2. Ketidaksengajaan

194 17 1
                                    

  "Dari ketidaksengajaan itulah yang membuat sesuatu menjadi hal baru,"

_Ketika Takdir Menyapa

   Sudah menginjak tujuh hari Amara syuting dilokasi, dimana hari ini dia ekstra full time untuk casting, karena kemarin dia gak full syutingnya padahal sinetron ini akan ditayangkan satu bulan kedepan.

   Seperti biasa, Amara selalu berangkat kesiangan, untung saja hari ini pak Supri belum datang. Dia jadi aman sekarang.

"Disiplin waktu Ra," celutuk Rizky. Rizky Aditya, sosok partner kerja yang lumayan agamis. Perlu digaris bawahi lumayan saja. Humoris yang cuma setengah-tengah alias kalau mau bikin heboh atau lucu itu garing---krik-krik.

    Dengan malas Amara menjawab, "Iya tadi udah usaha kok, cuma jalanan macet banget."
  
   Setelah itu dia memgambil bungkusan daun jati yang dia taruh di meja kecil karena keberatan.

  Jakarta memang seperti itu, macet selalu melanda disetiap waktu. Ibu kota yang sudah banyak polusi, terkena banjir setiap tahun dan itu merupakan hal yang wajar bagi Jakarta. Mereka tak berpikir untuk berubah, mereka menyalahkan semua kepada pemerintah dan meminta ganti rugi atas bencana alam. Seperti banjir dan lainnya.

  Bukankah itu salah mereka sendiri? Membuang sampah disungai, tidak ada peresapan air sama sekali, bangunan yang tiap tahun meninggi.  Lalu kenapa mereka menyalahkan pemerintah? Walaupun pemerintah juga tak benar, tapi itu hanya oknum-oknum tertentu.

        Kehidupan di Jakarta itu seperti ini, misalkan daerah rawan B itu daerah yang rawan akan banjir. Orang jutawan bahkan milyader mencari cara agar tidak terkena atau kedatangan banjir. Karena apa? Banjir bukan hanya mengganggu aktivitas rumah saja, tetapi bekerja. 

   Orang di Jakarta itu lebih mengutamakan suatu pekerjaan daripada aktivitas lingkup masyarakat. Jangankan masyarakat, pada tuhan saja mereka lupa, dan seolah-olah itu mereka mengatakan Allah maaf aku sibuk, Allah maaf aku lelah, Allah maaf aku lupa. Apakah Allah lupa dengan kita? Sedetikpun tidak! Allah yang selalu menerima maaf seorang hambanya, memberi rezeki, kemudahan dan lain sebagainnya.

   Kembali pada banjir di Jakarta. Orang kaya singkatnya, mereka membeli tanah di daerah yang aman dari banjir. Seperti daerah A dan C yang kedua-duanya aman dari banjir. Karena mereka kaya mereka bisa apa saja. Ulah mereka bukan hanya itu saja. Mereka mempertinggi misalnya daerah A tadi agak cekung, mereka mengguruk sampai-sampai daerah A jauh lebih tinggi dari daerah C yang semula-mula sama.   

         Dan apa yang terjadi? Banjir melanda daerah C karena daerah A lebih tinggi dan daerah C lebih cekung, secara otomatis jika turun air dari langit lebih jelasnya lagi hujan yang deras, pastinya akan mengalir dari daerah tinggi ke rendah. Gak mungkin kan kalau air ngalir dari rendah ke tinggi. Dari situ banjir sudah melanda dua daerah, yang tadinya satu sekarang tambah bahkan berkelanjutan seperti pembangunan. Itulah mengapa Jakarta selalu kedatangan tamu tak diundang, banjir.

    Oknum yang tak bertanggung jawab, dan memikirkan dirinya sendiri. Mereka apatis, egois dan tak peduli.

"Kamu kan tahu kalau Jakarta seperti apa? Terus kenapa masih berangkat siang?" tukas Via.

"Ya biasa Vi, kan namanya cewek ya jadi gitu deh," kata Amara slow respon.

  Al yang sedari tadi menyimak pembicaraan diantara mereka hanya menggeleng-geleng kepalanya melihat aksi partner kerjanya ini. Ternyata mereka juga seperti anak yang berumuran 10 tahun.

Ketika Takdir MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang