Teman?

150 17 0
                                    


Seperti udara, fleksibel namun harus tetap di pahami.

-VA

--**___________________________**--

Hari demi hari berlalu. Kini, setiap pulang Sekolah Roman selalu pergi ke rumah Rangga. Makin lama, rasa canggung Roman terhadap Rangga menghilang. Roman suka memceritakan banyak hal pada Rangga. Hal yang sama juga dirasakan Rangga, ia mulai berani membuka diri pada Roman, hingga mereka berdua benar benar menjadi teman.

Hal tersebut juga membuat para sahabatnya curiga. "Kalo Roman dapet pelajaran tambahan, kok lama banget. Bukanya, Roman cuma 3 hari enggak masuk" "dan ini sudah lebih dari seminggu" Kata Azuya berargumen. "Entahlah" kata Eben mengangkat bahu. Blane menggelengkan kepalanya dan Huda terus mencoba berpikir positif, namun gagal dan mengatakan "kita harus tanya langsung ke Roman. Aku yakin Roman gasuka bohong". Semuanya sepakat, dan pada saat pulang sekolah mereka bertanya serius pada Roman.

"Man, kamu jujur ya. Sebenernya kamu itu kemana kalo pulang sekolah?" -Huda

"Ikut ibu guru" -Roman

"Ngapain?" -Eben

"Belajar" -Roman

"Oh ya?" Blane

"Ayolah temen². Masa kalian gapercaya sama aku? Kalian tanya sama bu Ani deh" -Roman

    Semuanya hanya bisa diam, Roman begitu meyakinkan. Selain itu mereka melihat sendiri Roman selalu pulang bersama Bu Ani. "Buktinya?" tanya Azuya yang masih tidak percaya.

Roman menghembuskan nafas, membuka tasnya dan mengambil sebuah buku. Buku tersebut ditunjukkan kepada teman²nya dan berisi catatan sekolah. Tapi, Huda melihat sesuatu.

"Rangga?" -Huda

"Tunggu, siapa? Anak baru yang sakit itu ya?" -Azuya

"E-eh, siniin bukunya. Udah ditunggu bu guru tuh. Dah temen²" -Roman

 
Dengan segera, Roman berlari ke mobil bu Ani, meninggalkan teman² nya yang semakin diselimuti kecurigaan. 'Aneh' kata itulah yang ada dalam pikiran Huda. Roman sudah ditunggu bu Ani di depan mobil. "Kamu kenapa Man? Kok lari²?" tanya bu Ani sambil memakai sabuk pengaman. "Nggak papa kok bu" bohong, ia membenci hal ini tapi terpaksa ia lakukan. Ia tidak ingin bu Ani turun tangan dalam hal persahabatannya.

Sampai di rumah Rangga mereka sedikit terlambat dari biasanya. "Maaf ya Rangga. Agak lama datangnya". "Tidak apa bu". Seperti biasanya, yang dilakukan oleh bu guru adalah menyiapkan peralatan mengajarnya. Hal tersebut memberi waktu Roman dan Rangga untuk mengobrol.

~Rangga POV~

"Tumben" bukan sapaan, tapi itulah kata pertama yang aku katakan padanya. Dia terlihat bingung, huh.... Sudah kuduga. "Kenapa?" tanya Roman padaku, seolah ia tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya sendiri. "Tumben, nggak semangat. Kenapa? Udah males ya ke sini?" "eh, enggak!" jawabnya spontan, aku hanya bisa menertawakannya.

"Cukup ngobrolnya. Sekarang, kita mulai belajarnya." bu guru mulai menulis di papan tulis yang ada di hadapan kami. Aku melihat Roman sekilas, ia benar² murung hari ini. Tapi aku kembali memperhatikan ibu guru.

-skip time-

Pelajaran sudah selesai, dan merekapun pulang. Dan aku, sendirian.... Lagi. Aku mulai berpikir, bagaimana jika aku bersekolah seperti biasa saja? Bukan seperti ini. Kesepian itu menyakitkan, kadang rasa sakit di kepalaku tiba² muncul dan tidak ada satu orangpun yang mengetahuinya. Para perawat disini hanya akan menanganiku jika rasa sakit yang kurasakan begitu mencolok. Tidak ada siapapun tempat untuk berbagi cerita.

~Roman POV~

Sejelas itukah? Apakah begitu terlihat jika ada yang mengganggu pikiranku? Huh.... Aku minta maaf kepada kalian semua yang telah aku bohongi. Maaf juga aku tidak benar² mengatakannya pada kalian. Pikiraku mengambang saat perjalanan pulang di dalam mobil.

"Kamu kalo ada apa² cerita gapapa loh Man. Kalo nggak cerita malah bisa bikin sakit kepala loh" kata Bu Ani membujukku untuk bercerita, tapi... Bukanya bu guru sendiri tak pernah menceritakan masalahnya padaku? Dan menceritakan masalahku justru menambah masalahnya kan?

"Tidak bu, tidak apa" kataku sembari menunjukkan sebuah senyum, senyum yang sangat pahit. Sampai di rumah yang kurasakan adalah kesepian... Yah, setidaknya aku sudah terbiasa.

"Eh?"

~No one POV~

Betapa terkejutnya Roman ketika melihat 4 anak sudah ada di dalam rumahnya.

"Weh... Lamanya euy"

"Loh!? Kalian? Kok di sini?"-Roman

"Biasa... Besok Matematika"

"Jadwal kita bareng kan, kalo MTK"

"Padahal mereka udah ku bilangin kamu sibuk loh Man. Tetep aja ngeyel"

Yup, siapa lagi kalau bukan Azuya, Huda, Blane, dan Eben. Roman hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku teman² nya. Rasa kesepian yang ia rasakan selalu memudar ketika berada di dekat mereka.

"Ngomong², boleh nggak nemenin kamu di sini?"-Eben

"Boleh dong Man... Temen mana yang tidak mau ditemani oleh teman mereka"-Azuya
"Hm, mulai deh"-Blane


Tentu saja Roman mengizinkan teman² nya untuk menginap. Akan banyak keseruan yang mereka lewati dalam waktu setengah hari. Mengganti rasa kesepian dengan kebersamaan oleh teman.


Terimakasih telah membaca! ^^

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang