Kamu berbicara padaku dengan kata-kata. Sementara aku cukup memandangimu dengan penuh perasaan______________________________
🍄🍄
MEMUTUSKAN untuk bersilaturahim ke kediaman Ustadzah Ikhlima bukan tanpa sebab atau terlebih hanya ingin membuat Fatia cemburu. Ada misi besar bagi Hafizh untuk menambahkan ilmu agama kepada seluruh karyawannya. Ini semua bertujuan untuk tetap menjaga keimanan dimana kadang lupa menjadi penyebab utamanya. Memberikan charge ilmu, tujuan dari Hafizh bersilaturahim adalah meminta kepada Ustadzah Ikhlima bersedia menjadi pembicara untuk acara bulanan yang rencananya memang akan selalu diadakan bagi seluruh karyawan yang bekerja dengan Hafizh baik itu karyawan yang berada di konveksi maupun di butik milik Qiyya.
Selain itu, Hafizh rencananya juga akan menyelenggarakan pengajian untuk meminta doa kepada seluruh karyawannya demi kelancaran pembukaan salah satu cabang butiknya di kota Malang. Pengurusan izin dan renovasi tempat usaha telah selesai satu minggu yang lalu, sehingga tempat itu telah siap untuk di isi dan dipergunakan untuk menambah lapak usahanya.
"Ooh, jadi rencananya untuk rutin setiap bulan ya Nak Hafizh?" tanya Ustadzah Ikhlima saat Hafizh telah seleai mengatakan maksud dan tujuan bersilaturahim ke rumahnya.
"Inshaallah seperti itu Ustadzah, semoga Ustadzah Ikhlima bersedia dan tidak keberatan."
"Tidak ada yang memberatkan untuk bisa berbagi ilmu dengan sesama muslim. Justru buat saya adalah keharusan, sehingga kita bisa selalu menularkan kebaikan untuk semua orang yang hidup di akhir jaman ini." Jawab Ustadzah Ikhlima.
"Alhamdulillah kalau begitu, saya jadi tenang ke depannya. Karena terus terang saya bukan hanya ingin mengantarkan mereka untuk sukses di dunia tanpa bekal untuk akhirat Ustadzah." Ada desir halus di hati Ustadzah Ikhlima mendengar ucapan Hafizh. Sangat jarang di era modern ini seorang pemimpin yang masih memikirkan hal itu untuk karyawannya.
"Namun apa tidak sebaiknya itu dilakukan oleh seorang Ustad, Nak Hafizh. Mengisi kajian yang yang jamaahnya ada rojulun itu rasanya kurang pas bagi saya." Sekali lagi Ustadzah Ikhlima mengemukakan pendapatnya.
"Masalahnya pekerja di tempat kami itu 95% adalah perempuan. Laki-laki hanya untuk kuli pengangkut barang dan driver saja Ustadzah, jadi menurut saya tidak menjadi soal. Selain itu saya yang terus terang sudah terbiasa dengan kajian yang diisi oleh Ustadzah Ikhlima di Panti Asuhan Oma yakin jika itu bukan menjadi kendala yang berarti. Nanti akan kami siapkan hijab bagi yang laki-laki dan perempuan." Terang Hafizh.
"Bunda sudah mengetahui tentang ini?" tanya Ustadzah Ikhlima.
"Saya sudah menyampaikan ini kepada Bunda. Intinya beliau setuju jika Ustadzah Ikhlima bersedia untuk mengisi kajian tersebut. Tapi beliau belum tahu jika hari ini saya datang kemari untuk menemui Ustadzah." Jawab Hafizh.
"Baiklah jika memang seperti itu. Coba nanti saya diskusikan kembali dengan Bundamu. Mari silakan diminum dulu."
Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan oleh Hafizh dengan Ustadzah Ikhlima maka Hafizh segera pamit untuk kembali pulang. Alarm tubuhnya telah memanggil, badannya yang terasa remuk sudah meminta untuk segera diistirahatkan.
Saat Hafizh hendak berjalan menuju ke mobilnya, bayangan Aira yang sedang membersihkan halaman depan rumah Ustadzah Ikhlima menyapa Hafizh. "Bang Hafizh sudah selesai urusannya dengan Uti Ikhlima?"
"Alhamdulillah sudah. Aku pulang dulu ya Ai. Terimakasih tadi sempat menemani ngobrol di mobil." Terkesan sangat formal namun Aira sangat menikmati kebersamaan dengan Hafizh sore itu. Hafizh yang masih memberikan jarak yang tegas diantara mereka membuat Aira semakin mengaguminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]
RomanceBesar bersama keluarga utuh meski bukan dengan ibu kandung. Bunda adalah malaikat tanpa sayap yang sengaja dikirim Allah untuk melindungi kami. Menjadi pelengkap hidup Daddy dan surga di mana kami, kelima anaknya bernaung. Meninggalkan rumah untuk m...