Mereka

135 14 2
                                    

*dug

"Eh?" Roman memiringkan kepalanya, mengamati benda besar didepannya, atau lebih tepatnya, robot pendampingnya yang sekarang menjadi transform-er. Yup, Ve telah memodifikasi dirinya sendiri (dengan bantuan seseorang).

"Terus, kalau kamu sebesar ini... ga kebesaran?" Komentar Roman setelah membandingkan tingginya, tinggi Ve, dan tinggi pintu (hanya membandingkan, bukan menghitung). "Tuan tenang saja, aku bisa kembali ke tubuhku yang lebih kecil, lihat ini" bagian tubuh robot itu terbuka setelah terdengar suara 'klik'. Ve keluar dari robot itu, terlihat menjadi Ve yang biasanya.

Roman mengangguk-anggukan kepalanya, memahami cara kerja 'tubuh baru' milik robotnya itu. "Tunggu, siapa tadi yang bantuin kamu? Bikin ini?" Dengan pertanyaan itu, mulailah sebuah cerita panjang-singkat tentang awal ide pembuatan 'tubuh baru' itu sampai reaksi Roman yang terkejut bukan main ketika dia keluar dari kotak kardus.

Singkatnya, untuk menjawab pertanyaan Roman, orang yang membantu Ve adalah Naufal Afif. Dia adalah seorang remaja yang sangat tertarik pada elektronik dan kerobotan sejak kecil. Dia juga bisa dibilang adalah sepupu Roman, karena kakek dan nenek mereka adalah orang yang sama. Ibu Naufal adalah kakak dari ayah Roman, dan mereka memiliki hubungan yang baik. Karena itu juga, (walau jarang) Naufal akan menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Roman.

"Ah.... gitu ya...."

Hening

...

"Oh, tuan! Tuan sudah makan?"

Roman menggelengkan kepala, Ve segera menuju ke dapur dan memasak makan siang. Sementara itu, Roman mengganti seragamnya. Ngomong-ngomong, hari ini panas sekali. Mungkin setelah makan mereka bisa membeli es krim.


Rumah Rangga ~

Rangga mematung, tidak tahu harus berbuat apa. Topeng itu serasa benar-benar menatapnya dengan dalam. Dan lihat, topeng dan jubah itu mendekat, melangkah dengan pelan menuju ranjang Rangga. Ini tidak bagus.

*ceklek

"Rangga"

'Kak Hanum'

'Tunggu, jangan teralihkan-' Rangga menoleh ke topeng tadi, tetapi tidak ada siapa-siapa disana. Ia hanya bisa menatap horor sudut ruangan dikamarnya. Melihat reaksi tersebut, Hanum menuju ke samping Rangga. "Ada apa Rangga?" Pertanyaan itu hanyut di udara, Rangga tetap diam, tetapi mulai terlihat panik melihat ke seluruh ruangannya.

Hanum tidak tau apa yang baru saja dilihat Rangga, ia hanya bisa berusaha menenagkan bocah berambut coklat dipelukannya itu. Terdengar isakan samar di telinga Hanum, yang makin lama terdengar makin jelas. Ia ingin tau apa yang terjadi.... harus tau.


Di suatu tempat ~

"AZUYA! TURUN DARI SANA! SEKARANG!"

Sudah beberapa menit yang lalu tiga orang anak meneriaki salah satu temannya yang memanjat pohon mangga sambil melambai-lambaikan sebuah topi yang berhasil dirampasnya. Tapi semua teriakan itu pada akhirnya hanya dibalas dengan "nye nye nye".

"Blane! Panjat!"
"Aku belum tau cara turunnya"
">:'/"

Tiba-tiba, Eben mendapat ide untuk menurunkan Azuya. Ia mulai mengambil beberapa kerikil dan memberikannya kepada Huda dan Blane. Bersama-sama, mereka melempari Azuya dengan kerikil (jangan ditiru).

"Aduh-hey! Aw- stop- HEY! Aduh, aku akan turun! Aw, BERHENTI!"

Setelah lemparan krikil sudah berhenti barulah Azuya turun dari pohon dengan wajah masam, sementara teman-temannya memasang wajah lega. Azuya mengembalikan topi hitam itu kepada pemiliknya bersama dengan kata maaf (yang tidak iklas).

"Lain kali diulangi ya, nanti kami akan pakai bata" kata Huda setelah mendapatkan kembali topinya. Namun, dengan cepat pandangan Huda beralih ke seseorang yang datang dari belakang Azuya.

"Hai, Romannya mana?"

"Ngga sama kami kak. Kak Naufal kalau cari Roman mungkin ada di rumah"

Naufal menggangguk-anggukan kepalanya, menunjukkan pada teman-teman Roman bahwa ia paham. Setelah beberapa percakapan kecil, Naufal mengajak mereka pergi ke rumah Roman.



Naufal POV

Tumben sekali Roman tidak bersama mereka. Aku jadi khawatir jika terjadi sesuatu padanya di sekolah. Walaupun mereka mengatakan bahwa Roman mengikuti kelas tambahan, aku tidak bisa benar-benar percaya dengan itu. Apalagi kalau kelas tambahan ini sudah berjalan berminggu-minggu. Eh-

"Hati-hati, kalau jalan di tepian!" Aduh, mereka membuat jantungku hampir copot rasanya. Kami memang berjalan di jalan kecil, tapi jalan tetaplah jalan! Masih ada beberapa kendaraan yang melintas. Berjalan sambil bergurau juga bukan ide yang bagus ketika sebuah mobil lewat di sebelahmu.

Aku putuskan untuk membuat mereka saling bergandengan tangan seperti anak TK, sedangkan aku mengawasi mereka dari belakang seperti guru mereka (hanya saja aku jauh lebih muda daripada guru. Dan aku juga tidak pernah ingin menjadi guru).


3rd Person POV

Tepat setelah Roman meletakkan gelasnya, terdengar ketukan dan suara beberapa orang memanggil namanya dari pintu depan rumahnya. Mengetahui pemilik suara tersebut Roman menjawab "masuk saja, aku sedang mencuci piring!". Setelah itu terdengar pintu terbuka diikuti dengan derap langkah yang menuju ke dapur.

"Roman, lihat dengan siapa kami kesini!" Kata Azuya dengan gestur seperti seseorang dari sirkus yang hendak mempersembahkan sebuah pertunjukan.

"Kak Nafif!" Setelah mereka berpelukan sebentar, Roman berterimakasih atas bantuan yang Naufal berikan kepada Ve. Dan Naufal tertawa kecil sambil menepuk pundak Roman "sama-sama".

Percakapan dua sepupu itu pun menarik rasa penasaran teman-teman Roman, yang kemudian membuat mereka semua (untuk Roman, yang kedua kalinya) mendengar cerita panjang dari Ve bersama dengan unjuk diri (/pamer).

Dan menghabiskan sisa hari itu, mereka mengobrol, makan es krim dan bermain bersama sampai semua diminta (oleh Naufal) untuk pulang sebelum hari gelap.

























Ceritanya maksa banget ya, mana bagian Rangganya juga dikit. Dan kenapa Naufal Afif? Saya gatau (lah, gimana sih) :')

Terimakasih atas dukungannya dan sampai jumpa! (^▽^)).

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang