"Tuhan menggantikannya dengan dirimu, karena tuhan tahu kamulah terbaik bagiku."
Tidak ada terspesial kecuali hari ulang tahun, namun tidak bagi Alfaro. Baginya semua hari-harinya indah, tergantung bagaimana kita berpikir dan menikmati hari ini.Tepat hari ini, umurnya sudah bertambah 3 tahun. Sekarang umurnya 28 tahun. Hampir mau kepala tiga. Namun dirinya masih IP betah dengan status lajangnya. Padahal kalau dilihat dari masa lalu saat masih bersama Amara, Alfaro ngotot banget yabg namanya nikah muda. Saat itu Amara tidak siap, ya karena umurnya masih 21 tahun kalau sekarang Amara sudah berumur 24 tahun.
Seperti biasa, dia juga merayakan hari kelahirannya dengan hal yang sederhana. Baginya mau sederhana atau tidak hal yang terpenting adalah orang-orang disekitarnya. Siapa dan dengan apa orang-orang di sekitarnya memberikan surprise untuknya.
"Puji Tuhan, good blessed Alfaro. Happy birthday, anakku." Kata Papa menyambutku di tangga terakhir. Padahal ini masih pagi sekali, tetapi papa meluangkan waktu untuk mengucapkan. Sungguh pa, puji syukur aku ditakdirkan lahir dari keluarga seperti papa.
"Thanks you pa," jawabku. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Bagiku ini lebih dari mewah.
"Semoga tuhan memberkati mu Al, mama hanya bisa mendoakan supaya kamu ditakdirkan bersama-sama dengan orang baik dan jauh ke depan apa yang kamu cita-citakan atau apa yang kamu impikan bisa terwujud." Mama membelai rambutku seraya berdoa.
Aku sudah berumur dua puluh delapan, tetapi kedua orangtuaku masih memberlakukannya dengan kasih,sama seperti di usiaku yang masih remaja.
"Thanks ma, tiada kata-kata yang bisa Alfaro omongkan lagi. Intinya is the best ma, pa."
"Ada yang lebih is the best Al," tutur mama.
"Apa ma?"
"Kue rice yellow."
"Kue nasi kuning?" tanyaku memastikan. Rice artinya kan nasi, yellow artinya kuning. Jadi Kue nasi kuning?
"True! Marveleus! Ayo makan!" ajak Mama sambil menyambar tanganku dan membawaku ke meja makan.
Setelah merayakan ulang tahunku ke 28 bersama keluargaku, sekarang aku merayakan dengan kekasih idamanku. Pattricia.
Aku salut kepadanya, hari ini dia di rumah halamannya, Surabaya. Tetapi hanya untukku dia rela kembali ke Jakarta. Patt itu gadis yang gigih, dan tidak manja. Seperti satu tahun yang lalu, saat mama ulang tahun. Saat itu aku hendak menjemputnya, kebetulan sekali dia lagi di Bintaro. Tetapi karena sibuk ngurusin ini, aku gak sempat dan gak bisa menjemputnya.
Aku pikir dia tidak akan datang, dan hal itu aku memakluminya. Pasalnya Bintaro-Jakarta Timur tidaklah dekat. Tetapi Patt tetap datang, itulah mengapa aku sangat mencintainya. Bukan karena dia juga mencintaiku, tetapi Patt juga mencintai keluargaku. I love you Patt.
Seperti di tempat-tempat sebelumnya, aku dan Patt janjian ke gereja. Meminta berkat dan berdoa, selepas itu baru aku merayakan di kafe langganan aku dan Patt.
Upacara doa dan pemberkatan oleh pandeta telah selesai, sekaligus untuk hubungan ku dengan Patt. Hal yang kudapati adalah Patt menangis, ada apa dengan Patt?
"Patt, kenapa?" tanyaku khawatir. Entahlah dia tiba-tiba menangis sesenggukan.
Patt masih tidak bergeming, dia masih stay dengan tangis kecil nya itu, membuat wajahnya yang putih bersih itu berubah memerah.
"Patt kenapa? Jangan buat aku khawatir Patt."
Jeda lima detik, "Aku terharu Al, puji Tuhan aku berharap hubungan kita sampai selamanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Takdir Menyapa
Espiritual(Follow dulu, baru baca! Hehhe, sebagian part diprivat. Jadi kalau mau baca, ya di follow dulu hehe.) Part 1-20 An #teenfiction Part 20an-ke atas# teenfiction-spiritual "Maaf kita harus berpisah, sebab doa kita tak menuju ke langit yang sama" -Jona...