Tentang jodoh terkadang justru datang saat hati belum siap tetapi pada akhirnya keimananlah yang memantapkannya_____________________
🍄🍄
JANGAN HAPUS DULU DARI LIBRARY NANTI AKAN DIBERITAHUKAN DI SINI UNTUK OPEN PO NOVELNYA, SOON.
PERNAH berpikir sedikitpun bagaimana Allah mengatur alam semesta ini dengan mahadaya cinta dan kedikdayaanNya?
Bukan hal yang sulit bagi Allah untuk membalikkan hati untuk menguji kesungguhan hambaNya. Tidak butuh waktu lama bagi Allah untuk membuat kenyataan berbalik ataupun selaras dengan pemikiran kita. Bahkan banyak kejadian yang terjadi di luar akal dan pemikiran manusia. Siapa lagi jika bukan Allah yang maha kuasa untuk berkehendak yang membuat semuanya menjadi ada.
"Bang, apa kita perlu memeriksakan diri mengapa aku tak kunjung hamil seperti mereka. mungkin ada yang salah dengan aku." kata Fatia saat mereka bercengkerama menjelang tidur.
"Sudah jangan dipikirkan. Ingat pesan Uncle Erland kalau kamu memang harus woles nggak perlu tegang banget. Lagian kalau belum hamil ya kita pacaran aja dulu." kata Hafizh kepada Fatia. Kini tubuhnya berganti posisi, miring ke kiri menghadap Fatia. "Kamu mau nggak jadi pacarku?" kata Hafizh pelan sambil mencium tangan kiri Fatia yang juga sedang menghadapnya.
"Pacar?" tanya Fatia sedikit sanksi atas perkataan suaminya. Bagaimana mungkin setelah mereka melakukan lebih dari pasangan yang hanya pacaran saja. Sekarang Hafizh justru memintanya untuk menjadi pacar.
"Mau nggak kamu jadi pacarku?" tanya Hafizh sekali lagi.
"Aku kan istrimu, Bang. Mengapa harus pacaran?"
"Biar kekinian." jawab Hafizh sekenanya. Ah sepertinya Fatia bisa mengerjai Hafizh kalau seperti ini. Memutar otak kira-kira dia bisa mengerjai suaminya tentang apa. Dan akhirnya setelah mendapatkan ide Fatia lalu menjawab tawaran Hafizh yang memintanya menjadi pacar.
"Abang yakin kita pacaran sekarang? sampai kapan?"
"Yakin dong satu bulan, dua bulan, tiga bulan, selamanya, mau nggak kamu jadi pacar aku?" maksud Hafizh memang membuat suasana berbeda dari biasanya supaya Fatia tidak stress dan hanya berfokus dengan memikirkan mengapa sampai sekarang dia belum hamil juga.
Fatia mengangguk lalu berkata, "ya, aku bersedia."
Hafizh berniat untuk mencium Fatia namun Fatia memilih untuk menghindar dan bangun dari tempat tidurnya. Membawa bantal dan juga gulingnya berjalan keluar kamar.
"Boo, kamu mau kemana membawa bantal guling? Mana nggak mau lagi aku cium." kata Hafizh yang kini ikut terbangun.
"Maaf Bang, kita pacaran jadi tidak boleh tidur sekamar, tidak boleh berciuman." Hafizh mengerutkan keningnya namun berusaha mengiyakan maunya Fatia karena dia pikir istrinya hanya bercanda saja. Sehingga Hafizh kembali menuju tempat tidurnya karena tubuhnya meminta hak untuk beristirahat.
Istrinya memang unik dan itu yang membuat Hafizh semakin mencintai Fatia dari hari ke hari.
Malam bergulir dan hari berganti. Hingga suara adzan subuh berkumandang Hafizh baru membuka matanya kembali. Namun saat dia terjaga, matanya tidak lagi menemukan sosok Fatia di samping tubuhnya saat tertidur. Biasanya meski sedang berhalangan Fatia tidak lupa untuk membangunkan sholat malam. Mengapa pagi ini terlewat? Bahkan Hafizh belum juga bersiap untuk sholat subuh ke masjid karena baru saja membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]
RomanceBesar bersama keluarga utuh meski bukan dengan ibu kandung. Bunda adalah malaikat tanpa sayap yang sengaja dikirim Allah untuk melindungi kami. Menjadi pelengkap hidup Daddy dan surga di mana kami, kelima anaknya bernaung. Meninggalkan rumah untuk m...