Dua puluh dua

9K 508 23
                                    

"lo habis ngapain sih yan sampe jadi kek gini ?".

Gue saat ini lagi membantu Aryan untuk membersihkan wajahnya yang dicoret dengan warna samar tentara yaitu hijau dan hitam.

"habis main kartu joker, yang kalah wajahnya dicoret"ujar Aryan tanpa ada keseriusan sama sekali.

Tak sampai disitu, ketika gue melihat ke arah lengannya maka terdapat sebuah luka yang memanjang disana.

"ini lagi pake luka segala. Gak sakit apa ?"

Luka itu gue bersihkan secara pelan pelan, ntar dia malah kesakitan. Kan kasihan jadinya.

"bagi kami luka itu adalah sebuah kebanggaan"jawabnya dengan memasang wajah yang santai.

Gue yang kesal mendengar jawabannya langsung saja menekan luka itu agak kuat dan tentu saja membuat lelaki itu meringis.

"mamam tuh rasa bangga"gue beranjak dari duduk dan segera pergi ke dapur untuk meletakkan ember yang berisi air tadi.

Lagian heran deh gue, masa iya rasa sakit dijadiin kebanggaan. Jadi mereka setiap terluka bakal ngerasa bangga gitu ? Gak kebayang gimana kalo gue juga menjadi bagian dari abdi negara, di gigit semut aja gue udah teriak teriak sampe Aryan ngira kalo gue lagi kerasukan.

Gue menoleh ke samping dan mendapati Aryan sedang meneguk sebotol air putih hingga menghabiskan cairan yang berada didalamnya.

"lo mau ?"tawar Aryan dengan menyodorkan botol yang sudah kosong itu ke arah gue.

Gue males nanggepin ketidakwarasan Aryan. Selanjutnya gue memilih untuk ke ruang tamu dan menonton televisi disana.

Disepanjang acara yang ditayangkan dipenuhi oleh berita tentang bencana alam yang terjadi di provinsi Sumatera Barat yaitu longsor dan banjir, bahkan jalan perbatasan antara Riau dan provinsi itu sampai terputus.

"kan biasanya tiap tahun longsor gitu bakal terjadi, udah terjadwal waktunya"gumam Aryan tiba tiba yang entah sejak kapan sudah duduk disebelah gue.

"lo kenapa sih suka nongol tiba tiba, bikin kaget anak orang aja".

"masa iya gue mau duduk disini harus ngomong 'assalamualaikum mamank, izin duduk' ".

"ya setidaknya jangan ngagetin napa sih ".

Aryan gak membalas perkataan gue, lelaki itu memilih mengamati televisi dengan kening yang sedikit berkerut. Seperti ada sesuatu berat yang sedang di fikirkan olehnya.

"mikirin apa sih yan ? Serius amat ".

Aryan menoleh ke arah gue."kepo itu sifat Dajjal"balasnya singkat.

Disaat kami masih fokus pada televisi tiba tiba saja terdengar deringan sebuah hp yang ternyata itu adalah hp Aryan.

Lelaki itu segera mengangkat panggilan itu. Gue memilih fokus ke televisi tapi suara Aryan masih saja masuk ke indra pendengaran gue.

Tak lama kemudia lelaki itu meletakkan kembali hpnya ke dalam saku.

"ngomong apaan lo sampe jawab siap siap mulu yang diulang ulang kayak iklan di tv aja"ujar gue begitu melihat lelaki itu sudah berdiri.

"gue disuruh nyari bini baru soalnya bini yang lama banyak bacot, ya gue siap siapin aja".

Gue yang dengernya langsung memukul betis lelaki itu dengan remot yang gue genggam.

"yaudah cari aja sana, tapi ntar kalo bini baru lo suka kejang kejang ya taulah siapa pelakunya".

Aryan terlihat tampak bergegas ingin pergi bahkan lelaki itu langsung lari ngacir gitu aja tanpa noleh ke arah gue sedikitpun.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang