Why Today-

137 15 7
                                    

Roman POV

Hari ini Rangga terlihat sakit, bu Ani terus bertanya Rangga sakit apa, tapi Rangga selalu menjawab dia tidak apa.

"Kalian berdua jangan kemana-mana! Ibu mau panggil perawat Rangga dulu."

Dengan begitu, bu Ani berjalan cepat keluar kamar, meninggalkan kami sendirian.

"Rangga"

"Hn?"

"Kamu sakit apa?"

"...."

Dia hanya menggeleng, sepertinya dia sakit parah. Jika Rangga tidak memberitahu dia sakit apa, aku akan memeriksanya sendiri!


Rangga POV

Aku tidak sakit, dan aku yakin akan hal itu! Hanya saja badanku rasanya sangat lemas, semuanya menjadi samar, aku melihat Roman, sepertinya dia berkata sesuatu. Aku tidak tau, jadi aku hanya menggelengkan kepalaku. Ah... bahkan untuk menggeleng saja rasanya berat. Bukan sakit, hanya berat.

Setelah beberapa saat kesunyian, tiba² aku merasa sesuatu yang hangat menyentuh dahiku. Aku sedikit terkejut dan melihat didepanku... Roman sedang menempelkan punggung tangannya ke dahiku, namun segera ditarik, lalu dia mengatakan sesuatu.

Aku tidak dengar....

Rasanya sangat mengantuk...

Aku ingin tidur...














3rd person POV

"Rangga!"

Rangga jatuh ke tempat tidurnya sendiri, pingsan. Roman sudah berusaha membangunkannya beberapa saat yang lalu, namun Rangga tidak kunjung bangun.

'Tenang Roman, pikirkan sesuatu yang dapat membantu Rangga, sekarang juga!' Batin Roman. 'Baiklah, pertama...' Roman membenarkan posisi Rangga yang tidak nyaman dilihat. Setelah susah payah memindahkan Rangga, Roman menengok ke luar kamar, dia ingin mencari bu Ani...... Tapi dia tidak tau bu Ani pergi ke arah mana, dia juga dilarang keluar dari kamar Rangga. Jadi Roman hanya bisa menunggu bu Ani kembali bersama perawat, dia menunggu sembari menemani Rangga.

Dan benar saja, Bu Ani kembali dengan seorang perawat. Mereka masuk ke kamar Rangga dengan terburu-buru, keduanya langsung berada di samping Rangga. Perawat yang datang bersama Bu Ani sedang memeriksa Rangga, sementara bu Ani sendiri hanya bisa memasang wajah khawatir kepada siswanya tersebut.

"Bagaimana dok?" Tanya bu Ani segera setelah perawat tersebut terlihat selesai memeriksa Rangga. Perawat itu mengalihkan pandangannya dari Rangga ke bu Ani. "Pertama, ibu bisa panggil saya Hanum saja. Dan soal kondisi Rangga.... dia hanya terkena demam biasa, hanya saja penyebabnya yang.... tidak biasa. Sepertinya dia terkena demam karena trauma." Jawab Hanum dengan senyum sedih. Bu Ani hanya bisa mengangguk, ia ingin tahu trauma seperti apa yang dimiliki Rangga, hanya saja-

"Trauma? Trauma apa?" Mendengar pertanyaan Roman, Hanum baru sadar bahwa Roman ada di dalam kamar Rangga. "Uh... iya, dia memiliki ingatan yang... menyakitkan jika diingat. Tapi yang dibutuhkan sekarang hanya istirahat." Jawab Hanum ke Roman, lalu beralih ke bu Ani "bisakah jadwal sekolah hari ini dikosongkan?" Bu Ani mengangguk "iya, bisa mbak. Kalau begitu, kami pamit. Maaf tidak dapat membantu" kata bu Ani sambil membenarkan posisi tas yang ia bawa dan menggandeng tangan roman.

"Tidak apa, kesehatan Rangga adalah tanggung jawab saya" kata Hanum sambil tersenyum, dengan begitu bu Ani dan Roman keluar dari rumah Rangga. Perjalanan menuju rumah Roman terasa berbeda dari biasanya, walaupun biasanya juga sunyi, biasanya atmosfer di sekeliling mereka tidak terasa berat.



Roman POV

Trauma.... 'ingatan yang menyakitkan untuk diingat'..... ku rasa aku juga punya yang seperti itu. Aku juga punya ingatan yang menyakitkan jika diingat.... ingatan tentang... ayah... dan ibu... mengingat itu aku merasa sesak lagi. Apakah Rangga juga sakit karena mengingat orangtuanya? Aku tidak tahu... tapi aku tahu rasanya jika memang itu yang dirasakan Rangga.



3rd Person POV

Tenggelam dalam pemikirannya, Roman tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan rumah Roman. Dan seperti biasa, Roman turun dari mobil, Bu Ani pamit dan Roman masuk ke rumahnya dengan kalimat "aku pulang", tapi... sepertinya ada satu hal yang berbeda.

Ah, iya "Ve?" robot yang selalu datang ke ruang tamu ketika pintu dibuka itu tidak terlihat kali ini. "Ve....?" Tidak menunggu lebih lama, Roman mulai mencari robot itu di seluruh ruang tamu, dapur, kamar mandi(?), kamar dan- oh ada kardus di dalam kamar-

Tunggu, sejak kapan ada kardus sebesar lemari ada di kamarnya?

Lemari itu diletakkan didepan jendela, menutupi setengah cahaya yang masuk. Roman mengamati benda berbentuk balok itu, tidak ada label sama sekali, masih terlihat baru, hanya ada selotip yang menutup kardus itu.... mencurigakan-

*STAK

Sebuah pisau keluar dari kardus itu.

*sssrk

Pisau itu membuka selotip yang ada di kardus itu.

Ayo Roman, Lari!

Tidak bisa, dia membeku di tempat.

AYO LARI!

Benar, lari sebelum-

*Tap

Seseorang- bukan, tapi sesuatu keluar dari kardus itu.




*ceklek

"Tuan?"




























~Rumah Rangga

Hanum sudah kembali ke tempat ia berjaga(?), dan Rangga masih beristirahat. Oh, dia bangun... hanya membuka mata dan melihat langit-langit kamarnya untuk beberapa menit. Mengambil posisi duduk ia mengamati ruangannya sendiri. Pengamatannya berhenti di sudut kamarnya.

Disana, seseorang berdiri, mengenakan topeng dan jubah, menatapnya dengan lekat.

Rangga berharap dia belum bangun.








































Bisakah ini disebut 'double clifhanger'? :)

Terimakasih atas dukungannya! Sampai jumpa! ^^

Btw, semangat nugas! ( •̀ᄇ• ́)ﻭ✧

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang