Mimpi

122 13 2
                                    

Dua jam telah berlalu setelah si topeng pergi dari rumah Rangga. Sekarang sudah tengah malam dan Egar memaksa Hanum untuk beristirahat. Ia meyakinkan Hanum bahwa si topeng tidak akan kembali dan Egar akan berjaga di kamar Rangga sampai shiftnya habis. Dengan begitu, Hanum pergi ke sebuah kamar dan tidur di sana.

~Hanum POV

Benar kata Egar, seharusnya aku beristirahat. Sekarang rasanya lelah sekali...

~3rd person POV








⋆ ˚。⋆୨୧˚  M I M P I  ˚୨୧⋆。˚ ⋆


Hanum tidak bisa melihat apa-apa, hanya warna hitam yang ada di semua sudut.

"Kak"

Samar-samar terdengar suara seseorang, suaranya terdengar tidak asing.... tapi suara siapa?

"Kak Hanum"

...Rangga? Sepertinya ini suara Rangga, tapi Hanum masih tidak bisa melihat apapun. Ia mulai mencoba berjalan sambil meraba, siapa tau akan menemukan saklar lampu, batinnya.

"Kak.... kak Hanum"

Sekarang suaranya terdengar sangat jelas. Hanum segara membalikkan badan dan menemukan Rangga tengah duduk bersandar di atas ranjangnya. Dan kini semuanya terlihat jelas. Mereka berada di kamar Rangga, hanya saja... suasananya aneh, rasanya tempat itu sangat suram dan sudah lama ditinggalkan.

"Kak, tolong ambilkan obat itu"

Rangga menunjuk sebuah obat dalam bentuk botol kecil diatas laci kecil di samping ranjang. Dan tanpa ba bi bu Hanum langsung mengambilnya dan memberikan obat tersebut pada Rangga tanpa memeriksanya terlebih dahulu.

Dan disitulah kesalahan Hanum. Segera setelah Rangga meneguk habis obat itu  Rangga pingsan. Hanum yang melihat itupun sontak panik dan mulai berusaha membangunkan Rangga. Sampai, ia mengecek denyut nadi, nafas, dan detak jantung Rangga....

Tidak ada


Hanum semakin panik, ia terus berusaha membangunkan Rangga. Lalu ia mengecek botol 'obat' yang sudah kosong..... racun. Itu bukan obat, itu adalah racun. Rangga berusaha mengakhiri hidupnya- dan Hanum membantunya mengakhiri hidup.

"Oh, well, dia (Rangga) sudah tiada". Tiba-tiba saja si topeng ada di depan Hanum, ia berjalan santai walau melihat sang dokter menangis sambil memeluk raga yang sudah ditinggal oleh jiwanya.

Dan disaat yang sama, Egar juga masuk ke dalam kamar itu dengan wajah datar. "Hanum, kita harus pergi dari sini".

Dengan susah payah, Hanum melihat kedua orang tersebut berdiri bersebrangan (Egar di sebelah kanan ranjang dan si topeng di sebelah kiri).

"T- tidak" isak Hanum yang kini kembali memeluk Rangga dan berharap keajaiban akan datang menyelamatkan nyawa Rangga.

"Aku akan membawa anak itu. Jika kau membiarkan aku, dia akan selamat"

Dengan spontan, Hanum menatap si topeng. 'Apakah benar Rangga akan selamat? Apakah orang itu dapat dipercaya? Ini semua adalah salahku'. Kalimat-kalimat itu menghantam kepala Hanum seperti kereta.

Si topeng mendekat ke Rangga dan menjulurkan tangannya seolah ingin memeluk seseorang. Di sisi lain, Egar menepuk pundak Hanum seolah meminta Hanum untuk melepaskan Rangga. Dengan ragu, Hanum membiarkan si topeng mengambil Rangga, lalu pergi entah kemana.

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang