Extra Part 2

12.5K 502 67
                                    

"Bencana yang menimbun 102 orang dalam 35 rumah sejauh ini menyebabkan setidaknya 29 orang meninggal, sekitar masih dicari dan 54 selamat.

"Basarnas mengatakan proses pencarian korban pada awalnya dilakukan secara manual oleh tim SAR gabungan dan relawan sambil menunggu alat-alat berat sampai".

Aku yang saat ini tengah memakan roti dengan terasi langsung saja menghentikan kegiatan itu saat melihat berita yang ditampilkan di tv sana.

Bencana alam terjadi dan mas Aryan pasti bakalan pergi lagi.

Seharusnya aku sudah terbiasa akan semua ini, seharusnya aku tak perlu lagi merengek untuk tetap mempertahankan dia di rumah, tetapi itu bukanlah jati diri seorang persit.

Persit itu wanita yang tangguh, bisa mandiri, sangat berbanding terbalik denganku.

Hp milikku berdering, aku menoleh dan mendapati sebuah nama yang tertera disana.

Nyonya Jauzan

Aku tertawa sebentar menatap nama itu, bukan aku yang membuatnya. Itu adalah ulah Dini sendiri yang sangat tergila gila dengan rekan kerja mas Aryan yang berpangkat kapten, padahal Jauzan sendiri sangat menghindari Dini.

"nangis lo, Ra?" Sebuah pertanyaan yang langsung ditodong dari seberang sana.

"ya lo pikir aja sendiri." Balasku sambil membuang ingus pada baju.

"gue yakin lo pasti udah dapet kabar bencana alam itu kan. Siap siap deh nahan rindu." Aku yakin, Dini pasti tengah meledek atau menertawakanku di sana.

"lo bener, gak siap gue kalo harus ditinggal lagi sama mas Aryan." Aku semakin menangis hingga membuat kerudung yang aku kenakan sedikit basah.

"jadi persit tuh harus kuat Ra, mandiri kek jadi manusia."

"mau sekuat apapun gue nyatanya masih aja ada air mata yang bersiap untuk keluar." Balasku dengan mengelap kembali ingus pada baju.

"lo udah bertahun tahun jadi persit masa tetap cengeng gini." Kamu hanya gak tau Din, gimana rasanya ditinggal oleh orang yang merupakan sebagian dari hidupmu walaupun dalam waktu yang tidak lama.

"emangnya lo siap bakal ditinggal sama laki lo? Siap kalo seandainya nanti bakal ditinggal sama Jauzan?!"

"ini lo secara gak langsung ngedoain gue agar jodoh sama kapten Jauzan."

"ogah, males. Dah lah gue matiin dulu, nyesel gue ngabisin waktu cuma buat bicara sama daki badak kayak lo."

Aku langsung memutuskan sambungan telepon itu biar Dini tidak bercerita semakin ngawur.

Saat melihat mas Aryan, aku langsung menghamburkan diri dan memeluknya.

"kali ini aja, jangan pergi ya mas. Kamu gak kasihan apa sama Arya dan Araya kalo ditinggal?"

Mas Aryan yang dengernya cuma ketawa dan merengkuh badanku hingga membuat kepalaku harus tenggelam di dadanya yang bidang.

"bilang aja kalo kamu gak mau aku pergi, malah bawa bawa nama si kembar."

Aku terkekeh, ternyata mas Aryan tahu isi kepalaku.

"ngomong ngomong anak kita mana?" Tanya mas Aryan. Wajah lelaki itu menoleh kesana kemari menatap seisi rumah yang tampak sepi tanpa kehadiran si kembar.

"tadi abis jalan sama Wira." Jawabku lalu kembali memilih duduk, menikmati kembali roti dengan sambal terasi itu.

Mas aryan duduk di sampingku, lelaki itu mengambil sebotol air mineral dan meminumnya hingga menghabiskan cairan di dalam botol itu.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang