📒06 ✏ Sejarah Terulang ✏

9.3K 942 313
                                    

Bukan menjadi suatu masalah apakah kucing itu hitam atau putih, selama dia bisa menangkap tikus_________________

🍄🍄

HANYA kata tanpa meninggalkan jejak. Ataukah jejak tanpa meninggalkan kata? Entahlah, jika mungkin di era sang Bunda, Hafizh akan berkata 'kuch-kuch hota hai'.

Keriuhan butik dan konveksi pagi ini membuat Hafizh harus turun tangan untuk membantu merapikan dan memberikan beberapa instruksi kepada para karyawannya. Bahkan tak segan-segan dia menegur beberapa diantaranya yang dengan seenaknya bekerja dengan santai.

"Belum sarapan?" tanya Hafizh kepada salah seorang karyawannya yang masih dengan santai duduk berselonjor kaki di dekat tempat cutting kain.

"Sudah."

"Terus ngapain masih santai di sini? Yang lain kan sudah bekerja." Kata Hafizh sambil memperhatikan karyawannya yang lain.

"Lah tugas saya hanya ngangkutin kain dari cutting ke penjahitan Bang. Ini belum ada yang di cut. Saya musti ngerjain apa?"

"Memangnya tidak bisa itu bantu yang lain, temennya lagi repot angkutin kain glondongan dari luar ke sini kamunya malah ongkang-ongkang kaki. Memangnya angkutin kain juga tugas mereka? Masih niat kerja nggak?" Hafizh mulai terpancing emosinya.

"Ya masih Bang."

"Terus ngapain masih duduk di sini?" Hafizh berkata dengan nada yang sedikit keras. Karyawannya membuat dia emosi setengah jiwa.

Sepeninggal karyawannya Hafizh segera mengusap kembali gawainya. Memastikan sekali lagi bahwa hitungannya tidak keliru dengan barang yang dikirim oleh Pak Rizki dari Cikarang. Kerja tepat, cepat dan berkualitas memang sangat dibutuhkan kerja team secara all out.

Sembari mengecek sampling barang yang didatangkan ada cacat atau tidak, Hafizh mencoba menghubungi Pak Rizki untuk menyampaikan bahwa barang pesanannya telah sampai.

Fatia yang sedari tadi juga ikut mondar-mandir mengikuti instruksi Hafizh untuk menyiapkan semuanya. Produksi kali ini harus lebih cepat dari biasanya. Meminimalkan lembur tapi menggunakan jam kerja secara maksimal.

Hafizh memang sudah bukan orang Indonesia lagi jika menyangkut tentang pekerjaan. Dia sudah berubah menjadi hatarakibachi jika berbicara tentang pekerjaan. Hafizh memang tidak suka kerja lembur, tapi ketika jam kerja dia lebih tidak suka diganggu atau menunggu.

Dan sejauh ini menurut Hafizh memang hanya Fatia yang bisa mengimbangi ambisinya dalam menggapai suatu tujuan dari apa yang mereka kerjakan selama ini. Jika yang lain harus mengajarkan 3 sampai 4 kali bahkan bisa sampai 5 kali mengulang perintah yang sama. Dengan Fatia Hafizh cukup sekali atau paling banyak mengulangi kedua kali dan Fatia sudah mengerti apa yang diinginkannya. Jangan lupakan dengan kerapian dan ketepatan waktu atas tugas yang diberikan Hafizh kepadanya.

"Bang Hafizh, ada anak yang datang untuk PKL itu di depan. Masih dengan Mbak Siwi." Suara mbak Warni memanggil Hafizh untuk beralih ke ruang tamu dari konveksi miliknya

"Sudah diterima Mbak Siwi?" mata Hafizh terbelalak seketika melihat siapa gadis berkerudung putih yang ada di depan utinya. Dia masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Sudah Bang tapi untuk lebih jelasnya silakan Bang Hafizh sendiri yang melanjutkan." Siwi memberikan kursi yang tengah didudukinya kepada Hafizh supaya Hafizh segera memberikan pengantar kepada 4 siswa yang akan PKL itu dan segera bisa bekerja kembali setelahnya. "Kenalkan Bang, ini namanya Aira, Aira ini ditugaskan oleh sekolahnya bersama 4 temannya yang lain untuk bisa melakukan PKL di konveksi Abang. Ini surat perintah kerja dan juga nomor telepon guru pembimbing mereka. Sebagai pimpinan di sini kami butuh disposisi dari Bang Hafizh untuk mendampingi mereka nantinya." Kata Siwi setelah Hafizh duduk dan memperhatikan keempatnya dengan baik.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang