Dua puluh empat

9.6K 552 32
                                    

Gue bolak balik internet untuk mencari informasi terkait tempat bencana alam yang dimana Aryan ditugaskan disana. Sejauh yang gue baca hanya memberi tahu hal terkait bantuan dari provinsi lain dan juga para relawan.

Ini sudah hari ketiga dimana Aryan ninggalin gue tanpa ada memberi kabar sedikitpun. Oh, gue melupakan sesuatu.

Aryan pernah mengirimkan gue pesan yang isinya hanyalah menyuruh gue untuk menjaga diri, persis seperti pesannya sebelum berangkat waktu itu. Setelah gue membalas pesan itu maka selanjutnya yang muncul hanyalah centang satu.

Lo kenapa sih yan jadi nyebelin banget ! Setidaknya kasi gue kabar terbaru mengenai lo kek. Jangan buat gue menunggu dengan harapan yang pupus begini.

Drrtt...

Tiba tiba aja hp gue bergetar, tertera sebuah nama disana yang langsung membuat gue jadi gak karuan.

Aryan Sableng❤

Etdah... Sejak kapan nih ada tanda lope di nama Aryan ?

Gue langsung menerima panggilan itu, sebelumnya gue berdehem sebentar.

"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Nizara Utari is calling. Ada yang bisa saya banting ?"

"waalaikumussalan warahmatullahi wabarakatuh. Apa ? Lo minta dibanting ?" tanya lelaki itu dari seberang sana.

"bertugas di Sumatera Barat bikin lo jadi budeg".

"gue gak lagi pengen makan gudeg, ra"

"woi daki onta ! gue bilang lo budeg bukan nawarin lo makan gudeg".

"bentar, bentar. Ini jaringannya kek muka lo nih "

"maksudnya ?"

"sama sama jelek".

"bisa gak sih yan lo serius dikit aja".

"giliran gue udah serius ntar lo malah kepincut liat gue".

Gue yang dengernya cuma bisa menahan ketawa, mencoba menetralkan suara untuk sesaat lalu gue kembali membalas perkataan lelaki itu.

"halah, lo bentukannya kek Aziz Gagap gitu sok sokan nuduh gue kepincut".

Aryan gak membalas perkataan gue lagi tapi bisa gue dengar tawa di seberang sana, tawa khas yang terdengar renyah di telinga gue. Tiba tiba saja tawa itu terhenti ketika gue mendengar sebuah suara memanggil namanya.

"siap kapten. Ra, gue akhiri dulu ya panggilannya. Wassalamualaikum"

"waalaikumussalam".

Selesai gue mengucap salam maka sambungan itu langsung terputus. Selanjutnya gue menatap ke arah hp dan melihat waktu yang tertera disana selama kami telponan, tak sampai 5 menit namun mampu mengisi kekosongan diri gue dalam 3 hari terakhir ini.

Gue mulai tertawa, lebih tepatnya menertawakan diri sendiri karna sampai menjadi orang linglung ketika ketidakhadiran aryan disisi gue.

Coba kalo ketemu pasti berantem mulu, giliran udah jauhan malah jadi rindu. Susah emang ya kalo udah kayak gini.

Sabarlah, kita pasti akan bertemu kan yan. Yang jauh hanya pijakan, bukan perasaan. Yang berjarak hanya rasa, bukan raga. Aryan di hati gue meletak erat, meski tak selalu terlihat. Lo di kepala gue takkan terganti, yan, meski genggaman jemari hanya sebatas ilusi.

Percayalah, gue akan selalu ada untuk lo. Berapa kalipun pintu hati gue diketuk, maka selain lo gak akan gue izinin masuk.

Dari pada semakin larut pada perasaan yang berkecamuk, gue memilih untuk bangkit dan duduk di luar halaman kos.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang