(Follow dulu, baru baca! Hehhe, sebagian part diprivat. Jadi kalau mau baca, ya di follow dulu hehe.)
Part 1-20 An #teenfiction
Part 20an-ke atas# teenfiction-spiritual
"Maaf kita harus berpisah, sebab doa kita tak menuju ke langit yang sama"
-Jona...
"Tanpa sebuah kenangan kamu tak akan bisa pernah mengingat sejarah saat kamu bersamanya."
#Ketika Takdir Menyapa
"Non Acha, ini ada paket," teriak Rahmi, asisten Amara.
Amara yang sedari tadi sibuk nonton film drakor, tak mengindahkan omongannya. Hanya satu. Fokus film drakor yang menyayat hatinya.
Bagaimana tidak, di film itu si cewek pergi meninggalkan kekasihnya demi saudara kembarnya. Merelakan cintanya hanya
untuk saudaranya. Detik itu juga Amara menangis tersendu-sendu, seakan-akan dia pemeran utamanya dalam film itu.
Ceklek.
"Astaghfirullah, n
Promo. Aku mau buat cerita ini ditunggu aja ya. Hehehe
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
on Amara. Non Amara teh kenapa atuh non?" Rahmi khawatir dengan Amara yang menangis tersendu-sendu. Apalagi tisu sudah berserakan di mana-mana.
Amara masih fokus di film drakor itu, semakin terisak dan semakin air matanya keluar.
"Non jawab bibi to Non, Non Amara kenapa to ? Jangan begini to Non, bibu khawatir."
Amara mengusap air matanya dengan tisu yang sudah dia sediakan.
"Bibi apaan sih, ini loh Bi, drakornya bikin nangis, haru, baper. Hiks-hiks,"
"Ya Allah Non, pantas saja bibi panggil gak di jawab!" tukas Rahmi.
"Bentar Bi, Amara lanjutin drakornya dulu," Amara memang seperti itu kalau sudah menonton drakor. Baper, nangis sendiri, terharu, sedih, kesal, ahh semua rasa bermixer jadi satu.
"Yaudah deh, ini dapat paket." Rahmi menjulurkan sebuah paket persegi panjang berukuran 15x8 cm.
Amara yang sedari tadi fokus ke layar TV kini mendadak fokus ke arah paket yang di serahkan Rahmi.
"Paket dari siapa bi?" tanya Amara.
"Dari manusialah non. Masa dari setan!" Rahmi agak kesal pada Amara, tadi aja Rahmi di acuhkan, eh giliran baru tahu baru tanya.
"Ya bi, maksudnya namanya?"
Bukannya menjawab, Rahmi malah berbalik arah dan meninggalkan Amara yang masih termenung di sofa dekat ranjangnya.
Beberapa langkah, Rahmi berhenti dan membalikan badan. "Buka aja non, ada namanya." Setelah itu pergi meninggalkan Amara yang masih tercengang.
"Perasaan gak sampai beli barang deh, atau jangan-jangan ini endors?" tukasnya pada dirinya sendiri.
Tanpa menunggu apa-apa dia langsung membuka isi paket tersebut. Betapa terkejudnya melihat isi paket berisi tas dan baju, bukan hanya itu saja ada sebuah kertas ukuran kurang lebih 6x2 cm.