal dengan Ayah dan Neneknya. Perlakuan Ny. Kim pada Seokjin masih belum berubah, tetap bersikap dingin seakan akan tidak pernah menganggap Seokjin ada di rumah itu.
#pagi hari#
Bagi Seokjin, tinggal bersama Ayah dan Ibu nya adalah sebuah impian yang sangaaaat indah. Tapi seakan mimpi itu dikubur dalam-dalam oleh Seokjin. Karena menurutnya itu hal yang mustahil.
Pagi ini, seperti biasa Seokjin bangun dari tidurnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Tetapi hari ini Ia merasa aneh dengan perutnya yang terasa perih dan rasa mual mulai menghantam perutnya. Langsung saja Seokjin bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.
"Hoekk.. hoekk.. uhukkhh.. uhukkh.. ssshhh.." Seokjin merintih kesakitan. Tetapi yang Seokjin keluarkan dari perutnya hanyalah air, tapi entah mengaoa rasa mualnya tetap ada. Hingga beberapa saat Seokjin terdiam untuk meredakan rasa mual pada perutnya kemudian Ia pun bergegas mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah.Seokjin sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dan bergegas turun kebawah menikmati sarapan dengan Ayah dan juga Neneknya.
"Selamat pagi jinniee.." sapa Minseok pada Seokjin.
"Mmm.. pagi juga Appa" ucap Seokjin agak lemah. Karena memang rasa mual nya belum hilang.
"Pagi halmonie.." ucap Seokjin.
"Diam dan makan saja sarapanmu. Jangan banyak bicara" ucapan Ny. Kim terkesan dingin.
Seokjin hanya menunduk mendengar jawaban dari Neneknya.
Sedangkan Minseok hanya bisa memberikan kekuatan untuk Seokjin dengan mengusap punggung tangan Seokjin.Sebenarnya Seokjin tidak ingin memakan sarapannya, tapi berkat Minseok yang membujuk Seokjin akhirnya Seokjin mau memakan sarapannya walaupun hanya beberapa suap.
"Jinnie Appa antarkan ke sekolah ne.." ucap Minseok.
Sedangkan Seokjin yang mendengar itupun senang karena sudah lama sekali Ia tidak pernah di antar ayahnya.
"Cihh.. manja sekali. Biarkan dia berangkat sendiri" ucap Ny. Kim
"Aniyo Eomma.. aku tidak akan membiarkan Seokjin berangkat sendirian.. ayo jinnie~ah kita berangkat sekarang" ucap Minseok langsung berdiri dan menarik tangan Seokjin untuk segera berangkat.Didalam mobil, Seokjin hanya diam dan memandang keluar jendela. Sejujurnya Ia sedih dengan perlakuan Ny. Kim yang begitu dingin kepadanya. Minseok yang menyadari itupun merasa bersalah terhadap anaknya. Ia tahu Eomma nya itu sangat sayang terhadap Seokjin. Tetapi semenjak perceraiannya dengan Yeri Eommanya seakan dibutakan oleh amarah, ya hanya amarah saja. "Jiniee~ah.. gwaenchanhaa?" Ucap Minseok yang khawatir karena putranya hanya diam saja. Bukan hanya itu, wajah Seokjin pun terlihat sedikit pucat.
Seokjin tersenyum "Nan Gwaenchanha Appa.." bohong, Seokjin bohong. Sejujurnya saat ini perutnya mulai terasa perih lagi. Tapi Ia tak mau membuat Appanya khawatir.***
Setelah sampai di depan sekolah, Seokjin langsung turun dari mobil nya. "Nanti siang Appa jemput ne"
"Tidak usah Appa.. aku naik bis saja" ucap Seokjin.
"Tak ada penolakan.. jja masuklah belajar yang rajin nee" ucap Minseok tersenyum kemudian kembali melajukan mobilnya lagi.Seokjin segera bergegas untuk ke kelasnya. Tapi saat melewati koridor ada yang memanggilnya.
"Hyuuuuuuuuuuuuuuuunggg" ucap Jungkook disusul Jimin dan Taehyung di belakangnya.
"Yak.. Kookie jangan berteriak.. aku tidak tuli kau tahu" ucap Seokjin kesal lantaran semua mata tertuju padanya saat ini.
"Dasar kelinci" cibir Jimin
"Dasar bantet" cibir Jungkook tak mau kalah.
"Mwooo?!!!"teriak Jimin
"Sudahlah ayo kita ke kelas. Lee ssaem akan masuk sebentar lagi." Ucap Taehyung melerai.
"Hyung kau tak apa?" Tanya Jimin ketika melihat wajah seokjin yang pucat. Jungkook dan Taehyung pun merasa khawatir dengan hyung kesayangannya ini.
"Gwaenchanha Jimin~ah.. Jja kita harus segera ke kelas masing-masing" Ucap Seokjin mengalihkan perhatian ketiga sahabatnya ini.***
Selama pelajaran berlangsung, Seokjin tidak fokus dengan apa yang di terangkan songsaengnim didepan. Seokjin hanya berharap rasa sakit di perutnya mereda. Tapi ternyata Ia salah. Rasa sakit dan mual itu semakin menjadi. Namjoon yang menjadi teman sebangkunya pun merasa aneh dengan sikap Seokjin.Kriiiing
Akhirnya bel istirahatpun berbunyi. Seokjin hanya bisa menundukkan kepala di meja nya. Dengan tangan yang masih digunakan untuk menekan perutnya.
"Hyuung Gwaenchanha?" Namjoon merasa khawatir dengan Seokjin yang terlihat seperti kesakitan.
"nan gwaen..cha..nha Namjoon~ah"
"Namjoon~ah ayoo cepat bawa Seokjin hyung ke UKS" ucap Yoongi yang tak kalah khawatirnya.Namjoon segera menggendong Seokjin di punggungnya. Sedangkan Seokjin pasrah. Karena perutnya sekarang benar-benar sakit. Untuk berbicara saja Seokjin merasa lemah.
TBC
Holaaaa.. udah berapa bulan ngga update ini.. ada yang masih nungguin??? *Kagak
Ada yang masih inget cerita ini?? *Kagak
Ada yang kangen pacar jeha ini?? *KagakDuuhh maafkan yang baru nyempetin update.. 😣
Asli ini absurd.. ngga tau nyambung engga sama part sebelumnya 😌Pokoknya vote & comment nya di tunggu yaa.. 💜💜
Terima kasih yang sudah kasih vote & komentarnya 💜💜
Kritik dan saran masih di perlukan yaaww.. 💜

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Tired
Fiksi PenggemarAku lelah... sungguh~~ Tuhan... Izinkan aku bahagia ~~